Karakteristik subjek penelitian Hubungan antara intensitas nyeri dengan insomnia

5.2. Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan tujuan untuk melihat hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada penderita nyeri punggung bawah kronis. Pada penelitian ini diagnosis nyeri punggung bawah kronis ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan neurologis kemudian dilakukan pemeriksaan foto lumbosakral. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi kemudian diberikan kuesioner McGill dan kuesioner PSQI.

5.2.1. Karakteristik subjek penelitian

Pada penelitian ini subjek penelitian adalah sebanyak 21 orang, dimana dijumpai lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki, yaitu 38,1 n=8 laki-laki dan 61,9 n=13 perempuan. Stefane et al pada tahun 2011, dari 97 partisipan nyeri punggung bawah didapatkan 67 perempuan 69,07 dan 30 pria 30,93. Gambar 5.2.1. Diagram Perbandingan Frekuensi Jenis Kelamin Studi dari Hong et al pada tahun 2014, dari 47 penderita nyeri punggung bawah kronik djumpai 28 orang 59,6 perempuan dan 19 orang 40,4 pria. 10 20 30 40 50 60 70 80 Laki‐laki Perempuan Persen tase JENIS KELAMIN Brahamana, 2015 Stefane et al, 2011 Hong et al,2014 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.2.1. Diagram Perbandingan Distribusi Frekuensi Usia Kelompok umur penderita nyeri punggung bawah terbanyak pada studi ini adalah 60 tahun 66,67. Studi dari Stefane et al, 2011 kelompok umur penderita P nyeri P punggung P bawah P terbanyak P adalah P 60 P tahun.

5.2.2. Hubungan antara intensitas nyeri dengan insomnia

Berdasarkan kuesioner PSQI yang digunakan pada penelitian ini, didapatkan hubungan yang bermakna antara VAS dengan insomnia P p=0,021 ; r=0.448. Bukit pada penelitiannya pada tahun 2011 juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan intensitas nyeri pada penderita nyeri punggung bawah P p=0,006; r=0,907. 10 20 30 40 50 60 70 80 31‐40 41‐50 51‐60 60 Persen tase Tahun Usia Brahmana, 2015 Stefane et al, 2011 Universitas Sumatera Utara Pada penelitian Bahouq et al. 2013 yang meneliti 100 orang penderita nyeri punggung bawah kronis ditemukan hasil yang bermakna P p=0,0001; r=0,587, dan Bahouq et al. P menyimpulkan pasien dengan nyeri kronis yang mengalami insomnia berat adalah pasien yang mengalami nyeri dengan intensitas lebih besar, dan dari studi ini menunjukkan intensitas nyeri di kemudian hari dapat menyebabkan insomnia pada pasien nyeri punggung bawah kronis. Pada 2013, berdasarkan studi Purushothaman nyeri punggung bawah kronis memiliki hubungan yang signifikan dengan insomnia p0,001; r=0,59, dan mengatakan bahwa nyeri punggung harus ditangani dengan awal untuk menghindari masalah yang lebih serius yang berkaitan dengan insomnia. Nyeri punggung bawah apakah itu yang disebabkan oleh trauma, inflamasi, tumor ataupun akibat iskemik akan mengakibatkan sekresi dari beberapa mediator yang tujuan utamanya sebenarnya untuk mempertahankan homeostasis fungsi susunan saraf pusat SSP. Sitokin merupakan salah satu mediator penting yang keluar akibat inflamasi dan infeksi. Jika sekresi ini tidak bisa disesuaikan dengan tujuan utamanya, atau jika tidak ada reaksi perbaikan kerusakan jaringan maka mediator yang secara terus-menerus diproduksi dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Reaksi SSP ini akan dikoordinasikan melalui hipotalamus dimana sebagai reaksi sitokin antara lain menyebabkan demam, menurunkan aktivitas tubuh, dan mengganggu pola tidur Meliala dkk, 2003. Hubungan antara nyeri punggung bawah dan gangguan tidur melibatkan proses inflamasi melalui kortisol dan sitokin. Gangguan tidur dihubungkan dengan peningkatan kadar sitokin interleukin dan mediator inflamasi sistemik lainnya. Keberadaan beberapa jenis sitokin telah ditemukan pada jaringan- jaringan diskus intervertebral dari pasien-pasien yang menderita herniasi diskus. Interleukin-1 IL-1 dan tumor necrosis factor alpha TNF-α kelihatannya mempunyai peranan pada proses pengaturan fisiologis tidur yang normal Kangas dkk, 2006; Auvinen dkk, 2010. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan