57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada karyawan pengguna komputer di Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2016 dapat disimpulkan : 1.
Hasil pengukuran intensitas pencahayaan umum pada 2 unit ruang kerja di Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi Sumatera Utara,
yaitu ruang Teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan 140 lux serta ruang Konsultan Individual dan Perpustakaan 209 lux menunjukkan bahwa kedua
ruangan tersebut memiliki pencahayaan buruk 300 lux. 2.
Hasil pengukuran intensitas pencahayaan lokal pada 25 titik objek kerja karyawan menunjukkan hasil sebanyak 22 titik 88,0 memiliki pencahayaan
buruk 300 lux. 3.
Hasil penelitian pada 25 orang karyawan pengguna komputer di Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi Sumatera Utara sebanyak 22
orang 88,0 mengalami kelelahan mata. 4.
Hasil statistik p value = 0,029 0,05 ada hubungan yang bermakna antara intensitas pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata karyawan pengguna
komputer di Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
6.2 Saran
1. Bagi perusahaan seharusnya memberikan penerangan di ruangan kerja
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Untuk meningkatkan kualitas pencahayaan di ruang kerja dapat dilakukan dengan cara :
a. Gunakan armatur lampu berbentuk raster sejajar sehingga jumlah
cahaya lampu yang jatuh ke objek kerja maksimal. b.
Nyalakan lampu ruangan pada saat siang hari. c.
Gunakan tirai vertical blind berwarna putih. 2. Bagi karyawan, lakukan relaksasi mata minimal 5-10 menit setiap satu jam
penggunaan komputer untuk memotong rantai kelelahan sehingga akan menambah kenyamanan saat bekerja.
Universitas Sumatera Utara
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencahayaan
2.1.1 Pengertian Pencahayaan
Cahaya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang elektromagnetis yang terbang ke angkasa dimana gelombang tersebut memiliki panjang dan
frekuensi tertentu yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya dalam spektrum elektromagnetisnya Suhardi, 2008.
Menurut Kepmenkes No. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pencahayaan memiliki satuan lux lmm², dimana lm adalah
lumens dan m² adalah satuan dari luas permukaan. Penerangan merupakan salah satu faktor fisik yang sangat penting untuk
mendapatkan lingkungan kerja yang aman dan nyaman, juga mempunyai kaitan erat dengan produktivitas. Dengan penerangan yang cukup pada objek penglihatan
akan membantu tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaannya dengan mudah dan cepat. Cukup tidaknya intensitas penerangan secara objektif disesuaikan
dengan macam pekerjaan, tergantung pula ketajaman penglihatan pekerja yang berbeda antara orang tua dan muda Suma’mur, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Sumber Pencahayaan
Secara umum sumber pencahayaan dibedakan menjadi dua, yaitu pencahayaan alamiah dan pencahayaan buatan.
1 Pencahayaan Alamiah Pencahayaan alamiah adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber
cahaya alami berupa cahaya matahari dengan intensitas bervariasi menurut waktu, musim dan tempat. Menurut Tarwaka 2010 yang dikutip Sunandar
2011 banyaknya sinar matahari yang dapat mencapai ruangan tempat kerja tergantung pada jumlah dan arah sinar matahari, keadaan mendung yang dapat
menutup sinar matahari, letak lokasi gedung terhadap gedung lainnya, lingkungan sekitarnya dan musim itu sendiri. Selain hal tersebut, kondisi
pencahayaan alami juga dipengaruhi oleh ukuran, orientasi dan kebersihan jendela. Untuk mendapatkan cahaya matahari harus memperhatikan letak dan
lebar jendela. Luas jendela untuk penerangan alami sekitar 20 luas lantai ruangan Aryanti, 2006.
