Saran Kerangka Konseptual Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Modal Kerja Perusahaan-Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

71 c. Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa R 2 adalah 0,005 atau 5. Hal ini berarti bahwa secara keseluruhan variabel independen Perputaran Persediaan Barang Jadi menjelaskan perubahan variabel dependen sebesar 5, sedangkan variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model mampu menjelaskan sebesar 95.

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang diharapkan dapat dikembangkan dan diperbaiki oleh peneliti selanjutnya. Beberapa keterbatasan itu, antara lain: a. Peneliti hanya menggunakan perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI sebagai populasi penelitian dan sampel yang diperoleh hanya berjumlah 20 perusahaan sehingga belum dapat mewakili keseluruhan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. b. Peneliti hanya melakukan pengamatan dan analisis data selama periode waktu tiga tahun yaitu mulai dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. c. Variabel independen dalam penelitian ini hanya dibatasi pada Perputaran Persediaan Barang Jadi, walaupun banyak rasio keuangan lainnya dan faktor lain yang mempengaruhi Modal Kerja.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berusaha memberikan beberapa saran, yaitu: Universitas Sumatera Utara 72 a. Bagi Investor Sebelum investor mengalokasikan sejumlah dana untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan, investor harus mencermati kinerja keuangan perusahaan dari tahun ke tahun. Masih banyak rasio keuangan lainnya yang kemungkinan mempengaruhi modal kerja. Selain itu investor juga harus memperhatikan faktor eksternal dan faktor internal lainnya yang mempengaruhi modal kerja seperti inflasi, tingkat suku bunga dan kondisi sosial-politik. b. Bagi Perusahaan Perusahaan harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi modal kerja. Kondisi sosial-politik yang tidak kondusif, seperti terjadinya peperangan atau pergantian pemerintahan yang menyebabkan berubahnya kebijakan-kebijakan atas segala aspek negara, kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti terjadinya inflasi merupakan beberapa faktor yang tidak dapat dihindarkan sehingga manajemen perusahaan harus mengambil kebijakan yang tepat agar modal kerja dapat dikelola dengan baik oleh perusahaan. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik yang sama dengan penelitian ini kiranya dapat menambah sampel penelitiannya, bukan hanya dari satu jenis perusahaan saja tetapi dari seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain itu peneliti selanjutnya diharapkan Universitas Sumatera Utara 73 menambah periode pengamatan dan menambah variabel independen agar mendapat hasil yang lebih akurat. Peneliti kiranya memperhatikan faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi modal kerja, bukan hanya rasio-rasio keuangan saja yang tetapi juga faktor-faktor lain. Universitas Sumatera Utara 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kinerja Keuangan Perusahaan

