Syarat dan Putusan Pailit

BAB II AKIBAT KEPAILITAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004

TENTANG KEPAILITAN DAN PKPU

A. Syarat dan Putusan Pailit

Secara tata bahasa kepailitan berarti segala hal yang berhubungan dengan pailit. kata pailit menandakan ketikmampuan untuk membayar serang debitur atas utang- utangnya yang telah jatuh tempo atau yang dikenal dalam bahasa Inggris dengan “Banckrupty”. Sedangkan terhadap perusahaan debitur yang berada dalam keadaan tidak membayar utang-utangnya disebut dengan “insolvensi” 14 Kepailitan dalam kamus karangan Black Henry Campbell Black’s Law Dictionary yang mengatakan bahwa pailit atau Bankrupt adalah “the state or condition of operson individual, partnership, corporation, municipality who is unable to pay it’s debt as they are, or become due”. The term includes the person against whom an involuntary petition has been field a voluntary petition, or who has been adjudged a bankrupt. Dari pengertian yang diberikan dalam Black’s Law Dictionary tersebut dapat dilihat bahwa pengertian pailit dihubungkan dengan “ketidakmampuan untuk membayar” dari seseorang debitur atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo. 15 Pengertian dan batasan pailit dalam UU Kepailitan dan PKPU tidak ditemukan, hanya pengertian kepailitan yang ada dalam Pasal 1 angka 1 yaitu kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang- 14 Ahmad Yani Gunawan Widjaja, Op., Cit., hlm. 11 15 Ibid. Universitas Sumatera Utara undang ini. Hal ini menegaskan bahwa kepailitan adalah sita umum bukan sita individual. Karena itu disyaratkan dalam UU Kepailitan dan PKPU bahwa untuk mengajukan permohonan pailit, harus memiliki 2 dua atau lebih kreditur. Dalam sita umum maka seluruh harta kekayaan debitur akan berada di bawah penguasaan dan pengurusan kurator, sehingga debitur tidak memiliki hak untuk mengurus dan menguasai harta kekayaannya. 16 Kreditur terdiri atas kreditur konkuren, kreditur separatis maupun kreditur preferen. Khusus kreditur separatis maupun kreditur preferen, mereka dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta debitur dan haknya untuk didahulukan. Bilamana terdapat sindikasi kreditur maka masing-masing kreditur adalah kreditur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 UU Kepailitan dan PKPU. Dalam UU Kepailitan dan PKPU juga memberikan pengertian tentang kreditur dan debitur pailit. Pasal 1 angka 2 menyebutkan bahwa kreditur adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. Dan dalam Pasal 1 angka 3 menyebutkan bahwa debitur adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan. Sementara dalam Pasal 1 angka 4 UU Kepailitan dan PKPU menyebutkan juuga debitur pailit adalah debitur yang sudah dinyatakan pailit dengan Putusan Pengadilan. 17 1. Menolak untuk membayar; Terhadap pengertian “tidak membayar”, menurut Pradjoto adalah: 2. Cidera janji wanprestasi; 16 Sunarmi, Op.Cit., hlm. 29. 17 Ibid., hlm. 29. Universitas Sumatera Utara 3. Keadaan tidak membayar tidak sama dengan keadaan bahwa kekayaan debitur tidak cukup untuk melunasi seluruh utangnya; 4. Tidak diharuskan bahwa debitur tidak memiliki kemampuan untuk membayar dan memikul seluruh utangnya; 5. Istilah “tidak membayar” harus diartikan sebagai Naar De Letter, yaitu debitur pada saat diajukan permohonan pernyataan pailit telah sama sekali berhenti membayar utangnya. 18 Menurut Sutan Remy Sjahdeini bahwa hukum kepailitan bukan mengatur kepailitan debitur yang tidak membayar kewajibannya kepada salah satu kreditur nya saja, tetapi debitur harus berada dalam keadaan insolvent. 19 Seorang debitur berada dalam keadaan insolvent hanyalah apabila debitur tidak mampu secara financial untuk membayar utangnya kepada sebagian besar para krediturnya. Seorang debitur tidak dapat dikatakan telah dalam keadaan insolvent apabila hanya kepada seorang kreditur saja maka debitur tersebut tidak membayar utangnya, sedangkan kepada kreditur-kreditur lainnya debitur tetap dapat melaksanakan kewajiban pelunasan utang-utangnya dengan baik. 20 Untuk menyatakan debitur seorang debitur pailit tidak saja oleh karena ketidakmampuan debitur tersebut untuk membayar utang-utangnya, tetapi juga termasuk ketidakmampuan debitur tersebut untuk melunasi utang-utang tersebut seperti yang telah diperjanjian. 