2 Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya
lain selain cahaya alami. Menurut Tarwaka 2010 yang dikutip Sunandar 2011 menyebutkan bahwa sumber pencahayaan buatan yang utama adalah
bersumber dari energi listrik. Jumlah cahaya, warna cahaya itu sendiri dan warna objek kerja berbeda-beda tergantung dari jenis sumber cahaya listrik
yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wibiyanti 2008 fungsi pokok pencahayaan buatan di lingkungan kerja baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang
dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut : a.
Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta terlaksannya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.
b. Memungkinkan penghuni untuk berjalan dan bergerak secara mudah dan
aman. c.
Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja.
d. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara
merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayangan. e.
Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi. Dalam penggunaan penerangan listrik harus memenuhi syarat-syarat
tertentu, yakni sebagai berikut : a.
Penerangan listrik harus cukup intensitasnya sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan.
b. Penerangan listrik tidak boleh menimbulkan pertambahan suhu udara di
tempat kerja yang berlebihan. Jika hal itu terjadi, maka diusahakan suhu dapat turun, misalnya dengan ventilasi, kipas angin dan lain-lain.
c. Sumber cahaya listrik harus memberikan penerangan dengan intensitas yang
tepat, menyebar, merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, serta tidak menimbulkan bayangan yang mengganggu.
Universitas Sumatera Utara
Jenis-jenis lampu yang digunakan dalam pencahayaan buatan, antara lain : a. Golongan Lampu Pijar incandescencebulbbohlam
Lampu pijar tergolong lampu listrik generasi awal yang masih digunakan hingga saat ini. Jenis lampu pijar terdiri dari lampu filamen karbon, lampu
wolfram dan lampu halogen. Bola lampu pijar dibuat hampa udara atau berisi gas mulia Muhaimin, 2001. Pada umumnya lampu pijar memiliki cahaya berwarna
kekuningan yang menimbulkan suasana hangat, romantis dan akrab. Intensitas cahaya pada lampu pijar lebih kecil dibandingkan lampu neon. Artinya, pada daya
watt yang sama, lampu neon menghasilkan cahaya lebih terang daripada lampu pijar Istiawan dan Kencana, 2006.
b. Golongan Lampu Berpendar fluorescenceneonTL Lampu ini umumnya disebut lampu neon. Pada dunia industri lampu ini
lebih dikenal dengan sebutan lampu TL. Cahaya lampu neon biasa berwarna putih. Cahaya putih cool light memberikan efek dingin dan sejuk. Cahaya yang
dipancarkan lampu neon lebih terang dibanding lampu pijar dan halogen karena lampu ini punya efficacy lebih tinggi dari lampu pijar Istiawan dan Kencana,
2006.
2.1.3 Tipe Pencahayaan
Berdasarkan standar penerangan buatan di dalam gedung yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum 1981 tipe pencahayaan dibedakan atas tiga
jenis, antara lain :
Universitas Sumatera Utara
1 Pencahayaan Umum Pencahayaan umum adalah pencahayaan secara umum dengan memperhatikan
karakteristik dan bentuk fisik ruangan, tingkat pencahayaan yang diinginkan dan instalasi yang dipergunakan. Pencahayaan umum harus menghasilkan
iluminasi yang merata pada bidang kerja dan pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk melakukan tugas visual khusus.
2 Pencahayaan Terarah Pencahayaan terarah berfungsi menyinari suatu tempat atau aktivitas tertentu
atau objek seni atau koleksi berharga lainnya. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan tampak lebih jelas.
3 Pencahayaan Setempat Pencahayaan setempat lebih mengkonsentrasikan cahaya pada tempat tertentu,
misalnya tempat kerja memerlukan tugas visual dan tipe ini sangat bermanfaat bagi pekerja dengan aktivitas pekerjaan sebagai berikut :
a. Pekerja yang melakukan pekerjaan teliti. b. Pekerjaan yang mengamati bentuk dan benda yang memerlukan cahaya dari
arah tertentu. c. Menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruang
tersebut. Berdasarkan SNI 03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem
Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, sistem pencahayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1 Sistem Pencahayaan Merata Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan
digunakan jika tugas visual yang dilakukan diseluruh tempat dalam ruangan memerlukan tingkat pencahayaan yang sama. Tingkat pencahayaan yang
merata diperoleh dengan memasang armatur secara merata langsung maupun tidak langsung di seluruh langit-langit.