2.1.1.1 Pengertian Kinerja

Keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba perusahaan tergantung pada bagaimana kinerja perusahaan . Kinerja perusahaan merupakan salah satu indikator dari baik tidaknya keputusan pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Menurut Helfert 1996 dalam Ceacilia Srimindarti, Fokus Ekonomi , 2004 : 53 bahwa “Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya- sumber daya yang dimiliki.” Dari pengertian menurut Helfert tersebut menunjukkan bahwa kinerja perusahaan yang baik tergantung bagaimana pihak manajemen perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya-sumber daya yang mereka miliki dengan baik. Salah satu faktor menentukan bagaimana efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah dengan melihat kinerja perusahaan tersebut. Informasi-informasi mengenai perusahaan kemudian dituangkan dalam laporan keuangan. Universitas Sumatera Utara 11 2.1.1.2 Kegunaan Penilaian Kinerja Perusahaan Kegunaan penilaian kinerja menurut Rivai 2005: 58-60 adalah: a. Performance Improvement Untuk memperbaiki kinerja pegawai, menajer, dan supervisor dimasa yang akan datang. b. Compensation Adjustment Untuk membantu dalam pengambilan keputusan penentuan siapa yang seharusnya menerima kenaikan pembayaran dalam bentuk upah, bonus, ataupun bentuk lainnya yang didasarkan pada sistem merit. c. Placement Decisions Untuk promosi, transfer ataupun penurunan jabatan atau pangkat biasanya didasarkan pada kinerja masa lalu dan bersifat antisipatif. d. Training and Development Need Untuk melakukan pelatihan, sehingga setiap karyawan selalu memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri. e. Career Planning and Development Untuk proses pengambilan keputusan utamanya tentang karier spesifik dari karyawan, sebagai tahapan untuk pengembangan diri pegawai. f. Staffing Process Deficiencies Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam prosedur penempatan staf di departemen SDM. g. Informational Inaccuracies Untuk mengetahui adanya kesalahan dalam informasi analisis pekerjaan, perencanaan SDM, atau hal lain dari sistem SDM. Hal demikian akan mengarah pada ketidaktepatan dalam keputusan memperkerjakan karyawan, pelatihan dan keputusan konseling. h. Job Design Errors Untuk mengetahui kesalahan dalam rancangan pekerjaan atau kurang tepat. i. Equal Employment Opportunity Untuk menjamin bahwa keputusan penempatan internal bukanlah merupakan sesuatu yang diskriminatif. j. External Challenges Untuk mengetahui pengaruh faktor ekternal seperti keluarga, finansial, kesehatan ataupun masalah-masalah lainnya, terhadap kinerjanya. k. Feedback to Human Resources Untuk mengetahui kinerja dari fungsi departemen SDM. Universitas Sumatera Utara 12 2.1.1.3 Tujuan Penilaian Kinerja Menurut S. Munawir 2002:31 menyatakan bahwa tujuan dari penilaian kinerja keuangan adalah : a. Mengetahui tingkat likuiditas Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajibannya pada saat ditagih berarti perusahaan tersebut berada dalam keadaan likuid. Sebaliknya apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan mempunyai aktiva lancar lebih besar dari pada hutang lancarnya. b. Mengetahui tingkat solvabilitas Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panajang. c. Mengetahui tingkat rentabilitas Rentabilitas atau disebut dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. d. Mengetahui tingkat stabilitas Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya. Menurut Henry 1995, tujuan penilaian kinerja adalah : a. Tujuan Evaluasi Seorang manajer menilai kinerja dari masa lalu seorang karyawan dengan menggunakan ratings deskriptif untuk menilai kinerja dan dengan data tersebut berguna dalam keputusan-keputusan promosi, demosi, terminasi dan kompensasi. b. Tujuan Pengembangan Seorang manajer mencoba untuk meningkatkan kinerja seorang karyawan dimasa yang akan datang. Sedangkan tujuan pokok dari sistem penilaian kinerja karyawan dalah sesuatu yang menghasilkan informasi yang akurat dan valid berkenaan dengan prilaku dan kinerja anggota organisasi atau perusahaan. Universitas Sumatera Utara 13 2.1.2 Persediaan Ciri khas dari perusahaan dagang dan perusahaan industri manufaktur yang membuat mereka berbeda dengan perusahaan jasa adalah persediaan barang. Persediaan barang diperlukan untuk memenuhi permintaan konsumen atau pelanggan, tanpa adanya persediaan barang maka perusahaan berhadapan dengan kondisi dimana perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan dan kebutuhan konsumen atau pelanggan. Ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan dan kebutuhan konsumen atau pelanggan inilah yang akan mengakibatkan menurunnya laba perusahaan dan berdampak pada ketidakefektifan dan efisienan operasi perusahaan. Oleh karena itu, persediaan barang merupakan hal yang penting bagi perusahaan yang bergerak di bidang dagang dan industri.