21 Secara hukum, seorang debitur tidak dapat dikatakan insolvent meskipun asset lebih besar dari utang. Hal ini berpokok pada pangkal dari istilah ‘tidak membayar’ dalam hukum kepailitan di Indonesia. 22 18 Pradjoto, ”RUU Kepailitan Ditinjau Dari Aspek Perbankan,” Makalah ini disampaikan dalam Seminar Sosialisasi RUU Tentang Kepailitan oleh BPHN dan Ellips Project, tgl 27-28 Juli 1999 di Jakarta. 19 Sutan Remy Sjahdeini selanjutnya Sutan Remi Sjahdeni I, “Sejarah Hukum Kepailitan di Indonesia,” Jurnal Hukum Bisnis Vol. 12, 2002: hlm. 42-48. 20 Sunarmi, Op., Cit., hlm. 33. 21 Ricardo Simanjuntak, “Rancangan Perubahan Undang-Undang Kepailitan Dalam Perspektif Pengacara Komentar Terhadap Perubahan Undang-Undang Kepailitan”, Artikel Utama, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 17, Januari 2002, hlm. 6. 22 Sunarmi, Loc.Cit. Universitas Sumatera Utara Sutan Remy Sjahdeini mengatakan pengertian ‘jatuh tempo’ berbeda dengan pengertian ‘dapat ditagih’. Utang yang telah jatuh waktu adalah utang yang telah expired dengan sendirinya adalah ‘utang yang telah dapat ditagih’. Tetapi ‘utang yang telah dapat ditagih’ belum tentu telah ‘jatuh waktu’. Utang hanyalah waktu. Utang hanyalah ‘jatuh waktu’ apabila menurut perjanjian kredit atau perjanjian utang-piutang telah sampai ‘jadwal waktunya untuk dilunasi oleh debitur sebagaimana ditentukan dalam perjanjian itu. 23 Ketentuan dalam Pasal 1238 KUHPerdata dapat dijadikan pegangan apabila debitur tetap tidak membayar utangnya walaupun belum jatuh temo namun telah diberikan somasi untuk membayar utangnya. Dengan pasal tersebut debitur dapat ditentukan telah lalai apabila debitur dengan surat somasi tersebut telah dinyatakan lalai dan di dalam surat tersebut debitur diberi waktu tersebut lewat debitur belum juga melunasi utangnya maka debitur dianggap telah lalai. Kelalaian tersebut mengakibatkan utang debitur telah dapat ditagih. 24 Apabila syarat sebagaimana dalam Pasal 2 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU telah terpenuhi, maka hakim menyatakan bahwa debitur pailit dan bukan dapat menyatakan pailit. hal ini mengingat ketentuan bahwa prosedut pembuktian yang sumir dalam Pasal 8 ayat 4 UU Kepailitan dan PKPU. Dalam penjelasan pasal tersebut dikatakan dengan fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana adalah adanya fakta dua atau lebih kreditur dan fakta bahwa utang yang telah jatuh tempo dan tidak dibayar sedangkan perbedaan 23 Sutan Remy Syadeini selanjutnya disebut Sutan Remy Syadeini II, Hukum Kepailitan: Memahami Faillissementsverordening juncto Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2002, hlm. 70. 24 Sunarmi, Op., Cit., hlm. 38. Universitas Sumatera Utara besarnya jumlah utang yang telah didalilkan oleh Pemohon Pailit dan Termohon Pailit tidak menghalangi dijatuhkanya putusan pernyataan pailit. 25 1. Debitur sendiri; Pihak yang dapat mengajukan pailit adalah: 2. Seorang atau beberapa orang kreditur Pasal 2 ayat 1; 3. Kejaksaaan demi kepentingan hukum Pasal 2 ayat 2; 4. Bank Indonesia dalam hal menyangkut debitur yang merupakan bank Pasal 2 ayat 3; 5. Badan Pengawas Pasar Modal dalam hal menyangkut debitur yang merupakan Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring Dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan Dan Penyelesaian Pasal 2 ayat 4 6. Menteri Keuangan dalam hal debitur adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensun, atau BUMN yang bergerak di bidang kepentungan publik Pasal 2 ayat 5 Pihak-pihak yang dapat dinyatakan pailit menurut UU Kepailitan dan PKPU adalah: 1. Orang perorangan 2. Perserikatan-perserikatan atau perkumpulan-perkumpulan yang bukan badan hukum seperti maatschap, firma, dan perkumpulan komanditer. 