2 Sistem Pencahayaan Setempat Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak
merata. Di tempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih
banyak dibandingkan dengan sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan mengkonsentrasikan penempatan armatur pada langit-langit di atas tempat
tersebut. 3 Sistem Pencahayaan Gabungan Merata dan Setempat
Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem pencahayaan setempat pada sistem pencahayaan merata, dengan armatur yang
dipasang di dekat tugas visual. Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan digunakan untuk :
a. Tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi. b. Memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari
arah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
c. Pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai pada tempat yang terhalang tersebut.
d. Tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan untuk orang tua atau yang kemampuan penglihatannya sudah berkurang.
Gambar 2.1 Tipe Pencahayaan Gambar 2.2 Tipe Pencahayaan Gambar 2.3 Tipe Pencahayaan Merata Setempat Gabungan
Sumber: Artikel tentang Pencahayaan repository.usu.ac.id
2.1.4 Sistem Pencahayaan Tempat Kerja
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek yang dikerjakannnya secara jelas, tepat dan tanpa upaya yang tidak perlu Suma’mur,
2009. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan perencanaan sistem pencahayaan di tempat kerja agar aktivitas kerja optimal serta meningkatkan
produktivitas. Klasifikasi sistem pencahayaan dari sumber cahaya menurut Illuminating
Engineering Society IES, antara lain: 1 Pencahayaan Tidak Langsung Indirect Lighting
Pada pencahayaan tidak langsung langit-langit merupakan sumber cahaya semu dan cahaya yang dipantulkan menyebar serta tidak menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
bayangan. Pada sistem ini 90 hingga 100 cahaya dipancarkan ke langit- langit ruangan sehingga yang dimanfaatkan pada bidang kerja adalah cahaya
pantulan. Pancaran cahaya pada penerangan tidak langsung dapat pula dipantulkan pada dinding sehingga cahaya yang sampai pada permukaan
bidang kerja adalah pantulan dari cahaya dinding. Sistem ini menjadi tidak efektif jika cahaya yang sampai ke langit-langit merupakan cahaya pantulan
dari bidang lain. Pencahayaan tipe ini diperlukan pada ruang gambar, perkantoran, rumah sakit dan perhotelan.
Gambar 2.4 Pencahayaan Tidak Langsung Sumber: Muhaimin 2001
2 Pencahayaan Semi Tidak Langsung Semi Indirect Lighting Distribusi cahaya pada pencahayaan ini mirip dengan distribusi pencahayaan
tidak langsung tetapi lebih efisisen dan kuat penerangannya lebih tinggi. Pada sistem ini 60 hingga 90 cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding
bagian atas, selebihnya dipantulkan ke bagian bawah. Pada sistem ini masalah bayangan tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi. Pencahayaan jenis ini
diperlukan pada ruangan yang memerlukan modeling shadow, seperti toko buku, ruang baca dan ruang tamu.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Pencahayaan Semi Tidak Langsung Sumber: Muhaimin 2001
3 Pencahayaan Menyebar Difus General Diffus Lighting Pada pencahayaan difus distribusi cahaya ke atas dan kebawah relatif merata
sehingga termasuk sistem direct-indirect lighting. Pada sistem ini 40 hingga 60 cahaya diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya
dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui. Pencahayaan difus menghasilkan cahaya teduh
dengan bayangan lebih jelas dibandingkan dengan bayangan yang dihasilkan pencahayaan tidak langsung dan pencahayaan semi tidak langsung.
Penggunaan pencahayaan difus umumnya diperlukan pada tempat ibadah.
Gambar 2.6 Pencahayaan Difus Sumber: Muhaimin 2001
Universitas Sumatera Utara
4 Pencahayaan Semi Langsung Semi Direct Lighting Pencahayaan semi langsung termasuk jenis pencahayaan yang efisien. Pada
sistem ini 60 hingga 90 cahaya diarahkan ke bidang kerja selebihnya diarahkan ke langit-langit. Penggunaan pencahayaan jenis ini biasa digunakan
pada kantor, ruang kelas dan tempat lainnya.
Gambar 2.7 Pencahayaan Semi Langsung Sumber: Muhaimin 2001
5 Pencahayaan Langsung Direct Lighting Pada sistem ini 90 hingga 100 cahaya dipancarkan ke bidang kerja
sehingga terjadi efek terowongan tunneling effect, yaitu timbulnya bagian yang gelap di langit-langit tepat di atas lampu. Pencahayaan langsung dapat
diatur menyebar atau terpusat, tergantung reflektor yang digunakan. Sistem pencahayaan langsung memiliki kelebihan, yaitu efisiensi penerangan tinggi,
memerlukan sedikit lampu untuk bidang kerja yang luas. Disisi lain kelemahan dari sistem ini yaitu bayang-bayang gelap karena jumlah lampu
sedikit maka jika terjadi gangguan atau kerusakan akan sangat berpengaruh terhadap kondisi pencahayaan di dalam ruangan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8 Pencahayaan Langsung Sumber: Muhaimin 2001
2.1.5 Standar Pencahayaan Tempat Kerja
Penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa penerangan yang
tepat dan disesuaikan dengan pekerjaan berakibat produksi yang maksimal dan ketidakefisienan yang minimal sehingga mengurangi terjadinya kecelakaan
Suma’mur, 2009. Standar intensitas pencahayaan yang ditetapkan oleh Illuminating
Engineering Society IES, sebuah area kerja dapat dikatakan memiliki pencahayaan yang baik apabila memiliki iluminasi sebesar 300 lux yang merata
pada bidang kerja. Apabila iluminasinya kurang atau lebih dari 300 lux, maka dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja dan pada akhirnya
menurunkan kinerja pekerja Fayrina, 2012. Sedangkan standar penerangan menurut Kepmenkes RI No. 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, tercantum dalam tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002
Jenis Kegiatan Tingkat Pencahayaan
Minimal lux Keterangan
Pekerjaan kasar dan tidak terus menerus
100 Ruang penyimpanan dan
ruang peralatan instalasi yang memerlukan
pekerjaan yang kontinyu.
Pekerjaan kasar dan terus menerus
200 Pekerjaan dengan mesin
dan perakitan kasar. Pekerjaan rutin
300 R.administrasi, ruang
kontrol, pekerjaan mesin perakitan penyusun.
Pekerjaan agak halus 500
Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin
kantor, pekerja pemeriksaan atau
pekerjan dengan mesin.
Pekerjaan halus 1000
Pemilihan warna, pemrosesan tekstil,
pekerjaan mesin halus perakitan halus.
Pekerjaan amat halus 1500
Tidak menimbulkan bayangan
Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan
mesin dan perakitan yang sangat halus.
Pekerjaan terinci 3000
Tidak menimbulkan bayangan
Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus.
2.1.6 Pengukuran Intensitas Pencahayaan
Intensitas dalam penerangan dinyatakan dalam satuan “lux”. Dalam pengukuran intensitas pencahayaan alat yang digunakan adalah Luxmeter. Prinsip
kerja alat ini berdasarkan pengubahan energi cahaya menjadi tenaga listrik oleh
Universitas Sumatera Utara
photoelectric cell. Berdasarkan SNI 16-7062-2004 intensitas penerangan diukur dengan 2 cara yaitu :
1 Pencahayaan Umum Pada pencahayaan umum pengukuran dilakukan pada setiap meter persegi luas
lantai. Penentuan titik pengukuran umum meliputi titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari
lantai. 2 Pencahayaan Lokal
Pada pencahayaan lokal pengukuran dilakukan di tempat kerja atau meja kerja pada objek yang dilihat oleh tenaga kerja. Pengukuran titik pengukuran lokal
meliputi objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan kerja.
2.2 Kelelahan Mata
2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata
Mata merupakan organ untuk penglihatan dan sangat sensitif terhadap cahaya karena terdapat photoreceptor. Impuls saraf dari stimulasi photoreceptor
dibawa ke otak bagian lobus oksipital di serebrum dimana sensasi penglihatan diubah menjadi persepsi Tarwoto dkk, 2009.
Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lantas dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus mengalihkan
rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan Pearce, 2008. Mata terletak dalam bantalan lemak yang dapat meredam guncangan.
Diameter bola mata manusia ± 2,5 cm. Mata dapat bekerja secara efektif menerima cahaya dengan rentang intensitas yang sangat lebar sekitar 10 miliar
Universitas Sumatera Utara
cahaya. Mata juga memiliki sistem pengendali tekanan otomatis yang mempertahankan tekanan internalnya untuk mempertahankan bentuk bola mata
yaitu sekitar 1,6 kPa 12 mmHg.
Gambar 2.9 Anatomi Mata
Bagian-bagian yang terdapat dalam mata manusia Tarwoto dkk, 2009, yaitu : a. Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat bewarna putih, buram dan tidak tembus cahaya, kecuali di bagian depan yang disebut kornea. Sklera
memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat melekatnya otot ekstrinsik.
b. Kornea Kornea merupakan jendela mata bentuknya transparan, terletak pada bagian
depan mata berhubungan dengan sklera. Bagian ini merupakan tempat masuknya cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.
Universitas Sumatera Utara
c. Lapisan Koroid Memiliki pigmen berwarna coklat kehitaman dan merupakan lapisan
berpigmen. Warna gelap pada koroid berfungsi untuk mencegah refleksi atau pemantulan sinar.
d. Iris Iris merupakan perpanjangan dari korpus siliaris ke anterior, bersambungan
dengan permukaan lensa anterior.Iris tidak tembus pandang dan berpigmen. Fungsi iris adalah mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam
mata dengan cara merubah ukuran pupil. Ukuran pupil dapat berubah karena mengandung serat-serat otot sirkuler yang mampu menciutkan pupil dan serat-
serat radikal yang menyebabkan pelebaran pupil. e. Pupil
Pupil merupakan bintik tengah yang berwarna hitam, merupakan celah di dalam iris. Pupil merupakan jalan masuknya cahaya untuk mencapai retina
Pearce, 2008. f. Lensa
Lensa mempunyai struktur bikonveks, tidak mempunyai pembuluh darah, transparan dan tidak bewarna. Lensa berada dibelakang iris. Ruangan bagian
depan lensa berisi cairan yang disebut aqueous humor dan ruangan pada bagian belakang lensa berisi cairan vitreous humor. Lensa berfungsi untuk
memfokuskan cahaya yang masuk ke depan retina melalui mekanisme akomodasi, yaitu proses penyesuaian secara otomatis pada lensa untuk
Universitas Sumatera Utara
memfokuskan objek secara jelas pada jarak yang beragam Tarwoto dkk, 2009.
g. Retina Retina merupakan lapisan terdalam pada mata, melapisi 23 bola mata pada
bagian belakang. Retina merupakan bagian mata yang sangat peka terhadap cahaya. Ada dua sel photoreceptor pada retina yaitu sel kerucut dan sel
batang. Pigmen pada sel kerucut berfungsi pada suasana terang atau pada tingkat intensitas cahaya yang tinggi dan berperan dalam penglihatan di siang
hari. Sedangkan pigmen dalam sel batang berfungsi pada situasi yang kurang terang atau pada malam hari. Pada sel kerucut terdapat tiga macam sel yang
peka terhadap warna merah, hijau dan biru. Kerusakan pada salah satu sel kerucut akan menyebabkan buta warna Tarwoto dkk, 2009. Selain itu,
terdapat dua buah bintik yaitu bintik kuning fovea dan bintik buta blind spot. Bintik kuning fovea berperan dalam penglihatan untuk melihat objek
yang lebih kecil seperti kegiatan membaca huruf kecil.
