Gugatan-Gugatan Hukum dalam Kepailitan

BAB III AKIBAT KEPAILITAN ATAS GUGATAN-GUGATAN HUKUM OLEH DAN

TERHADAP DEBITUR

A. Gugatan-Gugatan Hukum dalam Kepailitan

Dalam kepailitan, dimungkinkan adanya gugatan-gugatan hukum. Adapun gugatan hukum ini pastinya terkait dengan harta pailit. Seseorang yang hendak melakukan gugatan ke pengadilan harus memiliki dasar gugatan. Di bawah ini terdapat beberapa pengertian dari gugatan: 1. Sudikno Mertokusumo, terhadap gugatan ini, menggunakan istilah tuntutan hak yaitu tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah eigenrichting. 50 2. Teguh Samudra mengatakan gugatan adalah suatu bentuk tulisan yang berisikan tentang alasan-alasan yang menjadi dasar adanya hubungan dan perselisihan para pihak dan serta permintaan pihak yang menggugat kepada pengadilan agar memutuskan hal yang dipersengketaka sebagaimana dikehendaki. 51 3. Dalam ketentuan Bab I Pasal I angka 2 RUU Acara Perdata merumuskan gugatan adalah tuntutan hak yang mengandung sengketa yang diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan putusan. Prinsipnya gugatan itu sedikitnya terdiri dari dua pihak yaitu penggugat dan tergugat dan ada pula yang biasa disebut turut tergugat yaitu pihak ketiga yang masuk dalam rangka membela hak merasa dirugikan untuk mendapatkan haknya. 52 50 Sudikno Mertokusumo, Op.Cit, hlm. 33. 51 Teguh Samudra, “Strategi dan Taktik Beracara”, Makalah disampaikan pada Karya Latihan Bantuan Hukum KALABAHU, Jakarta, 6 April 2005. 52 Fauzie Yusuf Hasibuan, Seri Pendidikan Advokat; Praktek Hukum Acara Perdata Jakarta: Fauzie Partners, 2007, hlm. 18. Orang yang Universitas Sumatera Utara mengajukan gugatan memerlukan atau berkepentingan akan perlindungan hukum. Namun tidak semua orang yang memiliki kepentingan dapat mengajukan gugatan semaunya ke pengadilan. Seseorang yang tidak menderita kerugian mengajukan gugatan, tidak mempunyai kepentingan dan wajar apabila gugatannya tidak diterima oleh pengadilan. Hanya kepentingan yang cukup dan layak serta mempunyai dasar hukum saja yang dapat diterima sebagai dasar tuntutan hak. 53 Dewasa ini gugatan lisan sudah tidak lazim lagi, bahkan menurut Yurisprudensi MA tanggal 4 Desember 1975 No. 369 KSip1973 orang yang menerima kuasa tidak diperbolehkan mengajukan gugatan secara lisan. Tidak memenuhi syarat diatas gugatan menjadi tidak sempurna maka gugatan dinyatakan tidak dapat diterima NO. ketidaksempurnaan diatas dapat dihindarkan jika penggugat kuasanya sebelum memasukkan gugatan meminta nasihat dulu ke ketua pengadilan. Namun karena sekarang sudah banyak advokatpengacara makka sangat jarang terjadi kecuali mereka tidak bisa baca tulis. Ciri-ciri gugatan adalah: pertama, perselisihan hukum yang diajukan ke pengadilan mengandung sengketa; kedua, sengketa terjadi diantara para pihak, paling kurang diantara 2 pihak; ketiga, bersifat partai dengan komposisi, pihak yang satu bertindak dan berkedudukan sebagai penggugat dan pihak lain berkedudukan sebagai tergugat. Bentuk gugatan ada dua bentuk yakni tertulis Pasal 118 HIRPasal 142 Rbg dan lisan Pasal 120 HIRPasal 144 Rbg. Tentang gugatan lisan bilamana penggugat buta huruf maka surat gugatannya yang dapat dimasukkannya dengan lisan kepada ketua pengadilan negeri yang mencatat gugatan Pasal 120 HIR. 53 Sudikno Mertokusumo, Op.Cit, hlm. 34. Universitas Sumatera Utara Syarat gugatan adalah: 1. Gugatan dalam bentuk tertulis; 2. Diajukan oleh orang yang berkepentingan; 3. Diajukan ke pengadilan yang berwenang kompetensi. Isi gugatan menurut Pasal 8 No. 3 vRv gugatan memuat: 54 1. Identitas para pihak. Identitas para pihak adalah ciri-ciri dari penggugat dan tergugat yaitu nama serta tempat tinggalnya, kalau mungkin juga agama, umur dan status kawin. 2. Dasar atau dalil gugatanpositafundamentum petendi Terdiri dari dua bagian yaitu bagian yng menguraikan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa dan bagian yang menguraikan tetang hukum. Uraian tentang kejadian merupakan penjelasan duduk perkara, sedang uraian tentang hukum adalah uraian tentang adanya hak atau hubungan hukum yang menjadi dasar yuridis dari tuntutan. 