2.1.2.1 Definisi Persediaan

Pendapat Warren, reeve, Fess 2005:440 mendefinisikan persediaan adalah “barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahaan , dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu” Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan SAK, 2007 : 14 menyatakan sebagai berikut “Persediaan adalah aktiva : Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal ; Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; Dalam bentuk bahan atau Universitas Sumatera Utara 14 perlengkapan supplies untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”. Menurut Kasmir 2010 : 264 menyatakan bahwa “Persediaan adalah sejumlah barang yang harus disediakan oleh perusahaan pada suatu tempat tertentu. Artinya sejumlah barang yang disediakan perusahaan guna memenuhi kebutuhan produksi atau penjualan barang dagangan.” Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan sejumlah barang baik itu yang disimpan untuk dijual , barang yang dalam proses produksi , atau bahan yang digunakan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan produksinya. Fungsi persediaan barang dagang pada perusahaan dagang berbeda dengan persediaan barang pada perusahaan industri manufaktur. Sugiyarso dan Winarni 2005:38 menyatakan bahwa : “Untuk perusahaan dagang persediaan barang dagangan dimasudkan untuk memenuhi permintaan pembeli. Untuk perusahaan industri, persediaan bahan baku dan barang dalam proses bertujuan untuk memperlancar kegiatan produksi. Sementara itu persediaan barang jadi dimaksudkan untuk memenuhi permintaan pasar” Perbedaan persediaan barang dalam perusahaan dagang dengan persediaan barang dalam perusahaan industri manufaktur adalah adanya proses produksi lebih lanjut terhadap persediaan tersebut. Pada perusahaan dagang persediaan barang dagangan tanpa perlu adanya Universitas Sumatera Utara 15 proses produksi tersedia untuk memenuhi permintaan pelanggan, perusahaan menyimpan persediaan sebelum dijual ke dalam gudang. Sedangkan pada perusahaan industri manufaktur persediaan barang dagangan melewati proses produksi untuk diolah lalu ditawarkan pada pasar. 2.1.2.2 Persediaan Barang Jadi Persediaan pada perusahaan dagang adalah barang yang disimpan dalam gudang oleh perusahaan untuk dijual dan dibeli. Persediaan pada perusahaan dagang tidak melalui proses produksi sehingga tidak ada transformasi bentuk persediaan barang dagang. Berbeda dengan perusahaan industri manufaktur, persediaan barang pada perusahaan industri manufaktur mengalami transformasi bentuk akibat adanya proses produksi. Perusahaan industri manufaktur kegiatannya mengolah bahan baku atau mentah menjadi barang jadi, pada umumnya ada tiga jenis persediaan , yaitu : 1. Persediaan bahan mentah 2. Persediaan barang dalam proses 3. Persediaan barang jadi. Menurut Zaki Baridwan 2004:150 menyatakan bahwa : “Jenis persediaan yang ada dalam perusahaan manufaktur yaitu persediaan bahan baku, bahan penolong, supplies pabrik, barang setengah jadi dan barang jadi”. Universitas Sumatera Utara 16 Fokus dalam penelitian ini adalah persediaan barang jadi , definisi persediaan barang jadi menurut Sofjan Assauti 2008:240-242: “ Persediaan barang jadi finished goods stock, yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. ” Sedangkan menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield 2002:445 mendefinisikan : “Persediaan barang jadi adalah produk yamg telah selesai tetapi belum dijual pada akhir periode fiskal, dilaporkan sebagai persediaan barang jadi ” C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren, James M. Reeve dan Philip E. Fees 2004:149 mendefinisikan persediaan barang jadi sebagai berikut: “Persediaan barang jadi adalah persediaan produk akhir yang siap untuk dijual , didistribusikan atau disimpan.” Dari ketiga definisi persediaan barang jadi di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan barang jadi adalah persediaan produk akhir yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau konsumen, didistribusikan kepada distributor atau disimpan dalam gudang.

