PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada uji Post Hoc terdapat perbedaan bermakna tingkat ketebalan reepitelisasi pada kelompok kontrol dan perlakuan hari ke-21 p=0.0001, tetapi pada hari ke-1 dan ke-4 tidak terdapat perbedaan bermakna dengan p=0.066 dan p=0.470. Sehingga dapat diartikan bahwa dengan memberikan propolis secara topikal pada hari ke-4 hingga hari ke-21 fase proliferasi dapat meningkatkan ketebalan reepitelisasi epidermis dibandingkan dengan pemberian placebo. Perbandingan di dalam masing-masing kelompok menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pertumbuhan lapisan epitel yang signifikan setiap harinya, kecuali pada kelompok kontrol H1 dan H4. Pada kelompok kontrol H4, terdapat peningkatan ketebalan epitel dibandingkan kelompok kontrol H1 Tabel 5.1, tetapi tidak bermakna secara statistik p=0.313. Hal ini menunjukkan bahwa proses reepitelisasi berlangsung lebih lambat pada kelompok kontrol yang tidak diberi propolis.

5.2. PEMBAHASAN

Luka dapat disebabkan oleh trauma yang mengakibatkan rusak atau terputusnya kontinuitas jaringan tubuh. Proses penyembuhan luka sangat diperlukan untuk mendapatkan kembali jaringan tubuh yang utuh. Proses ini sangat kompleks, terdiri dari tiga fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan maturasi. Pada fase proliferasi terjadi proses reepitelisasi, meliputi migrasi, proliferasi, dan diferensiasi keratinosit Rahayu, 2013. Berdasarkan hasil pengamatan dan data yang diperoleh pada penelitian ini, terlihat terjadi proses reepitelisasi atau pembentukan epitel mulai muncul pada kelompok hari ke-1. Penambahan pembentukan epitel terus terjadi pada hari ke-4 dan ke-21, walaupun perbedaan yang bermakna antara pemberian propolis topikal 5 dan placebo hanya terlihat pada pengamatan hari ke-21. Pada pengamatan jaringan histopatologis, tampak bahwa pemberian propolis topikal 5 dengan frekuensi 2 kalihari dapat meningkatkan ketebalan reepitelisasi pada luka bakar mencit dibandingkan pemberian placebo, terlihat dari ukuran lapisan epidermis yang lebih tebal. Hal ini membuktikan bahwa pemberian propolis berperan dalam Universitas Sumatera Utara membantu proses reepitelisasi pada epidermis pasca luka bakar, khususnya pada fase proliferasi hari ke-4 hingga hari ke-21. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Olczyk et al., 2012 menunjukkan bahwa propolis dapat menstimulasi pembentukan glikoprotein laminin dan vitronektin, serta glikosaminoglikan heparin sulfatheparin. Fibroblas, keratinosit, dan sel epidermal tidak dapat melakukan perbaikan jaringan luka tanpa adanya ketiga komponen tersebut di jaringan luka. Vitronektin, dengan adanya transforming growth factor- β TGF-β, menstimulasi migrasi dan proliferasi keratinosit, serta sintesis protein. Laminin berperan dalam migrasi dan proliferasi sel epidermal. Heparin sulfatheparin menstimulasi pembentukan myofibroblas dan penutupan luka. Propolis dapat meningkatkan konsentrasi laminin, vitronektin, dan heparin sulfatheparin pada jaringan luka bakar sejak hari ke-3 pemberiannya. Oleh karena itu, sejalan dengan penelitian ini tidak terdapat perbedaan bermakna antara pemberian propolis dan placebo pada hari ke- 1 serta terjadi peningkatan ketebalan reepitelisasi yang tinggi pada kelompok perlakuan Tabel 5.1. Hasil penelitian ini didukung oleh Sushanta 2010 yang meneliti tentang pengaruh pemberian ekstrak propolis topikal pada proses penyembuhan luka sayat pada 30 ekor tikus jantan galur wistar. Hasil pemeriksaan jaringan kulit secara mikroskopik menunjukkan bahwa pemberian ekstrak propolis topikal dapat meningkatkan ketebalan epitel. Hal ini mengindikasikan bahwa proses penyembuhan berlangsung lebih cepat dan proses inflamasi berlangsung lebih singkat. Penelitian eksperimental lainnya oleh Nurmalisa 2012 dengan menggunakan 25 ekor tikus jantan strain Sparague Dawley menunjukkan bahwa propolis dapat meningkatkan proses reepitelisasi epidermis kulit pasca luka bakar menjadi