BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Dari 21 responden nyeri punggung bawah kronis terdiri dari 13 perempuan 61,9 dan 8 laki-laki 38,1
2. Berdasarkan karateristik demografi, diagnosis responden terbanyak adalah spondylosis lumbalis, 11 orang52,4
3. Dari 21 responden penderita nyeri bawah kronis berdasarkan kuesioner McGill didapatkan nyeri sensorik lebih menonjol dibandingkan nyeri afektif
4. Berdasarkan analisis bivariat, didapatkan hubungan yang bermakna antara VAS dengan insomnia
6.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Dalam bidang penelitian, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui hormon-hormon apa saja yang berpengaruh terjadinya insomnia
2. Untuk tenaga medis disarankan untuk lebih memperhatikan masalah gangguan tidur yang sering terjadi pada pasien nyeri punggung bawah kronis sehingga
dapat memberikan terapi yang tepat, untuk memperbaiki kualitas tidur pasien 3. Untuk pasien disarankan menemui dokter apabila dijumpai gejala nyeri
pungguh bawah agar dapat cepat diatasi sehingga meningkatkan kualitas tidur sehingga kualitas hidup lebih baik
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Insomnia 2.1.1. Definisi
Gangguan tidur merupakan kumpulan dari gejala dengan ciri-ciri adanya gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada seorang individu
Nur’arini, 2011. Hal yang tampak jelas dari insomnia primer adalah keluhan karena susah
memulai atau mempertahankan tidur atau tidur yang tidak pulas setidaknya selama 1 bulan Kriteria A dan menyebabkan tekanan yang signifikan terhadap
kesehatan atau gangguan pada kehidupan sosial, pekerjaan, atau kegiatan-kegiatan penting lainnya Kriteria B. Terganggunya tidur tidak tampak jelas pada
gangguan tidur yang lainnya Kriteria C atau kelainan mental Kriteria D dan tidak disebabkan efek psikologis langsung dari obat-obatan atau penyakit Kriteria
E P
DSM-IV,1994. Hal yang tampak dari gangguan tidur akibat adanya penyakit yang diderita
adalah gangguan tidur yang tampak sehingga cukup untuk membuat penderita membutuhkan tindakan klinis yang independen Kriteria A dan digunakan
sebagai salah satu tanda adanya penyakit. Gejala bisa berupa insomnia, hypersomnia, parasomnia atau gabungannya. Harus ada bukti yang didapat dari
riwayat, pemeriksaan fisik, atau hasil laboratorium yang menunjukkann gangguan tidur sebagai penyebab fisiologis langsung dari suatu penyakit Kriteria B.
Gangguan ini sebaiknya tidak dikarenakan kelainan mental, seperti Adjustment Disorder, dimana stressor ini adalah penyakit yang serius Kriteria C. Diagnosis
tidak dibuat jika gangguan tidur muncul hanya selama delirium Kriteria D. Gangguan tidur yang disebabkan karena Sleep-Related Breathing Disorder
contoh: sleep apnea atau Narcolepsy tidak dimasukkan kedalam kategori ini Kriteria E. Gejala gangguan tidur ini harus menyebabkan tekanan stress yang
Universitas Sumatera Utara
signifikan atau mengganggu kehidupan social, pekerjaan dan lain-lain DSM-IV, 1994.
2.1.2. Faktor risiko
Beberapa faktor risiko seperti kebiasaan tidur yang sedikit, jadwal tidur yang berantakan, dan ketakutan akan tidak bisanya tidur menjadi masalah
insomnia dan dapat membuat siklus yang menimbulkan insomnia yang menetap. Temperamental. Depresi atau sifat yang cenderung khawatir atau gaya pemikiran
yang selalu khawatir, meningkatkan kecenderungan untuk terjaga, dan kecondongan untuk menahan emosi dapat meningkatkan risiko insomnia.