2.1.2.3 Metode Pencatatan Persediaan

Persediaan merupakan bagian yang berpengaruh dalam perusahaan , terutama bagi perusahaan industri manufaktur karena Universitas Sumatera Utara 17 perusahaan tidak bisa berjalan tanpa adanya persediaan. Mengingat penting dan fatalnya masalah persediaan, sangat diperlukan bagi setiap perusahaan untuk menentukan metode pencatatan persediaan yang cocok bagi persediaan perusahaan, karena dengan adanya metode pencatatan persediaan , pihak manajemen perusahaan dapat lebih mudah mengetahui jumlah persediaan maupun dalam nilai mata uangnya. Menurut Mas’ud Machfoed 1995:223 metode penilaian fisik persediaan adalah 1. Metode Periodik physical method 2. Metode Kartu perpetual method Sama halnya dengan Soemarso S.R. 2005:405 menyatakan bahwa “Dalam membantu penyajian persediaan agar menjadi lebih teliti dan relevan maka dikembangkan beberapa metode pencatatan persediaan dalam membantu manajemen dalam mengelola perusahaan yaitu dua metode pencatatan persediaan yang terdiri dari : 1. Metode pencatatan periodik periodic method 2. Metode pencatatan perpetual perpetual method ”. Penjelasan dari metode pencatatan persediaan di atas adalah : a. Metode Pencatatan Periodik periodic method Metode pencatatan ini disebut sistem periodik karena perhitungan jumlah dan nilai persediaan hanya akan diketahui pada akhir periode saja dalam penyiapan laporan keuangan. Setiap ada Universitas Sumatera Utara 18 transaksi pembelian maupun penjualann barang, akun persediaan tidak dicatat baik itu didebit jika ada pembelian ataupun dikredit jika ada penjualan. Persediaan merupakan salah satu komponen untuk menghitung cost of good sold maka perhitungan jumlah persediaan dengan menggunakan stock opname disesuaikan dengan kelengkapan data atau catatan dan perhitungan barang. Dengan menggunakan cara ini perhitungan persediaan yang dibebankan pada cost of good sold memiliki kemungkinan overstatement¸ karena hanya membandingkan dan menghitung barang yang ada dikurangi dengan persediaan akhir. Sehingga jika ada barang-barang yang rusak atau hilang,barang yang kualitasnya berkurang dan hal ini tidak terungkap akan berdampak pada laporan laba rugi sehingga kurang objektif dan informatif. Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan periodik adalah : a. Pembelian barang dagang dicatat sebagai akun pembelian diletakkan disebelah debit. b. Tidak ada pencatatan pada akun persediaan c. Beban angkut pembeliaan dicatat sebagai akun beban angkut pembelian dan ditempatkan disebelah debit. d. Retur dan potongan pembelian dicatat pada sebelah kredit ke akun retur dan potongan pembelian. Universitas Sumatera Utara 19 e. Potongan tunai pembelian dicatat disebelah kredit ke akun potongan tunai pembelian, dan akan mengurangi pembelian saat mencatat rupiahnya di laporan laba-rugi komprehensif. f. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan cost of good sold dihitung pada akhir periode setelah dilakukannya perhitungan fisik dan penilaian persediaan akhir. Jurnal umum untuk mencatat pembelian dan penjualan persediaan menggunakan metode pencatatan kartu perpetual method adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Metode Pencatatan Kartu Date Description Ref Debet Credit 112001 Pada saat pembelian : Merchandise inventory Cash Account Payable XX XX 512001 Pada saat penjualan : Cash Account Receivable Sales Cost of good sold Merchandise inventory XX XX XX XX Amount XX XX Sumber : Soemarso S.R. 2002 : 407 b. Metode Pencatatan Kartu Perpetual Methode Pada metode pencatatan perpetual ini, setiap jenis persediaan yang dimiliki perusahaan dicatat dalam kartu persediaan. Keluar masuknya persediaan baik itu dalam jumlah maupun rupiah dicatat dalam kartu persediaan ini , sehingga perusahaan bisa mengetahui nilai persediaan setiap saat tanpa perlu menghitung jumlah barangnya terlebih dahulu. Universitas Sumatera Utara 20 Metode pencatatan perpetual ini juga memiliki kelemahan, kelemahannya adalah saat menentukan nilai dan jumlah barang, karena pihak manajemen perusahaan bisa setiap saat mengetahui saldo persediaan tanpa perlu menghitung fisik barang secara langsung, namun dengan hanya menghitung jumlah dan nilai barang berdasarkan kartu persediaan atau catatan yang ada menimbulkan adanya perbedaan antara jumlah persediaan yang tercatat di kartu dengan jumlah persediaan yang terseimpan di gudang, karena menimbang kemungkinan persediaan yang rusak tanpa diketahui perusahaan. Lebih tepat bagi perusahaan jika menggunakan metode periodik dan metode perpetual, mencatat jumlah dan nilai dalam kartu persediaan tetapi tetap menghitung jumlah persediaan barang yang ada agar lebih mengetahui kualitas barang tersebut. Perlakuan akuntansi dalam metode pencatatan perpetual ini tidak disediakan akun pembelian dan akun lain yang berhubungan dengan pembelian barang. Pembelian barang langsung dicatat dengan nama akun persediaan barang dagang. Akun persediaan barang dagangan digunakan untuk mencatat persediaan pada saat pembelian di awal periode , penjualan yang dilakukan selama periode berjalan dan persediaan yang ada di akhir periode. Harga pokok penjualan dicatat setiap kali terjadi transaksi baik itu pembelian barang dagang ataupun keluarnya barang dagang untuk dijual maupun diproses. Sehingga, Universitas Sumatera Utara 21 dibuat akun tersendiri dalam pencatatan pada metode perpetual ini, yaitu harga pokok penjualan. Jurnal umum untuk mencatat pembelian dan penjualan persediaan menggunakan metode pencatatan periodik adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Metode Pencatatan Periodik Date Description Ref Debet Credit 112001 Pada saat pembelian : Purchases Cash Account Payable XX XX 512001 Pada saat penjualan : Cash Account Receivable Sales XX XX Amount XX XX Sumber : Soemarso S.R. 2002 : 407