lebih cepat. Penelitian ini juga membuktikan bahwa pada pemberian propolis topikal 7.5 terdapat lapisan epitel yang paling tipis 32.83 ± 2.68 p = 0.022 dibandingkan dengan propolis 2.5 dan 5. Universitas Sumatera Utara Peningkatan proses penyembuhan luka ini diduga karena efek resultan dari semua zat aktif yang terdapat dalam propolis, yaitu flavonoid, Caffeic acid phenethyl ester CAPE, lilin, asam lemak, asam amino, vitamin, dan mineral Farre et al., 2004. Kandungan flavonoid yang tinggi pada propolis mempunyai peranan utama dalam proses penyembuhan luka. Flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan, antimikroba, dan antiinflamasi. Pada saat terjadi luka atau kerusakan jaringan, mediator-mediator inflamasi akan dikeluarkan oleh neutrofil, makrofag, sel endotel, dan sel-sel yang memiliki efek vasomotor penting. Mediator inflamasi akan mempengaruhi fungsi trombosit dan bahkan bertindak sebagai radikal bebas yang sitotoksik. Adanya flavonoid propolis yang kaya akan vitamin dan bertindak sebagai antioksidan dan disebutkan bahwa antioksidan propolis lebih baik daripada vitamin E Velazquez, et al., 2007 dalam Mawarti, 2012. Khasiat propolis sebagai antimikroba sudah banyak dilaporkan. Uji kepekaan antimikroba bahan ekstrak propolis pada bakteri Staphylococcus aureus, ternyata 100 26 dari 26 isolat Staphylococcus aureus sensitif terhadap ekstrak propolis Susilo, et al., 2009. Aktivitas antimikroba propolis terhadap 26 spesies mikroorganisme menunjukkan bahwa ekstrak propolis dapat melawan pertumbuhan bakteri dan jamur, terutama bakteri gram positif dan Candida albicans Rezende, et al., 2006. Selain itu, adanya kandungan quercetin dan caffeic acid phenethyl ester CAPE pada propolis menyebabkan efek antiinflamasi dengan cara menghambat jalur siklooksigenase dan lipooksigenase sehingga asam arakhidonat yang dilepaskan oleh sel-sel yang rusak tidak berubah menjadi mediator-mediator inflamasi, seperti tromboksan, prostaglandin, dan leukotrien Pradipta, 2010. Propolis dapat menstimulasi berbagai macam enzim, metabolism sel, sirkulasi, dan pembentukan kolagen. Kandungan vitamin C pada propolis dapat mengaktifkan enzim prolil hidroksilase yang menunjang tahap didroksilasi dalam pembentukan hidroksipolin, suatu integral kolagen yang penting dalam penyembuhan luka Parolia, el al., 2010 dalam Mawarti, 2012. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan data yang didapatkan pada penelitian, beberapa penelitian yang mendukung, dan berbagai kandungan yang terdapat pada propolis, menunjukkan bahwa dengan pemberian propolis topikal pada luka bakar mencit dapat meningkatkan ketebalan reepitelisasi epidermis. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara eksperimental dengan post test only control group design dan analisis data statistik tentang pengaruh pemberian propolis topikal 5 terhadap reepitelisasi epidermis pada luka bakar mencit, dapat disimpulkan bahwa: a. Terdapat perbedaan yang signifikan p0.05 pada pemberian propolis dan placebo pada hari pengamatan ke-21. b. Pemberian propolis topikal 5 dapat mempercepat proses reepitelisasi epidermis pada luka bakar mencit selama proses penyembuhan luka bakar.

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah: a. Dapat dilakukan penelitian sejenis dengan menggunakan propolis topikal dengan konsentrasi yang berbeda. b. Dapat dilakukan perbandingan antara propolis topikal dengan kontrol positif obat luka bakar. c. Dapat dilakukan penelitian sejenis dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan sampel hewan coba yang berbeda. d. Diharapkan dapat menentukan zat aktif spesifik dan mekanisme kerjanya dalam meningkatkan proses reepitelisasi epidermis pada luka bakar. e. Dilakukan pengamatan jaringan histopatologis kulit setiap harinya untuk mengetahui lama pengobatan luka bakar. f. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, propolis dapat dianjurkan sebagai terapi alternatif luka bakar. Universitas Sumatera Utara