Total Penjualan Total Sales Bonus Perusahaan Perkiraan RugiLaba Usaha Analisa Aspek Ekonomi .1 Profit Margin PM

10.1.4 Biaya Variabel Variable Cost VC

Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya tergantung pada jumlah produksi. Biaya variabel meliputi: - Biaya bahan baku proses dan utilitas - Biaya variabel tambahan, meliputi biaya perawatan dan penanganan lingkungan, pemasaran dan distribusi. - Biaya variabel lainnya Dari hasil perhitungan pada Lampiran E diperoleh biaya variabel VC adalah sebesar Rp. 1.317.566.020.021,- Total Biaya Produksi = Biaya Tetap + Biaya Variabel = Rp 123.843.048.173,- + Rp. 1.317.566.020.021,- = Rp. 1. 441.409.484.920,-

10.2 Total Penjualan Total Sales

Penjualan diperoleh dari hasil penjualan produk polibisfenol-a karbonat dan Campuran NaCl sebesar Rp. 1.586.263.553.114,-

10.3 Bonus Perusahaan

Sesuai fasilitas tenaga kerja dalam pabrik pembuatan polibisfenol-a karbonat, maka perusahaan memberikan bonus 0,5 dari keuntungan perusahaan yaitu sebesar Rp. 724.272.424,-

10.4 Perkiraan RugiLaba Usaha

Dari hasil perhitungan pada Lampiran E diperoleh: 1. Laba sebelum pajak bruto = Rp. 144.130.212.496,- 2. Pajak penghasilan PPh = Rp 43.311.563.749,- 3. Laba setelah pajak netto = Rp 100.908.648.747,- Universitas Sumatera Utara 10.5 Analisa Aspek Ekonomi 10.5.1 Profit Margin PM Profit Margin adalah persentase perbandingan antara keuntungan sebelum pajak penghasilan PPh terhadap total penjualan. PM = penjualan total pajak sebelum Laba  100  PM = 100 x 553.114,- 1.586.263. Rp ,- 496 . 212 . 130 . 44 1 Rp = 9,0861 Dari hasil perhitungan diperoleh profit margin sebesar 9,0861, maka pra rancangan pabrik ini memberikan keuntungan.

10.5.2 Break Even Point BEP

Break Even Point adalah keadaan kapasitas produksi pabrik pada saat hasil penjualan hanya dapat menutupi biaya produksi. Dalam keadaan ini pabrik tidak untung dan tidak rugi. BEP = Variabel Biaya Penjualan Total Tetap Biaya   100  BEP = 100 x 020.021,- 1.317.566. Rp. - 553.114, 1.586.263. Rp 8.173,- 123.843.04 Rp BEP = 46,09 Kapasitas produksi pada titik BEP = 46,09  16.000 tontahun = 7.374 tontahun Nilai penjualan pada titik BEP = 45,97 x Rp 1.586.263.553.114,- = Rp 731.110.968.388,- Dari data feasibilities, Peters, 2004: - BEP  50 , pabrik layak feasible - BEP  70 , pabrik kurang layak infeasible. Dari perhitungan diperoleh BEP = 46,07 , maka pra rancangan pabrik ini layak. Universitas Sumatera Utara

10.5.3 Return on Investment ROI

Return on Investment adalah besarnya persentase pengembalian modal tiap tahun dari penghasilan bersih. ROI = investasi modal Total pajak setelah Laba  100  ROI = 100 x 075.235,- Rp523.946. 8.747,- 100.908.64 Rp = 19,25 Analisa ini dilakukan untuk mengetahui laju pengembalian modal investasi total dalam pendirian pabrik. Kategori resiko pengembalian modal tersebut adalah:  ROI  15  resiko pengembalian modal rendah.  15  ROI  45  resiko pengembalian modal rata-rata.  ROI  45  resiko pengembalian modal tinggi. Dari hasil perhitungan diperoleh ROI sebesar 19,25 , sehingga pabrik yang akan didirikan ini termasuk resiko laju pengembalian modal rata-rata.

10.5.4 Pay Out Time POT

Pay Out Time adalah angka yang menunjukkan berapa lama waktu pengembalian modal dengan membandingkan besar total modal investasi dengan penghasilan bersih setiap tahun. Untuk itu, pabrik dianggap beroperasi pada kapasitas penuh setiap tahun. POT = tahun 1 x 0,1925 1 POT = 5,1922 tahun Dari hasil perhitungan, didapat bahwa seluruh modal investasi akan kembali setelah 5,1922 tahun. Universitas Sumatera Utara

10.5.5 Return on Network RON

Return on Network merupakan perbandingan laba setelah pajak dengan modal sendiri. RON = sendiri M odal pajak setelah Laba  100  RON = 100 x ,- 5.141 314.367.64 Rp 8.747,- 100.908.64 Rp = 32,09

10.5.6 Internal Rate of Return IRR

Internal Rate of Return IRR merupakan persentase yang menggambarkan keuntungan rata-rata bunga per tahunnya dari semua pengeluaran dan pemasukan besarnya sama. Apabila IRR ternyata lebih besar dari bunga riil yang berlaku, maka pabrik akan menguntungkan tetapi bila IRR lebih kecil dari bunga riil yang berlaku maka pabrik dianggap rugi. Dari perhitungan Lampiran E diperoleh IRR = 23,94 , sehingga pabrik akan menguntungkan karena lebih besar dari bunga bank saat ini sebesar 15. Universitas Sumatera Utara

BAB XI KESIMPULAN DAN SARAN

11.1 Kesimpulan