2.2.2 Pengertian Kelelahan Mata
Menurut Tarwaka 2004 kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan
setelah istirahat. Kelelahan mata adalah gangguan yang dialami mata karena otot- ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam
jangka waktu lama Padmanaba, 2006. Kelelahan mata dapat dipengaruhi dari kuantitas iluminasi, kualitas
iluminasi dan distribusi cahaya. Kualitas iluminasi adalah tingkat pencahayaan
Universitas Sumatera Utara
yang dapat berpengaruh pada kelelahan mata, penerangan yang tidak memadai akan menyebabkan otot iris mengatur pupil sesuai dengan intensitas penerangan
yang ada. Kualitas iluminasi meliputi jenis penerangan, sifat fluktuasi serta warna penerangan yang digunakan. Distribusi cahaya yang kurang baik di lingkungan
kerja dapat menyebabkan kelelahan mata. Distribusi cahaya yang tidak merata sehingga menurunkan efisiensi tajam penglihatan dan kemampuan membedakan
kontras Padmanaba, 2006. 2.2.3 Gejala Keluhan Kelelahan Mata
Kelelahan mata akibat dari pencahayaan yang kurang baik akan menunjukkan gejala kelelahan mata. Kelelahan mata dapat dikurangi dengan
memberikan pencahayaan yang baik di tempat kerja. Menurut Pusat Hyperkes dan Keselamatan Kerja 1995 yang dikutip
Nugroho 2009 gejala kelelahan mata yang sering muncul antara lain, kelopak mata terasa berat, terasa ada tekanan dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka,
merasa enak kalau kelopak mata sedikit ditekan, bagian mata paling dalam terasa sakit, perasaan mata berkedip, penglihatan kabur tidak bisa difokuskan,
penglihatan terasa silau, penglihatan seperti berkabut walau mata difokuskan, mata mudah berair, mata pedih dan berdenyut, mata merah, jika mata ditutup
terlihat kilatan cahaya, kotoran mata bertambah, tidak dapat membedakan warna sebagaimana biasanya, ada sisa bayangan dalam mata, penglihatan tampak ganda,
mata terasa panas dan mata terasa kering.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sheedy 2004 yang dikutip Hanum 2008, sering dan lamanya seseorang bekerja dengan komputer dapat mengakibatkan keluhan serius pada
mata. Keluhan yang sering diungkapkan oleh pekerja komputer adalah : a. kelelahan mata yang merupakan gejala awal
b. mata terasa kering c. mata terasa terbakar
d. pandangan menjadi kabur e. penglihatan ganda
f. sakit kepala g. nyeri pada leher, bahu dan otot punggung.
2.2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata Pengguna Komputer
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada pengguna komputer, antara lain :
a. Usia Menurut National Aging Safety Database NASD usia yang semakin
lanjut mengalami kemunduran dalam kemampuan mata untuk mendeteksi lingkungan. Hal ini akan meningkatkan risiko kecelakaan. Dengan bertambahnya
usia menyebabkan lensa mata berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya dan agak kesulitan melihat pada jarak dekat. Hal ini akan menyebabkan
ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh. Presbiopia atau kelainan akomodasi yang terjadi
akibat dari penuaan lensa biasanya timbul setelah usia 40 tahun Cahyono, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Daya akomodasi merupakan kemampuan lensa mata untuk menebal atau menipis sesuai dengan jarak benda yang dilihat agar bayangan jatuh tepat di retina
Maryamah, 2011. Pada usia 20 tahun manusia pada umumnya dapat melihat objek dengan jelas. Sedangkan pada usia 45 tahun kebutuhan terhadap cahaya
empat kali lebih besar. Semakin tua seseorang, lensa semakin kehilangan kekenyalan sehingga
daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Begitu pula sebaliknya, semakin muda seseorang kebutuhan
cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit Haeny, 2009.