Lingkungan. Bunyi, cahaya, temperatur yang tidak nyaman, dan ketinggian dapat meningkatkan faktor risiko insomnia. Genetik dan psikologikal. Wanita dan
penderita yang lanjut usia erat berhubungan dengan insomnia. Terganggunya tidur dan insomnia dapat diturunkan
P DSM-V, 2013
2.1.3. Patofisiologi
Beberapa faktor penting pada patofisiologi insomnia adalah gangguan irama sirkaridan siklus bangun-tidur, irama suhu tubuh, keinginan untuk tidur dna
waktu terjaga. Pada bebrapa penelitian dilaporkan bahwa keluhan yang dirasakan pasien insomnia bukanlah disebabkan oleh adanya gangguan selama mereka tidur
malam atau karena sleep deprivation, tetapi lebih dikarenakan waktu terjaga somatik dan kognitifnya selama 24 jam. Input sensori dan proses informasi pada
pasien insomnia tetap berlangsung dan mempengaruhi inisiasi tidur dan konsolidasi. Gangguan adaptasi dan gangguan fungsi kepercayaan pasien seperti
khawatir yang berlebihan tentang konsekuensi insomnia yang diderita dan pikiran tidak realistic tentang gangguan tidurnya serta kondisi terjaga arousal tingkat
kortikal turut terlibat dalam kejadian insomnia Kelompok Studi Gangguan Tidur PERDOSSI,
P 2014
Universitas Sumatera Utara
2.2. Nyeri Punggung Bawah 2.2.1. Definisi
Nyeri punggung bawah adalah gejala penyakit yang cukup sering dialami, dengan karakteristik nyeri dibagian lumbal atau sacral pada punggung bagian
bawah. Bisa dirasakan pada keadaan tegak, punggung yang diam P
static pain atau
P ketika
P bergerak
P kinetic
P pain
P Falvo,
P 2005.
Nyeri punggung bawah adalah kategori yang paling luas dari gejala nyeri punggung, di susun menjadi empat kelompok berdasarkan lama gejala sejak awal
dimulai: akut, durasi ≤6 minggu; subakut, durasi ≥6 minggu tapi ≤3 bulan; kronis, durasi ≥3 bulan; dan acute imposed on chronic, serangan akut pada penderita
yang sudah mengalami nyeri punggung bawah kronis P
Mengel Schwiebert,
2009. 2.2.2. Prevalensi
Menurut Dennis C. dan Kimberly S. dalam Michael E. dan Alexandra C.
P 2007, mengidentifikasi tujuh studi epidemiologi yang dilakukan di Britania,
Belgium, Jerman dan Swedia yang dilaporkan secara spesifik pada prevalensi nyeri
punggung bawah
sebagai nyeri
terbanyak yang
dilaporkan. Dengan insidens 5 dan prevalensi sampai saat ini 60-90, nyeri
punggung bawah adalah penyebab kecacatan di Amerika Serikat pada orang dewasa dibawah 45 tahun. 1 dari seluruh populasi di Amerika Serikat cacat
secara kronis dan 1 lagi cacat sementara akibat nyeri punggung Jeannette, Samuel, and Evelyn, 2007.
2.2.3. Etiologi
Nyeri punggung bawah, sulit dimengerti etiologinya, tanpa melihat prevalensi dan morbiditasnya. Dipercaya bahwa nyeri dan gangguan dari nyeri
punggung bawah adalah hasil yang complex dari interaksi diantara struktur anatomi dari spinal dan hubungannya dengan neurofisiologi dan biokimia
Jeannette, P
Samuel, P
and P
Evelyn,2007. Penyebab keluhan nyeri pinggang inin sangat beragam dan memerlukan
suatu pendekatan yang sistematik dalam upaya mencari penyebab utanmanya.
