Mekanisme Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

(1)

TUGAS AKHIR TENTANG

MEKANISME PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

O L E H

NAMA : FRETTY FREDERIKA P SITORUS NIM : 112600086

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Bapa karena atas berkat dan karuniaNya maka penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini. Dan atas cinta kasih Yesus Kristus dalam tiap penjagaanNya sehingga dalam pengerjaan tugas ini semuanya dapat berjalan dengan baik. Laporan Tugas Akhir ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program tudi Diploma III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam Laporan Tugas Akhir ini penulis menegmukakan tentang Mekanisme Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Penulis menyadari Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik dari segi sistematikan penulisan, penyajian laporan serta pemakaian kata-katanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dari pembaca demi kesempurnaan LTA ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yesus Kristus yang senantiasa memberkati dan menyertai serta memberikan yang terbaik dalam hidup penulis.


(3)

2. Bapak Prof.Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

4. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulisan LTA ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, yang telah memberikan izin beserta data dan informasi yang diperlukan sehingga penulisan LTA ini dapat terlaksana dengan baik.

6. Kedua orangtua saya tercinta, Ayah dan Ibu terhebat didunia, Ayahanda S.Sitorus dan Ibunda M.Simbolon yang telah menjadi supporter terbaik sepanjang masa, serta keluarga tercinta, yakni Adinda Pangeran Fresly Frederikus Sitorus dan Febrika Agnes Monalita Sitorus yang terus memotivasi penulis.

7. Kepada sahabat terbaik sekaligus motivator terbaik selama sekian lama saya, yakni meine liebehaber Eint Jonathan Nainggolan yang selalu mendukung penulis dalam setiap situasi apapun.

8. Sahabat yang terus menemani, Maria Christie Sembiring dan Sutri Brata Ginting, Sally Marlina Intan Sihombing dan semua teman yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam penyelesaian LTA ini.


(4)

9. Abangda Afrizal Pasaribu S.Sos yang telah banyak membantu dan memeberikan masukan kepada penulis dari awal masa perkuliahan hingga selesainya Laporan Tugas Akhir ini.

10.Kepada seluruh Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalani perkuliahan selama 3 (tiga) tahun di program studi yang kita sayangi ini.

11.Teman-teman satu angkatan Stambuk 2011 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu dimana telah saling berbagi dan membantu dalam penyelasaian Laporan Tugas Akhir ini, dan khususnya kepada seluruh anak Tax B 2011 yang menjadi teman seperjuangan dalam meraih gelar ahli madya kesayangan ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Juli 2014


(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4

Uraian Teoritis ... 7

Definisi Pajak ... 7

Pengertian Surat Ketetapan Pajak ... 8

Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 11

Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 12

Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 13

Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri...14

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PKLM A.Sejarah Singkat Umum KPP Pratama Medan Polonia ... 16

A.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia ... 18

B. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Polonia ... 20


(6)

E. Bagan Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia ... 27

BAB III GAMBARAN DATA PKLM A. Dasar-Dasar Pajak ... 27

B. Fungsi Pajak ... 28

C. Jenis-Jenis Pajak ... 29

D. Surat Ketetapan Pajak ... 30

1. Surat Tagihan Pajak ... 30

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ... 31

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ... 32

4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar ... 33

5. Surat Ketetapan Pajak Nihil ... 34

E. Fungsi Surat Ketetapan Pajak ... 34

F. Daluwarsa Surat Ketetapan Pajak ... 34

G Pembetulan Surat Ketetapan Pajak ... 35

3.6 Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan Wajib Pajak ... 35


(7)

H Pengurangan Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar ... 36

I Permintaan Penjelasan atau Pemeberian Keterangan Tambahan ... 37

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Langkah-Langkah Penerbitan Surat Ketetapan Pajak 38 B.Deskripsi ... 38

C. Dasar Hukum ... 38

D. Surat Edaran Terkait ... 39

E.Pihak yang Terkait ... 39

F.Dokumen yang dibutuhkan / Input ... 40

G.Dokumen yang Dihasilkan / Output ... 40

H.Prosedur Kerja ... 40

I.Bagan Arus (flowchart) ... 42

J. Kendala Dalam Penerbitan Surat Ketetapan Pajak ... 43

K. Upaya Penanganan Kendala Dalam Penerbitan Surat Ketetapan Pajak .. 43

1.Pembetulan Ketetapan Pajak Dengan Permohonan Wajib Pajak ... 44

2.Pengurangan atau Penghapusan sanksi Administrasi Administrasi. 44 L.Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar ... 45


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 46 B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Seperti dalam Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan umum dan Tatat Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 yang mengatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara baik secara tidak langsungdan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk itu maka pemerintah berusaha mencari dana atau sumber- sumber lain dengan menggerakkan potensi yang ada pada masyarakat demi kelancaran pembangunan nasional dan dalam hal ini pajak mengambil andil yang cukup besar.

Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam melakukan pergerakan roda ekonominya membutuhkan jumlah Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara atau APBN yang ideal. Dalam hal ini pajak menjadi penyokong terbesar dalam penyusunan anggaran tersebut yakni kurang lebih 70 % APBN berasal dari pungutan pajak dari masyarakat dan dalam hal ini masyarakatlah yang menghitung sendiri terutang pajaknya. Oleh karena itu maka sesuai dengan undang-undang No. 16 tahun


(10)

2009 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan bahwa sistem pemungutan pajak ialah Self Assesment System (SAS).

Self Assesment System adalah merupakan suatu sistem dimana para wajib pajak diberikan tanggung jawab dan kepercayaan yang besar karena semua proses dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya dilakukan sendiri oleh wajib pajak. Adapun pengertian self assessment system menurut Waluyo(2003:18) adalah sebagai berikut: “Self Assessment System adalah pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar ”.

Pajak pada dasarnya adalah peralihan harta dari keluarga ke pemerintah, sehingga dapat dipaksakan berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Namun belakangan ini masih saja banyak para wajib pajak yang merasa membayar pajak menjadi suatu beban daripada suatu kewajiban, sehingga pemungutan pajak masih jauh dari harapan pemerintah. Kesalahan–kesalahan dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) pun menjadi masalah dalam kurangnya pencapaian target penerimaan pajak untuk negara kita.

Berangkat dari masalah itu maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan penerimaan negara adalah melalui upaya pemungutan pajak dan penerapan penagihan pajak yaitu dengan cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak.


(11)

Surat Ketetapan Pajak diterbitkan setelah dilakukannya penelitian, pemeriksaan atau pemeriksaan bukti permulaan yang berisikan apakah pajak tersebut kurang bayar, nihil, lebih bayar atau kurang bayar tambahan.

Penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dilakukan apabila terdapat ketidakbenaran dalam Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) atau karena ditemukannya data fisik yang tidak dilaporkan oleh WP. Adanya Surat Ketetapan Pajak ini dimaksudkan agar dalam menghitung, memperhitungkan, melapor dan menyetorkan pajak dapat dilakukan sebagaimana mestinya oleh para Wajib Pajak (WP) atau Pengusaha Kena Pajak (PKP). Dan apabila setelah diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak, dalam hal ini WP tidak menyetujui jumlah yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak, maka WP dapat mengajukan keberatannya yang ditujukan kepada fiskus.

Dengan adanya Surat Ketetapan Pajak diharapkan dapat mengecilkan kemungkinan terjadinya sengketa pajak oleh para Wajib Pajak (WP) dan Pengusaha Kena Pajak (PKP) sehingga penulis tertarik pada topik ini dan memilih judul “ Mekanisme Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”


(12)

B.Tujuan dan Manfaat Praktek kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

1.1.Untuk mengetahui pelaksanaan mekanisme penerbitan Surat Ketetapan Pajak dalam rangka meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

1.2.Untuk mengetahui alasan terbitnya Surat Ketetapan Pajak (SKP) bagi Wajib pajak (WP) dan Pengusaha Kena Pajak (PKP).

1.3.Untuk mengetahui kegiatan setiap seksi yang terkait dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak.

1.4.Untuk mengetahui apa saja kendala- kendala yang dihadapi dalam penerbitan Surat Ketetapan Pajak.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri:

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini tentunya sangat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya adalah :


(13)

2.1 Bagi Mahasiswa :

a. Dapat menambah wawasan mengenai dunia kerja dan memahami berbagai aspek yang ada diperusahaan dalam kaitannya dengan teknologi dan informasi yang berkembang pada saat ini.

b. Dapat membandingkan serta mengaplikasikan teori-teori yang telah diterima di bangku perkuliahan di lapangan.

c. Memperoleh kesempatan untuk melatih keterampilan, sebagai bekal dalam memasuki dunia kerja.