2.1.2.4 Metode Penilaian Persediaan

Menurut Zaki Baridwan 2004:158 menyatakan “untuk menilai persediaan dapat digunakan berbagai cara yaitu : 1. Identifikasi khusus 2. Masuk pertama keluar pertama MPKP FIFO 3. Rata-rata tertimbang 4. Masuk terakhir keluar pertama MTKPLIFO 5. Persediaan besiminimum 6. Biaya standar 7. Biaya rata-rata sederhana 8. Harga beli terakhir Universitas Sumatera Utara 22 9. Metode nilai penjualan relative 10. Metode biaya variabel”. Penjelasan mengenai metode penilaian persediaan adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi Khusus Metode identifikasi khusus ini didasarkan pada anggapan bahwa arus barang sama dengan arus biaya. Karena itu perlunya pemisahan tiap- tiap jenis barang berdasarkan harga pokoknya dan untuk masing-masing kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri sehingga masing-masing harga pokok barang-barang yang dijual dan sisa barang yang ada merupakan persediaan akhir. Metode ini dapat digunakan dalam perusahaan-perusahaan yang menggunakan prosedur pencatatan fisik Periodic Methode maupun pencatatan kartu Perpetual Methode. 2. LIFO Last in first out Metode ini disebut Last in First out LIFO karena persediaan barang yang pertama kali keluarkan adalah persediaan barang yang terakhir dibeli atau disimpan. Harga pokok persediaan pada metode LIFO Last In First Out ini akan dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya. Apabila ada transaksi penjualan atau pemakaian barang-barang maka harga pokok dibebankan adalah harga pokok yang paling terdahulu, disusul yang masuk berikutnya. Persediaan akhir dikurangi harga pokok terakhir. 3. Rata-rata Tertimbang Universitas Sumatera Utara 23 Dalam metode ini barang-barang yang dipakai untuk produksi atau dijual akan dibebani dengan harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehannya dengan kuantitinya. 4. FIFO first in first out Dalam metode penilaian persediaan First In First Out FIFO ini , persediaan pertama yang dikeluarkan adalah persediaan barang yang pertama kali dibeli atau masuk. Barang-barang yang dikeluarkan dari gudang akan dibebani dengan harga pokok pembelian yang terakhir disusul dengan masuk sebelumnya. Persediaan akhir dihargai dengan harga pokok pembelian yang pertama dan berikutnya. 5. Persediaan BesiMinimum Dalam metode ini perusahaan memerlukan suatu jumlah persediaan minimum untuk menjaga kelangsungan hidup usahanya. Persediaan minimum ini dianggap sebagai elemen yang harus tetap, sehingga dinilai dengan harga pokok yang tetap. Harga pokok untuk persediaan minimum biasanya diambil dari pengalaman masa lalu yang nilai harga pokoknya rendah. Pada akhir periode jumlah barang yang ada di gudang dihitung. Jumlah persediaan ini kemudian dinilai dengan harga pokok yang tetap, sedangkan selisih antara jumlah barang yang ada dengan jumlah persediaan minimum dinilai dengan harga pada saat tersebut. 6. Biaya Standar Universitas Sumatera Utara 24 Perusahaan manufaktur yang memakai sistem biaya standar, persediaan barang perusahaan tersebut dinilai dengan biaya standar, yaitu biaya- biaya yang sebenarnya terjadi. Biaya standar ini ditentukan diawal sebelum proses produksi dimulai untuk bahan baku, upah langsung, dan biaya produksi tidak langsung. Apabila terdapat perbedaan biaya-biaya yang sesungguhnya terjadi dengan biaya standarnya, perbedaan- perbedaan itu akan dicatat sebagai selisih. Karena persediaan ini dinilai dengan biaya standar maka pemborosan-pemborosan dan hal-hal yang tidak biasa tidak termasuk dalam perhitungan harga pokok penjualan. Biaya standar yang telah ditetapkan akan terus digunakan apabila tidak ada perubahan harga maupun metode produksi. Jika ada perubahan yang terjadi baik itu perubahan harga maupun metode produksi maka biaya standar harus dirubah dan disesuaikan dengan kondisi yang baru. 7. Biaya Sederhana Harga pokok persediaan dalam metode biaya sederhana ini ditentukan dengan menghitung rata-rata tanpa memperhatikan jumlahnya. Apabila terjadi perbedaan jumlah barang metode ini tidak menghasilkan harga pokok yang dapat mewakili seluruh persediaan. 8. Harga Beli Terakhir Dalam metode harga beli terakhir ini persediaan barang yang ada pada akhir periode dinilai dengan harga pokok pembelian terakhir tanpa mempertimbangkan apakah jumlah persediaan yang ada melebihi jumlah yang dibeli terakhir. Universitas Sumatera Utara 25 9. Metode nilai penjualan relatif Metode ini dipakai jika perusahaan ingin mengalokasikan biaya-biaya bersama kepada masing-masing produk yang dihasilkan atau dibeli. Masalah alokasi ini biasanya dialami oleh perusahaan yang bergerak dibidang usaha dagang maupun manufaktur. Dalam perusahaan dagang apabila dibeli beberapa barang yang harganya menjadi satu, timbul masalah berapakah harga pokok masing-masing barang tersebut. 10. Metode Biaya Variabel Dalam metode ini harga pokok produksi dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan hanya dibebani dengan biaya variabel produksi yaitu, bahan baku, upah langsung, dan biaya produksi tidak langsung. Metode biaya variabel berguna bagi pimpinan perusahaan dalam merencanakan dan kegiatan mengawasi biaya-biayanya. Agar metode ini dapat digunakan, rekening-rekening biaya harus dipisahkan menjadi variabel biaya atau tetap. Karena biaya-biaya yang masuk dalam perhitungan harga pokok produksi hanya biaya-biaya yang bersifat variabel, metode ini tidak diterima sebagai prinsip akuntansi yang lazim. Oleh karena itu jika perusahaan menggunakan metode biaya variabel maka pada akhir periode harus diadakan penyesuaian terhadap persediaan dan harga pokok penjualan. Sebelum tahun 2005 IAS 2 International Accounting Standard memperbolehkan menggunakan tiga alternatif metode penilaian persediaan , yaitu metode FIFO First In First Out, LIFO Last In First Universitas Sumatera Utara 26 Out dan rata-rata tertimbang. Namun mulai 1 Januari 2005 IFRS International Financial Reporting Standard tidak memperbolehkan metode LIFO Last In First Out digunakan untuk menilai persediaan.