Universitas Sumatera Utara
Sumber nyeri dapat berasal dari persoalan kulit, otot, tulang belakang, organ visera, ataupun kebiasaan
P habit seseorang dalam posisi tertentu serta aktifitas
rutin dalam pekerjaan Sudoyo dkk, 2007. Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh karena:
1. Gangguan mekanis akibat postur yang tidak baik, contoh: lordosis punggung condong ke depan
2. Buruknya posisi tubuh ketika bekerja, menyebabkan terkilir atau otot tegang 3. Luka akibat terjatuh, seperti kecelakaan kendaraan atau olahraga
4. Spondylolisthesis berubah posisinya tulang punggung lebih ke depan 5. Spndylolysis hancurnya atau degenerasi dari tulang punggung
6. Arthritis atau osteoporosis 7. Infeksi pada tulang punggun atau jaringan di antara tulang punggung
8. Tumor pada tulang punggung, atau hasil metastase kanker dari organ lain 9. Herniasi dari intervertebral disk referred pain dari organ di tubuh, seperti
ginjal atau uterus Falvo, 2005
2.3. PSQI Pittsburgh Sleep Quality Index 2.3.1. Definisi
PSQI adalah instrument klinis yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur. PSQI terdiri dari 19 pertanyaan, dimana berhubungan dengan kualitas tidur,
termasuk estimasi durasi tidur, latensi tidur, frekuensi, dan keparahan dari gangguan tidur yang diderita. 19 pertanyaan ini digabunng menjadi tujuh
komponen penilaian, setiap komponen mempunyai skala 0-3, kemudian nilai total dihitung berdasarkan skala global PSQI score, dimana skala berkisar dari 0-21,
nilai yang tinggi menandakan kualitas tidur yang buruk Daniel et al.,1988.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. Pembagian Skala PSQI
Muhibin, 2006 Slameto, 2010
2.3.3. Cara Pengukuran
PSQI mengkaji 7 dimensi pada kualitas tidur, yaitu kualitas tidur subjektif, latensi tidur, lama tidur, gangguan tidur, lama tidur malam, penggunaan obat
NO PERTANYAAN
SKALA
1 Jam berapa biasanya anda mulai
tidur malam Lama di tempat tidur Efisiensi tidur
2 Berapa lama anda biasanya baru bisa
tertidur tiap malam Latensi tidur lama memulai tidur
3 Jam berapa anda biasanya bangun
pagi Lama di tempat tidur Efisiensi Tidur
4 Berapa lama anda tidur dimalam hari
Lama tidur malam Efisiensi Tidur 5
Seberapa sering masalah-masalah dibawah ini mengganggu tidur anda?
a Tidak mampu tertidur selama 30
menit sejak berbaring Latensi tidur lama memulai tidur
b Terbangun ditengah malam atau
terlalu dini Gangguan Ketika Tidur Malam
c Terbangun untuk ke kamar mandi
d Tidak mampu bernafas dengan
leluasa e
Batuk atau mengorok f
Kedinginan dimalam hari g
Kepanasan dimalam hari h
Mimpi buruk i
Terasa nyeri j
Alasan lain ……… 6
Seberapa sering anda menggunakan obat tidur
Penggunaan Obat-obat tidur 7
Seberapa sering anda mengantuk ketika melakukan aktifitas disiang
hari Terganggunya aktifitas di siang hari
8 Seberapa besar antusias anda ingin
menyelesaikan masalah yang anda hadapi
9 Pertanyaan preintervensi :
Bagaimana kualitas tidur anda selama sebulan yang lalu
Kualitas Tidur Subjektif
Pertanyaan postintervensi : Bagaimana kualitas tidur anda selama seminggu
yang lalu
Universitas Sumatera Utara
tidur, dan gangguan aktifitas pada siang hari. Pengukuran pada tiap dimensi tersebar dalam beberapa pertanyaan dan penilaian yang sesuai dengan standar
bakuNova, 2012, seperti berikut: 1. Kualitas tidur subyektif
Dilihat dari pertanyaan nomor 9 0 = sangat baik
1 = baik 2 = kurang
3 = sangat kurang 2. Latensi tidur kesulitan memulai tidur
total skor dari pertanyaan nomor 2 dan 5a
Pertanyaan nomor 2: ≤ 15 menit = 0
16-30 menit = 1 31-60 menit = 2
60 menit = 3 Pertanyaan nomor 5a:
Tidak pernah = 0
Sekali seminggu = 1
2 kali seminggu = 2
3 kali seminggu = 3
Jumlahkan skor pertanyaan nomor 2 dan 5a, dengan skor dibawah ini: Skor 0
= 0 Skor 1-2
= 1 Skor 3-4
= 2 Skor 5-6
= 3 3. Lama tidur malam
Dilihat dari pertanyaan nomor 4 7 jam
= 0 6-7 jam
= 1 5-6 jam
= 2 5 jam
= 3 4. Efisiensi tidur
Pertanyaan nomor 1,3,4
Universitas Sumatera Utara
Efisiensi tidur= lama tidur lama di tempat tidur x 100
lama tidur – pertanyaan nomor 4 lama di tempat tidur – kalkulasi respon dari pertanyaan nomor 1 dan 3
Jika di dapat hasil berikut, maka skornya: 85
= 0 75-84
= 1 65-74
= 2 65
= 3 5. Gangguan ketika tidur malam
Pertanyaan nomor 5b sampai 5j Nomor 5b sampai 5j dinilai dengan skor dibawah ini:
Tidak pernah = 0
Sekali seminggu = 1
2 kali seminggu = 2
3 kali seminggu = 3
Jumlahkan skor pertanyaan nomor 5b sampai 5j, dengan skor dibawah ini: Skor 0
= 0 Skor 1-9
= 1 Skor 10-18
= 2 Skor 19-27
= 3 6. Menggunakan obat-obat tidur
Pertanyaan nomor 6 Tidak pernah = 0
Sekali seminggu = 1
2 kali seminggu = 2
3 kali seminggu= 3 7. Terganggunya aktifitas disiang hari
Pertanyaan nomor 7 dan 8 Pertanyaan nomor 7:
Tidak pernah = 0 Sekali seminggu
= 1 2 kali seminggu
= 2 3 kali seminggu= 3
Pertanyaan nomor 8:
Universitas Sumatera Utara
Tidak antusias = 0 Kecil
= 1 Sedang
= 2 Besar
= 3 Jumlahkan skor pertanyaan nomor 7 dan 8, dengan skor di bawah ini:
Skor 0 = 0
Skor 1-2 = 1
Skor 3-4 = 2
Skor 5-6 = 3
Skor akhir: Jumlahkan semua skor mulai dari komponen 1 sampai 7 Muhubin, 2006 Slameto, 2010.