3. Perseroan-perseroan atau perkumpulan-perkumpulan yang berbadan hukum seperti Perseroan Terbata PT, Koperasi dan Yayasan, 4. Balai Harta Peninggalan. Untuk dapat mengajukan permohonan pailit terhadap debitur harus sesuai dan memeuhi syarat kepailitan menurut peraturan perundang-undangan. Esensi kepailitan 25 Ibid. Universitas Sumatera Utara adalah debitur telah berhenti dan tidak mampu lagi membayar utang-utangnya. Artinya debitur tidak melaksanakan kewajiban membayar utang-utangnya yang telah dapat ditagih, lalu oleh pengadilan, debitur dinyatakan pailit. Seluruh harta debitur pailit berada dalam sitaan umum untuk dijual oleh kurator. Hasil penjualan itu dibayarkan kepada krediturnya secara proporsional. Syarat permohonan pailit dalam Pasal 2 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU terdiri atas: 1. Ada utang; Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontijen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan wajib dipenuhi oleh debitur dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditur untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitur. Secara normatif, makna utang di sinni sangat luas. Utang yang terjadi bukan hanya karena perjanjian utang-piutang atau perjanjian kredit saja, tetapi juga kewajiban membayar sejumlah uang yang timbul dari perjanjian lainnya, antara lain seperti perjanjian sewa-menyewa, perjanjian jual beli, perjanjian pemborongan, perjanjian tukar- menukar, perjanjian sewa-beli, dan lain-lain. Demikian juga halnya kewajiban membayar sejumlah uang yang timbul karena undang-undang adalah utang. Misalnya pajak yang belum dibayar kepada negara adalah utang. Selain itu, kewajiban membayar uang berdasarkan putusan pepngadilan termasuk putusan badan arbitrase yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap termasuk juga utang. 26 2. Utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih 26 Syamsdin Sinaga, Hukum Kepailitan Indonesia Jakarta: Tatanusa, 2012, hlm. 91. Universitas Sumatera Utara Utang yang telah jatuh tempo, dapat terjadi karena beberapa hal, pertama, jatuh tempo biasa, yakni jatuh tempo sebagaimana yang disepakati bersama antar kreditur dan debitur dalam perjanjian kredit; kedua, jatuh tempo yang dipercepat, yakni jatuh tempo yang mendahului jatuh tempo biasas karena debitur melanggar isi perjanjian, sehingga pernagihannya diakselerasi. Debitur diwajibkan mencicil utangnya setiap bulan termasuk bunga dan biaya-biaya lainnya. Apabila debitur tidak membayar angsuran cicilan kreditnya tiga bulan berturut-turut, maka jatuh tempo dapat dipercepat; ketiga, jatuh tempo karena pengenaan sanksidenda oleh instansi yang berwenang; keempat, jatuh tempo karena putusan pengadilan atau putusan badan arbitrase. Berdasarkan kebiasaan yang berlaku di antara debitur dan kreditur, atau dapat juga dipakai sebagai dasar jatuh tempo surat tegoran atau somasi. 27 Tidak semua utang dapat ditagih. Utang yang dapat ditagih adalah utang yang legal. Utang yang timbul berdasarkan perjanjian atau undang-undang. Bukan utang yang illegal utang yang timbul dengan cara melawan hukum tidak dapat ditagih melalui mekanisme dan prosedur hukum kepailitan. 28 3. Ada dua atau lebih kreditur Untuk dapat mengajukan permohonan pailit harus ada dua atau lebih kreditur. Jika unsur ini tidak dapat dibuktikan, maka permohonan pailit ditolak. Untuk membuktikan adanya dua atau lebih kreditur, cukup dengan meminta daftar kreditur misalnya dari bank atau dari kantor pajak. Bilamana ada sindikasi kreditur maka unsur 27 Ibid., hlm. 92. 28 Ibid., hlm. 93. Universitas Sumatera Utara dua atau lebih kreditur, masing-masing kreditur sendiri dan setiap kreditur dapat mengajukan permohonan pailit. 