Menurut Ilyas 2008 usia juga berpengaruh terhadap daya akomodasi. Semakin tua usia seseorang, daya akomodasi akan semakin menurun. Jarak
terdekat dari suatu benda agar dapat dilihat dengan jelas dikatakan “titik dekat” atau punktum proksimum. Pada saat ini mata berakomodasi sekuat-kuatnya atau
berakomodasi maksimum. Sedangkan jarak terjauh dari benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dapat dikatakan bahwa benda terletak pada “titik jauh” atau
punktum remotum dan pada saat ini mata tidak berakomodasi atau lepas akomodasi.
b. Kelainan Refraksi Mata 1
Hipermetropia Hipermetropia sering juga disebut sebagai rabun dekat. Pasien
hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau
Universitas Sumatera Utara
memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan
memberikan keluhan karena matanya masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien yang banyak membaca
atau mempergunakan matanya terutama pada usia telah lanjut akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca Ilyas dan Yulianti,
2014. 2
Miopia Pasien dengan miopia akan menyatakan lebih jelas bila melihat dengan
jarak dekat, sedangkan melihat jauh penglihatan kabur atau rabun jauh Ilyas dan Yulianti, 2014.
3 Astigmatisme
Astigmatisme merupakan suatu keadaan dimana sinar yang sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh bidang pembiasan
sehingga fokus pada retina tidak pada satu titik Ilyas dan Yulianti, 2014. 4
Presbiopi Dengan bertambahnya usia maka akan terjadi gangguan akomodasi pada
usia lanjut yang disebabkan oleh kelemahan otot akomodasi serta lensa mata elastisitasnya berkurang akibat sklerosis lensa. Akibat gangguan
akomodasi ini maka pada pasien berusia 40 tahun atau lebih akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair dan
sering terasa pedas Ilyas dan Yulianti, 2014.
Universitas Sumatera Utara
c. Durasi Penggunaan Komputer Menurut Lasabon 2013 waktu kerja seseorang menentukan kesehatan
yang bersangkutan, efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek penting dalam hal waktu kerja meliputi :
1. Lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik. 2. Hubungan antara waktu kerja dan istirahat.
3. Waktu bekerja sehari menurut periode waktu yang meliputi siang hari pagi, siang, sore dan malam hari.
The University of North Carolina at Asheville yang dikutip Hanum 2008 mengelompokkan beban kerja pekerja komputer atas dasar lama waktu kerja
sebagai berikut : 1.
Pekerja komputer dengan beban kerja berat adalah pekerja dengan lama waktu kerja 4 jam sehari secara terus–menerus.
2. Pekerja komputer dengan beban kerja sedang adalah pekerja dengan lama
waktu kerja antara 2–4 jam sehari secara terus–menerus. 3.
Pekerja komputer dengan beban kerja ringan adalah pekerja dengan lama waktu kerja kurang dari 2 jam sehari secara terus–menerus.
Computer Vision Syndrome CVS dapat muncul segera setelah pemakaian komputer dalam jangka waktu lama atau lebih dari 4 jam. Berbagai gejala yang
timbul pada pekerja komputer yang bekerja dalam waktu lama selain diakibatkan oleh cahaya yang masuk ke mata, juga diakibatkan karena mata seorang pekerja
komputer berkedip lebih sedikit dibandingkan pekerja mata normal pekerja biasa sehingga menyebabkan mata menjadi kering dan terasa panas Wasisto, 2005.
Universitas Sumatera Utara
d. Istirahat Mata Setelah bekerja dengan komputer perlu mengistirahatkan mata sejenak
dengan melihat pemandangan yang dapat menyejukkan mata secara periodik Santoso, 2009. Menurut National Institute for Occupational Safety and Health
NIOSH yang dikutip Murtopo dan Sarimurni 2005 perlu dilakukan istirahat selama 15 menit terhadap pemakaian komputer setelah 2 jam. Frekuensi istirahat
yang teratur berguna untuk memotong rantai kelelahan sehingga akan menambah kenyamanan bagi pengguna komputer. Selain itu, pekerja yang melakukan
istirahat 5 menit selama 4 kali sepanjang waktu bekerja dapat mengurangi keluhan kelelahan mata.
Menurut Anshel 1996 yang dikutip Nourmayanti 2009 ada tiga jenis istirahat bagi pengguna komputer, diantaranya:
1. Micro break, yaitu mengistirahatkan mata selama 10 detik setiap 10 menit bekerja, dengan cara melihat jauh minimal 6 meter diikuti dengan
mengedipkan mata secara relaks. 2. Mini break, yaitu mengistirahatkan mata selama 5 menit setiap setengah jam
dengan cara berdiri dan melakukan peregangan tubuh. Selain itu, lakukan juga melihat jauh dengan objek yang berbeda-beda.
3. Maxi break, yaitu mengistirahatkan mata dengan melakukan kegiatan seperti jalan-jalan, bangun dari tempat kerja, minum kopi atau teh dan makan siang.
e. Jarak Layar Monitor Jarak layar monitor yang terlalu dekat dapat mengakibatkan mata menjadi
tegang, cepat lelah dan potensi ganggguan penglihatan Hanum, 2008. Apabila
Universitas Sumatera Utara
seseorang bekerja melihat objek bercahaya di atas dasar berwarna pada jarak dekat secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu mengakibatkan mata
harus berakomodasi dalam jangka waktu yang lama sehingga terjadi penurunan daya akomodasi mata Roestijawati, 2007.
Menurut Occupational Safety and Health Association OSHA pada saat menggunakan komputer jarak antara mata pekerja dengan layar sekurang-
kurangnya adalah 20-40 inch atau sekitar 50-100 cm Maryamah, 2011. Sedangkan menurut Hanum 2008, jarak ergonomis antara layar monitor dengan
pengguna komputer berkisar antara 50 cm sampai dengan 60 cm.
2.3 Pengaruh Pencahayaan terhadap Kesehatan
Tingkat pencahayaan yang baik memungkinkan seseorang untuk bekerja dengan efisiensi kerja yang maksimal. Kemudahan untuk melihat suatu objek
serta kejelasan dalam melihat objek kerja dipengaruhi oleh kekontrasan. Kontras yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kesilauan.
Akibat dari kurangnya pencahayaan di lingkungan kerja menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para pekerjanya. Kurangnya pencahayaan akan
memaksa seseorang untuk mendekatkan matanya ke arah objek yang bertujuan memperbesar ukuran objek. Sebaliknya, pencahayaan yang berlebihan juga akan
menyebabkan kesilauan bagi para pekerja. Kedua hal ini menyebabkan akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap Fayrina, 2012.
Menurut NIOSH beberapa gejala kelelahan mata antara lain : mata tegang, penglihatan kabur, penglihatan rangkapganda, mata merah, mata perih,
mata berair, mata gatal atau kering dan sakit Haeny, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Suma’mur 2009 tingkat pencahayaan yang buruk di tempat kerja dapat mengakibatkan dampak yang buruk terhadap kesehatan pekerja, antara
lain: a.
Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja; b.
Kelelahan mentalpsikis; c.
Keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata; d.
Kerusakan mata; dan e.
Meningkatnya peristiwa kecelakaan
2.4 Kerangka Konsep