Kemudian dengan
global PSQI score dimulai dari
0-21, dimana
Minimum skor =0 baik, dan maksimum skor = 21 sangat buruk, dan interpretasinya: TOTAL 5 = kualitas tidur buruk
TOTAL ≤ 5 = kualitas tidur baik Daniel et al.,1988
2.4. Short Form McGill Pain Questionnaire SF-MPQ 2.4.1. Definisi
Bentuk pendek dari kuesioner nyeri McGill telah dikembangkan. Komponen utama dari kuesioner ini terdiri dari 15 pertanyaan 11 sensori, 4
afektif dimana skalanya 0 = tidak nyeri, 1 = ringan, 2 = sedang, dan 3 = berat untuk intensitas nyerinya. Pada kuesioner McGill ini sudah termasuk ke dalam
Present Pain Intensity P
PPI index dari standar MPQ dan Visual Analague Scale
P VAS. Kuesioner nyeri McGill juga sangat berguna dalam banyak situasi
dimana standar MPQ memakan waktu cukup lama untuk diisi, dimana informasi kualitatifnya baik sedangkan PPI dan VAS kurang baik Ronald Melzack, 1987.
Short Form McGill Pain Questionnaire P
SF-MPQ, adalah pengukuran multidimensi untuk dapat mengetahui tingkat nyeri pada orang dengan nyeri
kronis, termasuk nyeri karena penyakit rematik. Untuk Pain Rating Index P
PRI, setiap kata memiliki skor 0
P tidak nyeri sampai 3
P nyeri berat. Total skor PRI
Universitas Sumatera Utara
didapatkan dengan menjumlahkan seluruh total skor P
0-45. Belum ada titik point yang sudah dibuat
P Mian Kendzerska, 2011.
Visual Analog ScaleVAS untuk nyeri adalah pengukuran terhadap nyeri dan digunakan secara luas pada beragam populasi, termasuk pada penderita
rematik. VAS untuk nyeri adalah skala yang dibuat menggunakan garis horizontal HVAS atau vertical
P VVAS, biasanya sepanjang 10 centimeter, dan di setiap
ujungnya terdapat 2 deskripsi verbal. Untuk intensitas nyeri, skala yang dipakai pada tiap ujung adalah “tidak nyeri”
P skor 0 dan “sangat nyeri”
P skor 10. Titik
point dari VAS yang direkomendasikan adalah: tidak nyeri 0-4 mm, sedikit nyeri 5-44 mm, nyeri sedang
P 45-75mm, dan sangat nyeri
P 75-100mm,
sedangkan Present Pain Intensity P
PPI hanya menggunakan satu pertanyaan yang diikuti dengan 5 skor
P Mian Kendzerska, 2011.
Tabel 2.4. Kuesioner PRI dan Dimensi Rasa
DIMENSI Cekot-cekot
SENSORI Menyentak
Menikam Seperti Pisau
Tajam Seperti silet Keram
Menggigit Terbakar
Ngilu BeratPegal
Nyeri sentuh Mencabik-cabik
Menakutkan AFEKTIF
Melelahkan Memualkan
Menghukum-kejam
Konsensus, 2011
Universitas Sumatera Utara
2.5. Hubungan Intensitas Nyeri Punggung Bawah Kronis dengan Insomnia