2.2Bagi Instansi/ Kantor Pelayanan Pajak (KPP) :

a. Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam hal sosialisasi perpajakan kepada masyarakat Wajib Pajak Melalui peserta Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

b. Peningkatan kerja sama yang lebih baik dengan Universitas.

c. Instansi dapat melihat dimana perkembangan ilmu pengetahuan yang sekarang diterapkan.

d. Memperoleh ide-ide baru dalam upaya mengoptimalkan tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak


(14)

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara :

a. Meningkatkan kerja sama antara perguruan tinggi khususnya USU dengan pemerintah khususnya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Polonia.

b. Mendapatkan masukan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang dilakukan mahasiswa tentang penerapan konsep-konsep komunikasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama medan Polonia dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui PKLM.

c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di kalangan mahasiswa Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU dan mempromosikan sumber-sumber daya yang potensial (alumni) dari universitas dan memperbaiki persepsi umum tentang universitas.

d. Mengusahakan adanya umpan balik bagi pengembangan atau revisi terhadap kurikulum.


(15)

C. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak

Sesuai dengan Undang–undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah konstribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan (kontraprestasi) secara langsung dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Banyak para ahli maupun undang-undang dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi yang berbeda- beda mengenai pajak, namun memiliki tujuan dan inti yang sama, misalnya menurut:

a. Soemitro (dalam Waluyo, 2009:1) mendefinisikan “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

b. Adriani (2012:2) mendefinisikan Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh mereka yang wajib membayarnya menurut peraturan, tanpa mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang kegunaan untuk membiayai pengeluaran umum terkait dengan tugas Negara dalam mennyelengarakan pemerintahan.


(16)

2. Definisi Surat Ketetapan Pajak

Terbitnya suatu Surat Ketetapan Pajak (SKP) hanya terbatas kepada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) atau karena ditemukannya data fisik yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak. Surat Ketetapan Pajak (SKP) diterbitkan setelah proses pemeriksaan selesai dilakukan dan belum dilakukan penyidikan.

Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang selanjutnya disebut Undang-Undang KUP adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 memaparkan tentang Surat Ketetapan Pajak, apa-apa saja jenisnya beserta penjelasannya, dan bagaimana cara menerbitkan Surat ketetapan Pajak, dll. Surat Ketetapan Pajak (SKP) memiliki fungsi, yaitu sebagai:

a. Koreksi atas jumlah pajak terhutang menurut SPT Wajib Pajak b. Sarana untuk mengenakan sanksi;

c. Sarana untuk menagih pajak;

d. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar; e. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terhutang.


(17)

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan sebelumnya.

c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

e. Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan dalam hal :

1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar 2. Dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak

akibat salah tulis dan atau salah hitung;


(18)

4. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undangundang PPN, tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi membuat Faktur Pajak,

6. Pengusaha Kena Pajak tidak membuat Faktur Pajak atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak. Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak, sehingga dalam hal penagihannya dapat dilakukan dengan Surat Paksa.

Dan seperti yang tercantum dalam pasal 4 pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 23/PMK.03/2008 bahwa :

1. Surat ketetapan pajak harus diterbitkan berdasarkan nota penghitungan.

2. Nota penghitungan dibuat berdasarkan laporan atas hasil Penelitian, Pemeriksaan, Pemeriksaan Ulang, atau Pemeriksaan Bukti Permulaan.

3. Nota penghitungan diterbitkan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal laporan

4. Dalam hal Pemeriksaan, Pemeriksaan Ulang, atau Pemeriksaan Bukti Permulaan dilakukan oleh Unit Pelaksana Pemeriksaan selain Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar, surat ketetapan pajak


(19)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus diterbitkan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal diterimanya nota penghitungan beserta laporan atas hasil Pemeriksaan, Pemeriksaan Ulang, atau Pemeriksaan Bukti Permulaan. Penyampaian surat ketetapan pajak, dapat dilakukan :

a. secara langsung;

b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau

c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat.

D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia tepatnya di bagian Penagihan, maka penulis ingin membahas secara rinci mengenai :

1. Langkah-langkah penerbitan Surat Ketetapan Pajak. 2. Alasan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak.

3. Kendala-kendala dalam penerbitan Surat Ketetapan Pajak.


(20)

E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan PKLM ini adalah :

1. Tahap Persiapan

Yaitu melakukan penentuan judul dan tempat pelaksanaan PKLM, menyusun proposal serta konsultasi dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan PKLM ini.

