Universitas Sumatera Utara
Pendekatan konstruksionis ini memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa bagaimana
pembentukan pesan dari sisi komunikator, dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana konstruksi makna individu ketika menerima pesan. Pesan dipandang
bukan sebagai mirror of reality yang menampilkan fakta apa adanya. Dalam menyampaikan pesan, seseorang menyusun citra tertentu atau merangkai ucapan
tertentu dalam memberikan gambaran tentang realitas. Seorang komunikator dengan realitas yang ada akan menampilkan fakta tertentu kepada komunikan,
memberikan pemaknaan tersendiri terhadap suatu peristiwa dalam konteks pengalaman, pengetahuannya sendiri Eriyanto, 2004:41.
II.1.2 Konstruksi Realitas Sosial Media Massa
Bagi kaum konstruktivisme, realitas atau berita dalam hal ini termasuk juga foto itu hadir dalam keadaan subjektif. Secara singkat, manusialah yang
membentuk imaji dunia. Teks dalam sebuah berita tidak dapat disamakan sebagai cerminan dari realitas, tetapi ia harus dipandang sebagai konstruksi atas realitas.
Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, karena khalayak pada dasarnya menerima sebuah bentuk realitas yang dikonstruksi oleh
media. Menurut Gebner dan kawan-kawan, dunia simbol media membentuk konsepsi khalayak tentang dunia nyata atau dengan kata lain media merupakan
konstruksi realitas Wibowo, 2011: 125. Menurut perspektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial
media massa itu terjadi melalui: tahap menyiapkan materi konstruksi; tahap sebaran kostruksi; tahap pembentukan konstruksi; tahap konfirmasi Bungin,
2008: 188-189. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1
Tahap menyiapkan materi konstruksi: Ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan
semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.
Universitas Sumatera Utara
2 Tahap sebaran konstruksi: prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial
media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media,
menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca. 3
Tahap pembentukan konstruksi realitas. Pembentukan konstruksi berlangsung melalui: konstruksi realitas pembenaran; kesediaan
dikonstruksi oleh media massa; sebagai pilihan yang konsumtif. 4
Tahap konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya
untuk terlibat dalam pembentukan konstruksi. Pada kenyataanya, realitas sosial itu berdiri sendiri tanpa kehadiran
individu baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial memiliki makna, manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknai secara subjektif oleh
individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara objjektif. Individu mengkonstruksi realitas sosial dan merekonstruksinya dalam dunia realitas,
memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya.
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, meringkas berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan
Sudibyo,2001. Ada lima faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi, yaitu:
Gambar 1 Reference Of Influence
Sumber : Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, 2001.
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor Individual
Faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola media. Level ini melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari
pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang individu seperti jenis kelamin, umur, atau
agama, sedikit banyak mempengaruhi apa yang ditampilkan media. Aspek persona tersebut secara hipotetik mempengaruhi skema pemahaman
pengelola media.
2. Level Rutinitas Media
Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa
yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap
hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelola media yang berada di dalamnya. Rutinitas media ini juga berhubungan dengan mekanisme
bagaimana berita dibentuk. Ketika ada sebuah peristiwa penting yang harus diliput, bagaimana bentuk pendelegasian tugasnya, melalui proses
dan tangan siapa saja sebuah tulisan sebelum sampai ke proses cetak, siapa penulisnya, siapa editornya, dan seterusnya. Sebagai mekanisme yang
menjelaskan bagaimana berita diproduksi, rutinitas media karenanya mempengaruhi bagaimana wujud akhir sebuah berita.
3. Level Organisasi
Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Masing-masing komponen dalam
organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Setiap organisasi berita, selain mempunyai banyak elemen juga mempunyai
tujuan dan filosofi organisasi sendiri. Berbagai elemen tersebut mempengaruhi bagaimana seharusnya wartawan bersikap, dan bagaimana
juga seharusnya peristiwa disajikan dalam berita.
Universitas Sumatera Utara
4. Level Ekstramedia
Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Meskipun berada di luar organisasi media, hal-hal di luar organisasi media ini sedikit
banyak dalam banyak kasus mempengaruhi pemberitaan media. Beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan di luar media yaitu sumber berita,
sumber penghasil media, dan pihak eksternal seperti pemerintah dan lingkungan bisnis. Sumber berita disini dipandang bukanlah sebagai pihak
yang netral yang memberikan informasi apa adanya. Ia juga mempunyai kepentingan untuk mempengaruhi media dengan berbagai alasan. Sumber
penghasil media ini bisa berupa iklan, bisa juga berupa pelanggan pembeli media. Media harus survive, dan untuk bertahan hidup kadangkala
media harus berkompromi dengan sumber daya yang menghidupi mereka. Sementara, pengaruh pihak eksternal seperti pemerintah dan lingkungan
bisnis sangat ditentukan oleh corak dari masing-masing lingkungan eksternal media.
5. Level Ideologi
Ideologi di sini diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana
mereka menghadapinya. Ideologi berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan berita. Pada level ini akan terlihat
siapa yang berkuasa di masyarakat dan bagaimana media menentukan.
Melalui paradigma konstruksionis dan perspektifnya dalam media massa ini, dapat dijelaskan bagaimana media massa membuat gambaran tentang realitas
sosial. Untuk itu, peneliti menggunakan paradigma dan perspektif iini sebagai dasar untuk melihat bagaimana Harian Tribun Medan memaknai dan kemudian
merepresentasikan sosok perempuan melalui foto-fotojurnalistiknya.
Universitas Sumatera Utara
II.2 Uraian Teoritis II.2.1 Fotografi Jurnalistik