2.1.2.5 Perputaran Persediaan Barang Jadi

Munawir 2004 : 77 menyatakan bahwa “Tingkat perputaran persediaan Inventory Turnover adalah merupakan ratio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan”. Perusahaan seperti perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang industri manufaktur yang kegiatannya tidak hanya membeli dan menjual barang dagangan melainkan juga memproduksi barang maka perusahaan ini pada akhir tahun akan mempunyai persediaan bahan baku mentah, barang dalam proses dan barang jadi. Untuk barang jadi maka perputarannya dapat dihitung dengan cara yang sama dengan perhitungan perputaran persediaan barang dagangan yaitu membagi harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Persediaan merupakan investasi aktiva lancar yang biasanya jumlahnya paling besar diantara aktiva lancar lainnya, sehingga penting bagi pihak manajemen perusahaan untuk mengontrol persediaan dengan cermat, karena itu dalam banyak hal persediaan lebih sensitif terhadap fluktuasi bisnis umum dibanding dengan harta lainnya yang dimiliki perusahaan. Dalam kondisi bisnis perusahaan yang baik persediaan digunakan perusahaan dengan jumlah besar, sedangkan pada saat kondisi bisnis Universitas Sumatera Utara 27 perusahaan atau permintaan konsumen yang sedikit persediaan barang dapat menumpuk di gudang. Pihak manajemen secara khusus perlu merumuskan dan menetapkan cara perencanaan yang efektif. Salah satu cara pengendalian adalah dengan menggunakan rasio perputaran persediaan barang. 1. Rasio Perputaran Persediaan Menurut Kasmir 2010:114 menyatakan bahwa “perputaran persediaan adalah rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam satu periode.” Tingkat perputaran persediaan menunjukan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan yang diganti dalam satu tahun. Untuk mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dalam gudang dapat dihitung dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu tahun dengan perputaran dari persediaan tersebut. Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutar barang dagangannya, dan menunjukan hubungan antara yang diperlukan untuk menunjang dan mengimbangi tingkat penjualan yang ditentukan. Rasio perputaran persediaan dan jumlah hari persediaan adalah alat untuk menguji persediaan. Sugiyarso dan Winarni 2005 : 39 menyatakan bahwa : “Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual dibagi menjadi rata- rata persediaan barang jadi. Rata-rata persediaan dihitung dengan cara menambahkan saldo persediaan awal dan saldo persediaan akhir kemudian dibagi dua. Jumlah hari per tahun untuk perhitungan yang Universitas Sumatera Utara 28 teliti sering digunakan 365 hari; apabila hanya digunakan hari kerja maka 1 tahun = 300 hari; akan tetapi banyak juga yang mempergunakan perhitungan 1 tahun = 360 hari.” Rasio perputaran persediaan barang jadi adalah ukuran yang menunjukan berapa kali jumlah persediaan barang jadi diganti dalam satu tahun. Semakin besar rasio ini semakin baik karena hal ini menunjukkan bahwa kegiatan penjualan perusahaan berjalan cepat dan lancar. Menghitung perputaran persediaan barang jadi : Harga Pokok Penjualan . Rata-rata Persediaan Persediaan Barang Jadi Untuk menghitung rata-rata persediaan : Persediaan Barang Jadi Awal + Persediaan Barang Jadi Akhir 2 2. Rata-rata periode penjualan Menurut Budi Rahardjo 2009:42 menyatakan bahwa “rata-rata periode penjualan adalah jumlah hari yang diperlukan untuk menjual seluruh persediaan setiap kali”. Untuk mengetahui berapa hari rata-rata persediaan barang jadi tersimpan dalam gudang dapat dicari dengan cara membagikan jumlah hari dalam satu tahun dibagi perputaran persediaan, yaitu : Rata-rata penjualan = 365 Perputaran Persediaan Barang Jadi Budi Rahadjo 2009:42 juga menyatakan bahwa “Jika perusahaan dagang mempunyai perputaran yang lebih lambat dari rata-rata industri jenis bisnis yang sama, maka kemungkinan ada barang kadaluarsa yang tersimpan, atau stok barang-barang persediaan yang tidak dibutuhkan terlalu banyak. Persediaan yang terlalu berlebihan Universitas Sumatera Utara 29 akan menyedot dana yang digunakan di pos lain dalam operasi perusahaan.”

2.1.3 Modal Kerja

Bagi setiap perusahaan, baik itu perusahaan yang memproduksi barang ataupun bergerak di bidang jasa membutuhkan sejumlah dana untuk menjalankan segala aktivitasnya baik dana yang berupa pinjaman ataupun dana yang berasal dari modal sendiri. Dana-dana tersebut biasanya digunakan perusahaan untuk : 1. Investasi Penggunaan dana investasi ini biasanya untuk membeli dan membiayai aktiva tetap dan bersifat jangka panjang yang dapat digunakan secara berulang-ulang, seperti investasi dengan membeli tanah, bangunan, mesin, kendaraan, dan aktiva tetap lainnya. 2. Modal kerja Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai kebutuhan jangka pendek, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku, membayar upah dan gaji, dan biaya operasional lainnya. Modal untuk yang digunakan untuk keperluan investasi biasanya dibutuhkan setiap saat hanya pada saat-saat tertentu. Saat pelaksanaan investasi itu sendiri. perusahaan membutuhkan beberapa lama lagi untuk melakukan investasi sampai umur ekonomis aktiva tersebut habis. Sementara itu modal untuk modal kerja secara berkesinambungan dibutuhkan untuk membiayai operasional perusahaan. Modal kerja membutuhkan penanganan Universitas Sumatera Utara 30 dan perhatiaan yang intens, sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Oleh karena itu pengelolaan modal kerja bagi setiap perusahaan berbeda-beda.