2. Studi Literatur

Yaitu kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literatur, peraturan perundang – undangan dibidang perpajakan, majalah, surat kabar, internet, catatan-catatan, maupun bahasa tertulis lainnya yang berhubungan dengan laporan PKLM yang mendukung laporan ini.

3. Observasi Lapangan

Yaitu dengan melakukan peninjauan atau pengamatan secara langsung pada objek praktek kerja lapangan untuk mengetahui sistem-sistem yang berlaku serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

4. Pengumpulan Data

Yaitu kegiatan mengumpulkan data serta yang diperlukan untuk melakukan penyusunan laporan akhir. Adapun data-data yang digunakan ada dua jenis yaitu:


(21)

Yaitu pengumpulan data yang langsung diambil dan berasal dari objek bersangkutan (Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia).

4.2 Data Sekunder

Yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data dari buku-buku atau undang – undang perpajakan.

4.3 Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data atau keterangan mengenai mekanisme penerbitan Surat Ketetapan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratam Medan Polonia serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun cara pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Metode wawancara (interview guide)

Dalam metode ini penulis mengumpulkan dan mencari data, serta hal yang berhubungan dan mendukung hasil laporan dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan dapat menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk laporan PKLM.


(22)

Dalam metode ini penulis langsung turun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan cara mengamati, mendengar serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas, meneliti tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

3. Metode dokumentasi (Optional Guide)

Dalam tahap metode ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan mengumpulkan dan mencari data pendukung yang berhubungan dengan data-data objek PKLM yang telah diperoleh dari instansi.

G.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Untuk lebih mempermudah penulis laporan PKLM, penulis terlebih dahulu membuat uraian garis-garis besar laporan sesuai dengan standar yang ditetapkan, terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM.


(23)

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK PKLM

Pada bab ini penulis akan menguraikan sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, uraian tugas pokok dan fungsi serta gambaran pegawai.

BAB III : GAMBARAN DATA

Pada bab ini, penulis akan menguraikan ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai Surat Ketetapan Pajak, Daluarsa pajak, Ketetapan pajak yang dapat dibetulkan, Jangka waktu penyelesaian permohonan Wajib Pajak dan lain lain tentang administrasi mengenai terbitnya Surat ketetapan Pajak.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA

Dalam bab ini penulis mencoba menganalisa tentang mekanisme penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia berdasarkan kemampuan penulis kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan memaparkan bagaimana kesimpulan atas pembahasan dan saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.


(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK / LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia 1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

Pada Tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Medan Utara.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 276/KMK/01/1989 tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.

Untuk menetapkan pelayanan yang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat umum khususnya kepada Wajib Pajak, kemudian pada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK/1994 terhitung mulai 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak Medan diubah menjadi 4 kantor yaitu :


(25)

1. Kantor Pelayan Pajak Medan Barat, Jl Asrama No. 7 Medan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Jl Diponegoro No. 30 Medan 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl Sukamulia No. 17A Medan 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, Jl Binjai No. 7 Medan

Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia sendiri berdiri pada awal Tahun 2002 yang merupakan pemisahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang terletak di Jl. Sukamulia Medan.

Pada tanggal 19 Mei 2008 Menteri Keuangan mengeluarkan Keputusan dengan Nomor Kep.95/PJ/2008 tentang Kantor Pelayanan Pajak yang mengubah Kantor Pelayanan Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri dari :

1. KPP Pratama Binjai 2. KPP Pratama Medan Barat 3. KPP Pratama Medan Belawan 4. KPP Pratama Medan Kota 5. KPP Pratama Medan Petisah 6. KPP Pratama Medan Polonia 7. KPP Pratama Medan Timur 8. KPP Pratama Lubuk Pakam


(26)

Berdasarakan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mencakup wilayah kerja :

1. Kecamatan Medan Maimun 2. Kecamatan Medan Polonia 3. Kecamatan Medan Baru 4. Kecamatan Medan Selayang 5. Kecamatan Medan Tuntungan 6. Kecamatan Medan Johor

2. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerja sama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi menyediakan pengadaan personil yang memegang jabatan tertentu dimana masing – masing diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai jabatannya. Hubungan kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakan gambaran sistematis tentang hubungan kerja dari orang – orang yang menggerakan organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.


(27)

Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab serta hubungan antar bagian berdasarkan susunan tingkat hirarki. Struktur organisasi juga diharapkan akan dapat menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang menghasilkan tercapainya komunikasi, koordinasi, dan integrasi secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan organisasi baik vertikal maupun horizontal.

Setiap instansi atau perusahaan menggunakan struktur organisasi dalam fungsi dan tugas masing – masing. Sedangkan definisi struktur organisasi itu sendiri adalah kerangka yang menyeluruh menghubungkan suatu organisasi dan menerapkan hubungan yang ditetapkan. KPP Pratama Medan Polonia sendiri menerapkan Struktur Organisasi Lini dan Staf.

KPP Pratama Medan Polonia dipimpin oleh seorang Kepala KPP yang secara operasional bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.

KPP Pratama Medan Polonia terdiri dari 1 kelompok jabatan fungsional, 1 Sub Bagian Umum,dan 9 seksi yang masing – masing seksi dipimpin Kepala Seksi dan Pelaksana Khusus untuk Seksi Pengawasan dan Konsultasi, selain Kepala Seksi dan Pelaksana, seksi ini juga memiliki Account Representative atau yang biasa disingkat dengan AR.


(28)

Adapun struktur organisasi yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dapat dilihat pada bagan berikut (Terlampir).

B. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Polonia Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Keuangan, tugas KPP Pratama yang termasuk didalamnya KPP Pratama Medan Polonia yaitu melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPH), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak tidak lansung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas diatas, KPP Pratama termasuk KPP Pratama Medan Polonia menyelenggarakan fungsi yaitu :

1) Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan subjek dan objek pajak.

2) Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

3) Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya. 4) Penyuluhan Perpajakan.


(29)

5) Pelaksanaan registrasi Wajib pajak. 6) Pelaksanaan ekstensifikasi.

7) Penatausahaan piutang pajak dan pelaksaan penagihan pajak. 8) Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

9) Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib pajak. 10)Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

11)Pelaksanaan intensifikasi. 12)Pembetulan ketetapan pajak. 13)Pelaksanaan administrasi kantor.

C. Bidang – Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Polonia

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dipegang oleh seorang Kepala Kantor yang mempunyai tugas mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja KPP Pratama, mengkoordinasikan penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi yang ada dan mengkoordinasikan segala hal yang bersangkutan dengan rencana kerja yang telah ditargetkan oleh Kanwil yang bersangkutan.

Kepala Kantor tersebut membawahi 9 seksi,1 Sub Bagian Umum,dan 1 kelompok jabatan fungsional, yang gambaran tugas dari masing – masing bagian kerja tersebut adalah sebagai berikut :


(30)

1) Sub. Bagian Umum yang bertugas : a. Melakukan urusan tata usaha b. Melakukan urusan kepegawaian c. Melakukan urusan keuangan

d. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga 2) Seksi Pelayanan yang bertugas :

a. Melakukan penetapan dan penertiban produk hukum perpajakan

b. Menerima dan meneliti, serta merekam surat permohonan dari Wajib Pajak dan surat – surat lainnya

c. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuaan Wajib Pajak dan surat lainnya

d. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan identitas Wajib Pajak

e. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak 3) Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang bertugas :

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak b. Membimbing/menghimbau kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis

perpajakan

c. Melakukan penyusunan profil Wajib Pajak d. Menganalisis kinerja Wajib Pajak


(31)

e. Memberikan konsultasi kepada Wajib Pajak tentang ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan

f. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi.

g. Melakukan evaluasi hasil banding

4) Seksi Pengolahan Data dan Informasi yang bertugas :

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian, informasi perpajakan

b. Perekaman dokumen perpajakan c. Merekam SSP lembar 3

d. Merekam SPT Masa PPN e. Merekam PPh Pasal 21 f. Merekam PPh Pasal 23/26

g. Merekam PPh Final Pasal 4 ayat 2

h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan i. Memberikan pelayanan dukungan teknis computer j. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling

5) Seksi Penagihan yang bertugas :

a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak b. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak


(32)

d. Memberikan usulan penghapusan piutang pajak e. Penyimpanan dokumen – dokumen

6) Seksi Ekstensifikasi yang bertugas :

a. Melakukan pengamatan potensi perpajakan b. Pendataan objek dan subjek pajak

c. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi

7) Seksi Pemeriksaan yang bertugas :

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya

8) Kelompok Jabatan Fungsional yang bertugas :

Kelompok fungsional yang terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara lansung kepada Kepala KPP Pratama Medan Polonia. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan, sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.