3. Tuntutanpetitum Adalah apa yang oleh penggugat diminta atau diharapkan akan diputuskan oleh hakim. Petitum itu akan mendapatkan jawabannya di dalam dictum atau amar putusan. Terkait dengan kepailitan, putusan pailit memiliki konsekwensi salah satunya adalah terhadap gugatan-gugatan hukum yang bersumber pada hak dan kewajiban harta kekayaan debitur pailit, hanya berhubungan dengan harta pailit saja. Gugatan-gugatan dalam kepailitan dapat merupakan gugatan actio pauliana, gugatan yang diajukan terhadap debitur pailit maupun gugatan yang diajukan oleh debitur pailit melalui kurator, baik yang dilakukan sebelum adanya putusan pernyataan pailit maupun setelah adanya 54 Sudikno Mertokusumo. Op.Cit., hlm. 34-36. Universitas Sumatera Utara putusan pernyataan pailit. Gugatan-gugatan tersebut, jika dilihat dari asal gugatannya ada dua jenis yakni gugatan yang diajukan terhadap debitur dan gugatan yang diajukan oleh debitur. Istilah tuntutan hak dan gugatan dipergunakan secara besamaan dan UU Kepailitan dan PKPU. Hal ini dapat dilihat dalam ketenttuan Pasal 26-30 dan Pasal 47 UU Kepailitan dan PKPU. Secara umum dalam UU Kepailitan dan PKPU terhadap gugatan-gugatan yang ada dalam kepailitan menyangkut harta pailit dan gugatan mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut harta pailit harus diajukan oleh atau terhadap kurator sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 26 ayat 1. Selama berlangsungnya kepailitan tuntutan untuk memperoleh pemenuhan perikatan dari harta pailit yang ditujukan terhadap debitur pailit, hanya dapat diajukan dengan mendaftarkannya untuk dicocokkan dan ini telah jelas diatur dalam Pasal 27 UU Kepailitan dan PKPU. Gugatan dalam kepailitan dapat diajukan atau diteruskan oleh dan terhadap debitur pailit. Prinsipnya setiap gugatan yang diajukan terhadap debitur pailit selama kepailitan terhadap kurator. Gugatan yang diajukan terhadap debitur pailit selama kepailitan dan menyangkut harta pailit, tidak dapat dilakukan. Ketentuan Pasal 27 UU Kepailitan dan PKPU ini menunjukkan bahwa gugatan yang ada selama kepailitan dan bertujuan untuk memperoleh suatu pemenuhan perikatan dari harta pailit tidak ada, tidak dibolehkan, tidak diatur. Untuk memperoleh pemenuhan perikatan hanya dapat dilakukan dengan pengajuan pendaftaran agar dicocokkan. Gugatan diajukan kepada debitur pailit dapat terjadi karena akibat kepailitan debitur yang merugikan penggugat misal kerugian tersebut berdasarkan pada kontrak timbal balik yang tidak boleh dilanjutkan. Universitas Sumatera Utara Debitur pailit dalam UU Kepailitan dan PKPU dapat mengajukan suatu tuntutan hukum kepada tergugat diluar tanggungan harta pailit Pasal 28 ayat 1 dan 2. Namun jika mengajukan gugatan yang terkait dengan harta pailit maka yang menjadi tergugatnya memiliki hak untuk menangguhkan guna memanggil kurator agar mengambil alih perkara, karena pada dasarnya dengan adanya putusan pernyataan pailit debitur paiit tidak mempunyai kewenangannya terhadap harta pailit. Kemudian selain gugatan-gugatan tersebut di atas ada dikenal gugatan actio pauliana. Untuk kepentingan harta pailit, kepada pengadilan dapat dimintakan pembatalan segala perbuatan hukum debitur yang telah dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan kreditur, yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan. Pembatalan hanya dapat dilakukan apabila dapat dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum dilakukan, debitur, dan pihak dengan siapa perbuatan hukum tersebut dilakukan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur. Namun hak tersebut tidak berlaku bagi perbuatan hukum debitur yang wajib dilakukannya berdasarkan perjanjian danatau karena undang-undang. Hal-hal tersebut di atas diyatakan dalam Pasal 41. Gugatan actio pauliana diajukan oleh kurator ke pengadilan dan kreditur dapat mengajukan bantahan terhadap tuntutan kurator.

B. Akibat Kepailitan Atas Gugatan-Gugatan Hukum Oleh Dan Terhadap Debitur.