2.1.3.1 Pengertian Modal Kerja

Pengertian modal kerja menurut G. Sugiyarso dan F.Winarni 2006:17 adalah “Dana yang ditanamkan ke dalam aktiva lancar untuk membiayai operasi perusahaan sehari- hari disebut dengan modal kerja”. Sedangkan Bambang Riyanto 2000:57 menyatakan bahwa : “Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalkan untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai dan sebagainya. Dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penju alan produksinya”. Menurut Kasmir 2010:212 pengertian dari modal kerja adalah “Seluruh komponen aktiva lancar dikurangi seluruh total kewajiban lancar” Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa modal kerja adalah dana yang ditanamkan ke aktiva lancar dikutangi kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Pengertian modal kerja dapat dilihat dari tiga aspek menurut Bambang Riyanto 2000:57, yaitu: a. Konsep kuantitatif b. Konsep kualitatif Universitas Sumatera Utara 31 c. Konsep fungsional.” Penjelasan dari tiga konsep tersebut adalah : a. Konsep Kuantitatif Konsep kuantitatif ini mendasarkan pada besarnya jumlah dana yang ditanamkan pada elemen-elemen aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang selalu berputar dalam bentuk semula atau aktiva di mana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Modal kerja menurut konsep kuantitatif ini adalah jumlah keseluruhan dari aktiva lancar. Modal kerja dalam definisi ini disebut modal kerja bruto. Konsep ini hanya memandang dari sisi aktiva lancar, tanpa melihat adanya utang-utang lancar kewajiban jangka pendek yang harus dibayar sewaktu-waktu. b. Konsep Kualitatif Konsep kualitatif ini berbeda dengan konsep kuantitatif dimana jumlah utang lancar kewajiban jangka pendek yang merupakan utang yang harus segera dibayar dikaitkan dalam pengertian modal kerja. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar disediakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus segera dilunasi, di mana bagian dari aktiva lancar ini tidak dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan untuk menjaga likuiditas. Maka modal kerja menurut konsep kualitatif ini merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai kegiatan Universitas Sumatera Utara 32 operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditas, yaitu kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut sebagai modal kerja neto. Modal kerja dapat dirumuskan sebagai aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar . c. Konsep Fungsional Konsep fungsional ini lebih mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu yang seluruh dana langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek. Melihat tiga konsep diatas, modal kerja perusahaan dibagi kedalam dua jenis menurut Kasmir 2010:212, yaitu : 1. Modal kerja kotor gross working capital Modal kerja kotor adalah semua komponen aktiva lancar dan sering disebut modal kerja. Modal kerja kotor terdiri dari, kas, bank, surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Nilai total dari keseluruhan komponen aktiva lancar tersebut adalah jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. 2. Modal kerja bersih net working capital Universitas Sumatera Utara 33 Modal kerja bersih adalah keseluruhan komponen aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total utang lancar atau kewajiban jangka pendek. Utang lancar meliputi utang dagang, utang wesel, utang bank jangka pendek, utang gaji, utang pajak, dan utang lancar lainnya.

2.1.3.2 Unsur-Unsur Modal Kerja

Menurut Munawir 2004:14 bahwa unsur-unsur modal kerja yaitu : 1. Aktiva Lancar Menurut Munawir 2004:14 menyatakan bahwa “aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya paling lama satu tahun atau dalam perputaran keg iatan usahan yang normal” Yang termasuk aktiva lancar yaitu: a. Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. b. Investasi jangka pendek atau surat berharga adalah investasi yang sifatnya sementara jangka pendek. c. Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan terhadap pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang. d. Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain sebagai akibat adanya penjualan barang secara kredit. Universitas Sumatera Utara 34 e. Persediaan, untuk perusahaan dagang yang dimaksud dengan persediaan adalah barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang atau belum laku terjual. Untuk perusahaan manufaktur maka persediaan barang meliputi persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. f. Piutang penghasilan atau piutang yang masih harus diterima, g. Persekot atau biaya yang dibayar dimuka. 2. Hutang Lancar Menurut Munawir 2004:18 menyatakan bahwa “hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasan atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek satu tahun sejak tanggal neraca dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.” Yang termasuk hutang lancar, yaitu : a. Hutang dagang, adalah hutang yang timbul akibat adanya pembelian secara kredit. b. Hutang wesel, adalah hutang yang disertai janji tertulis yang diatur dengan undang-undang untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu dimasa yang akan datang. c. Hutang pajak, baik pajak untuk perushaaan yang bersangkutan ataupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan kepada Negara. Universitas Sumatera Utara 35 d. Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum melakukan pembayaran. e. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah sebagian atau seluruh hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek karena harus segera dilakukan pembayaran. f. Penghasilan yang diterima dimuka, adalah penerimaan uang untuk penjualan barang dan jasa yang belum direalisasikan.