29 4. Debitur tidak membayar lunas sedikitnya satu utang. Pasal 2 ayat 1 UU kepailitan dan PKPU tidak mengharuskan debitur tidak mampu membayar utang-utangnyya. Yang disyaratkan adalah debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan. Dengan demikian, bisa saja debitur mempunyai harta yang jauh lebih besar atau lebih banyak daripada utang-utangnya, tetapi debitur dapat dipailitkan karena tidak mau membayar lunas satu utang. Dengan perkataan lain, debitur bukan tidak mampu, melainkan tidak mau membayar utangnya. Jadi ada transformasi nilai dari ketidakmampuan secara hukum keketidakmauan secara moral. Dari norma hukum yang menyatakan bahwa debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan. Terbukti bahwa hukum kepailitan Indonesia memberikan perlindungan hukum yang seimbang, baik kepada kreditur maupun kepada debitur. Debitur tidak bisa semena-mena mengabaikan kewajibannya kepada kreditur lain, khususnya kreditur yang jumlah utangnya kecil. Debitur wajib memperhatikan semua kepentingan kreditur secara proporsional dan adil. 30 Untuk membuktikan empat syarat permohonan pailit tersebut,dibuktikan dengan sederhana yang diatur dalam Pasal 8 ayat 4 UU Kepailitan dan PKPU artinya apabila dalam persidangan, fakta atau keadaan yang menjadi syarat permohonan pailit telah 29 Ibid., hlm. 94. 30 Ibid., hlm. 96 Universitas Sumatera Utara terpenuhi, maka permohonan pailit harus dikabulkan dan debitur dinyatkaan pailit. dalam praktik untuk membuktikan empat syarat permohonan pailit, alat buktinya cukup dengan alat bukti surat sebagaimana diatur dalam Pasal 1867 KUHPerdata. Tidak perlu memakai atau dilengkapi dengan alat bukti lain seperti, saksi, persangkaan, pengakuan, dan sumpah sebagaimana diatur dalam Pasal 164 HIR, yang lazim digunakan dlam perkara gugatan perdata. Pembuktian sederhana tersebut, adalah adanya fakta dua atau lebih. Kreditur dan fakta utang uang telah jatuh tempo dan tidak dibayar. Sedangkan perbedaan jumlah utang yang didalilkan oleh pemohon palit dan termohon pailit tidak menjadi halangan untuk dinyatakannya pailit. keadaan tidak mau dan tidak mampu membayar itu diucapkan apabila secara sederhana terbukti ada peristiwa atau keadaan yang menunjukkan bahwa keadaan tidak mau atau tidak mampu membayar itu ada. Kendatipun sistem pembuktian perkara kepailitan sederhana namun integritas dan kapasitas dari hakim karena jabatannya apabila memeriksa dan memutus perkara kepailitan sangatlah menentukan. 31 Putusan pailit adalah putasan yang diucapkan dalam sudang terbuka untuk umum yang bertujuan untuk mengakhiri suatu perkara serta memberikan kebenaran dan keadilan ats perkara dimaksud. Dalam putusan akhir tersebut ditunjuk seorang hakim pengawas dari Hakim Niaga dan diangkat seorang atau lebih kurator untuk mengurus dan membereskan asset debitur pailit. putusan pailit ducapkan dalam sidang terbuka untuk umum 60 hari dihitung sejak permohonan pailit didaftarkan. Putusan pailit diumumkan dalam Berita Negara RI dan dua surat kabar harian. 32 31 Ibid., hlm. 98. 32 Syamsudin Sinaga, Op., Cit., hlm. 112. Universitas Sumatera Utara Putusan pailit berlaku serta merta. Artinya putusan tersebut segera dapat dilaksanakan atau dieksekusi oleh kurator waaupun terhadap putusan itu duajukan upaya hukum lanjutan kasasi hal ini ditegaskan dalam Pasal 8 UU Kepailitan dan PKPU. Putusan pailit dihitung berlaku sejak pukul 00.00 waktu setempat. Berdasarkan Pasal 15 ayat 4 dan Pasal 17 ayat 1 UU Kepailitn dan PKPU, kurator berkewajiban mengumumkan putusan pailit di Berita Negara RI dan paling sedikit di dua surat kabar harian yang berskala nasional dan lokal, yang ditetapkan hakim pengawas. Pengumuman tersebut mengenai ikhtisar putusan pernyataan pailit yang memuat: 1. Nama, alamat, dan pekerjaan debitur; 2. Nama hakim pengawas; 3. Nama dan alamat kurator; 4. Nama, alamat dan pekerjaan anggota panitia kreditur sementara, apabila telah ditunjuk; 5. Tempat dan waktu penyelenggaraan rapat kreditur pertama. Maksud pengumuman putusan pailit adalah sebagai bentuk pemenuhan asas publisitas dari keadaan tidak mampu membayar debitur. dengan pengumuman itu, maka kreditur danatau pihak lain yang berkepentingan dengan debitur an hartanya, tidak dapat mengajukan keberatan bahwa mereka tidak mengetahui keadaan pailit dari debitur. 33

B. Prosedur Permohonan Pailit