(33)

D. Tingkat Pendidikan Dan Jumlah Pegawai

1. Jumlah pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia Adapun jumlah pegawai yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia adalah berjumlah 95 orang yang terdiri dari :

Tabel II.1

Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Polonia

No Uraian Jumlah

1 Kepala Kantor 1

2 Sub Bagian Umum 7

3 Seksi Pengolahan Data dan Informasi 11

4 Seksi Pelayanan 15

5 Seksi Penagihan 5

6 Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4

7 Seksi Ekstensifikasi 6

8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8

9 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7 10 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 9 11 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 7

12 Fungsional Pemeriksa Pajak 15


(34)

2. Penggolongan Pegawai menurut Tingkat Pendidikan

Menurut tingkat pendidikan, pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia digolongkan sebagai berikut.

Tabel II.2

Tingkat Pendidikan Pegawai KPP Pratama Medan Polonia Tingkat Pendidikan S2 10 Orang Tingkat Pendidikan S1 48 Orang Tingkat Pendidikan D3 20 Orang Tingkat Pendidikan D1 10 Orang Tingkat Pendidikan SMA 7 Orang Jumlah Keseluruhan Pegawai 95 Orang


(35)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTEK KERJA LAPANGAN

A. Dasar-Dasar Perpajakan

Ditinjau dari sejarah, masalah pajak ini telah ada sejak zaman dahulu kala, walaupun saat itu belum dinamakan “pajak”, namun masih merupakan pemberian yang bersifat sukarela dari rakyat kepada pemerintah (raja). Perkembangan selanjutnya pemberian itu berubah menjadi upeti yang bersifat dapat dipaksakan dalam arti pemberian itu bersifat wajib dan dapat ditetapkan secara sepihak oleh Negara.

Dengan kata lain bahwa pajak semula merupakan pemeberian berubah menjadi pemungutan, hal ini terjadi karena adanya kebutuhan negara terhadap dana semakin meningkat dalam rangka melindungi rakyat dari musuh maupun untuk melaksanakan pembangunan yang berguna untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat itu sendiri.

Banyak para ahli maupun undang-undang dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi yang berbeda-beda mengenai pajak namun memiliki tujuan dan inti yang sama .


(36)

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang sifatnya memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat timbal jasa (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

B. Fungsi Pajak

1. Fungsi anggaran (budgeter)

Maksudnya adalah pajak mempunyai fungsi sebagai alat atau instrument yang digunakan untuk memasukkan dana yang sebesar-besarnya ke dalam kas Negara. Dalam hal ini fungsi pajak lebih diarahkan sebagai alat utuk menarik dana dari masyarakat untuk dimasukkan ke dalam kas Negara. Dana dari pajak itulah yang kemudian digunakan sebagai penopang bagi penyelenggaraan dan aktivitas pemerintahan.


(37)

2. Fungsi mengatur (regulerend)

Dalam hal ini pajak digunakan untuk mengatur dan mengarahkan masyarakat kearah yang dikehendaki pemerintah. Oleh karenanya, fungsi mengatur ini menggunakan pajak untuk dapat mendorong dan mengendalikan masyarakat agar sejalan dengan rencana dan keinginan pemerintah.

C. Jenis-jenis pajak

1. Dari segi administrative yuridis, penggolongan pajak dari sisi ini adalah : a. Pajak langsung, contoh : Pajak Penghasilan (PPh)

b. Pajak tidak langsung, contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 2. Berdasarkan titik tolak pungutannya, dibedakan menjadi :

a. Pajak subyektif, contoh : Pajak Penghasilan

b. Pajak Obyektif, contoh : Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 3. Berdasarkan sifatnya, dibedakan menjadi :

a. Pajak yang bersifak pribadi, contohnya dapat dilihat dalam penerapan Pajak Penghasilan

b. Pajak yang bersifak kebendaan, contoh : Bea Meterai dan PBB. 4. Berdasarkan kewenangan pemungutannya, dibedakan menjadi :

a. Pajak Pusat, contoh : PPh, PPN dan PPn BM, Bea Meterai dan Cukai b. Pajak Daerah, dibagi menjadi :


(38)

2. Pajak Kabupaten/Kota, antara lain : Pajak Hotel, Pajak Parkir,PPJ, dll D.Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Penerbitan suatu Surat Ketetapan Pajak (SKP) hanya terbatas kepada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SuratPemberitahuan (SPT) atau karena ditemukannya data fisik yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak. Surat Ketetapan Pajak (SKP) diterbitkan setelah proses pemeriksaan selesai dilakukan dan belum dilakukan penyidikan.