2.1.3.3 Pengukuran Modal Kerja

Pengelolaan modal kerja yang baik, perusahaan akan memperoleh modal kerja netto yang layak, sehingga menjamin tingkat likuiditas perusahaan. Modal kerja dapat diukur dengan menggunakan modal kerja netto. Perubahan-perubahan dalam modal kerja netto yaitu aktiva lancar dikurangi utang lancar atau kewajiban jangka pendek. Lukman Syamsuddin 2000:43 menyatakan : “Pembandingan net working capital dari tahun ke tahun juga bisa memberikan gambaran tentang jalannya perusahaan.” Untuk mengetahui besarnya persentase perubahan modal kerja netto pada analisis laporan keuangan dengan membandingkan modal kerja tahun berjalan dengan modal kerja tahun yang lalu. Dalam penelitian ini modal kerja yang digunakan adalah modal kerja bersih yaitu aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Universitas Sumatera Utara 36 2.1.4 Hubungan Perputaran Persediaan terhadap Modal kerja Kasmir 2010:218 didalam bukunya Pengantar Manajemen Keuangan yang menyatakan bahwa “Makin kecil atau rendah tingkat perputaran persediaan, maka kebutuhan modal kerja makin tinggi, demikian pula sebaliknya.” Pengendalian persediaan barang merupakan salah satu pengendalian terpenting yang harus dilakukan oleh perusahaan karena salah satu faktor keberhasilan perusahaan adalah jika perusahaan dapat mengelola persediaannya dengan baik. Persediaan sebagai salah satu elemen modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan yang berputar. Perputaran persediaan akan berpengaruh terhadap besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan untuk membelanjai perusahaan tersebut. Tingkat perputaran persediaan yang rendah menunjukan adanya investasi modal kerja yang besar pada persediaan, sebaliknya perputaran persediaan yang tinggi memerlukan semakin sedikitnya investasi modal kerja yang terikat dalam persediaan. Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nida 2008 yang berjudul “pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi menyatakan Bahwa : “Perputaran persediaan berpengaruh terhadap modal kerja.” Dengan demikian dibutuhkan perputaran persediaan yang cukup tinggi agar memperkecil risiko kerugian akibat dari penurunan harga serta mampu menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan persediaan. Universitas Sumatera Utara 37 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu No Tahun Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. 2008 Nida Pengaruh Tingkat Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Modal Kerja pada PT. INTI Tingkat perputaran persediaan barang jadi berpengaruh terhadap modal kerja. 2. 2008 Diana Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Efisiensi Modal Kerja” 1. Perputaran kas tidak berpengaruh terhadap efisiensi modal kerja. 2. Perputaran Piutang berpengaruh terhadap efisiensi modal kerja. 3. Perputaran persediaan berpengaruh terhadap efisiensi modal kerja.

2.3 Kerangka Konseptual

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, tinjauan pustaka dan tinjauan penelitian terdahulu , maka dapat disimpulkan bentuk kerangka konseptual adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 38 H1 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Modal kerja adalah dana yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan operasi perusahaannya, hal ini biasanya dapat kita golongkan dalam kewajiban jangka pendek. Kemampuan perusahaan membiayai kewajiban jangka pendeknya dapat dilihat dari total aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam menjalankan operasinya, terutama pada perusahaan-perusahaan manufaktur, salah satu kelompok aktiva lancar yang terus berputar dan biasanya dalam jumlah besar pembeliannya adalah persediaan. Pihak manajemen perusahaan harus mengendalikan persediaan barang seefisien mungkin, karena ketidakefisienan persediaan akan berpengaruh pada berkurangnya laba perusahaan nantinya. Persediaan barang jadi akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja perusahaan. Kelebihan atau kekurangan modal kerja mengakibatkan meningkatnya pengeluaran perusahaan . Menurut Ridwan 2002:262 persediaan merupakan suatu investasi karena uang perusahaan akan tertanam dalam persediaan perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan. Semakin tinggi tingkat persediaan maka semakin besar investasi dan biaya yang dibutuhkan. Perputaran Persediaan Barang Jadi Modal Kerja Universitas Sumatera Utara 39 2.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka pikiran di atas, maka penulis mengemukakan hipotesis bahwa : “Tingkat Perputaran Persediaan Barang Jadi Memiliki Pengaruh yang Signifikan Terhadap Modal Kerja” Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

16 141 75

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERSEDIAAN DAN AKTIVA TETAP TERHADAP RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2013.

0 4 31

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Likuiditas Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2011).

0 0 43

Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Modal Kerja Perusahaan-Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

0 0 12

Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Modal Kerja Perusahaan-Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

0 0 2

Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Modal Kerja Perusahaan-Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

0 0 9

Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Modal Kerja Perusahaan-Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

0 0 30

Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Modal Kerja Perusahaan-Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

2 7 3

Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Modal Kerja Perusahaan-Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

0 0 6

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA, PERPUTARAN KAS, DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2014

0 0 16