Surat Ketetapan Pajak terdiri atas enam macam, yaitu Surat Tagihan Pajak (STP), surat keterangan berupa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

1. Surat Tagihan Pajak

Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat yang diterbitkan untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Surat Tagihan Pajak diatur dalam Pasal 14 UU No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan UU No.6 Tahun 2000. Surat Tagihan Pajak dapat diterbitkan dalam hal-hal sebagai berikut:


(39)

b. Apabila dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung.

c. Apabila Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga.

d. Apabila pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN dan perubahannya tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

e. Apabila pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi membuat Faktur Pajak.

f. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak membuat atau membuat Faktur Pajak, tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapya Faktur Pajak. Penerbitan Surat Tagihan Pajak akan ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau bagian tahun pajak atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah


(40)

kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar. SKPKB diterbitkan dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terhutang tidak atau kurang dibayar;

2. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;

3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atas PPN dan PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0%.

4. Apabila Wajib Pajak tidak melakukan kewajiban pembukuan dan tidak memenuhi permintaan dalam pemeriksaan pajak, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.

Penerbitan SKPKB akan diikuti dengan sanksi administrasi yang bisa berupa denda maupun berupa kenaikan. Sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% sebulan akan dikenakan apabila berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa Wajib Pajak tidak atau kurang membayar besarnya pajak yang terutang.

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan untuk menentukan tambahan atas jumlah pajak


(41)

yang telah ditetapkan dalam SKPKBT. Penerbitan SKPKBT dilakukan apabila ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang dapat menyebabkan penambahan pajak yang terutang. SKPKBT diterbitkan untuk menampung beberapa kemungkinan yang terjadi seperti:

1. Adanya SKPKBT yang telah ditetapkan ternyata lebih rendah daripada perhitungan yang sebenarnya.

2. Adanya proses pengembalian pajak yang telah ditetapkan dalam SKPLB yang seharusnya tidak dilakukan, dan

3. Adanya pajak terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) yang ditetapkan ternyata lebih rendah.

4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan untuk menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. SKPLB diterbitkan jika ada permohonan tertulis dari wajib pajak.

Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) harus sudah menerbitkan SKPLB paling lambat 12 bulan sejak permohonan diterima, kecuali untuk kegiatan tertentu akan ditetapkan lain oleh Direktur Jenderal Pajak. Apabila jangka 12 bulan telah lewat, maka permohonan Wajib Pajak dianggap diterima dan Wajib Pajak berhak memperoleh pengembalian atas kelebihan pajaknya. Apabila berdasarkan hasil


(42)

pemeriksaan ternyata pajak yang lebih dibayar jumlahnya lebih besar dari kelebihan pembayaran pajak yang telah ditetapkan, maka SKPLB masih dapat diterbitkan lagi.

5. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan untuk menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

6. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak yang terutang kepada Wajib Pajak. SPPT merupakan dokumen yang berisi besarnya utang atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang harus dilunasi oleh Wajib Pajak pada waktu yang telah ditentukan. SPPT diterbitkan berdasarkan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang telah disampaikan oleh Wajib Pajak atau berdasarkan data objek pajak yang telah ada di Kantor Pelayanan PBB.

E.Fungsi Surat Ketetapan Pajak


(43)

a. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang nyata-nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban materiil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.

b. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan. c. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.

d. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar e. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.

F. Daluwarsa Penetapan Pajak

Daluwarsa penetapan pajak ditentukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak akhir Masa Pajak atau Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.

G.Pembetulan Ketetapan Pajak

Apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang tidak mengandung persengketaan antara fiskus dan Wajib Pajak, dapat dibetulkan oleh Direktur Jenderal Pajak secara jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak.

H.Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan Wajib Pajak

Jangka waktu penyelesaian permohonan pembetulan Wajib Pajak harus diselesaikan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permohonan pembetulan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah


(44)

lewat Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan suatu keputusan, maka permohonan pembetulan yang diajukan dianggap dikabulkan.

I. Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi

1. Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan WP dapat mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang ternyata dikenakan karena adanya kekhilafan atau bukan karena kesalahan WP.

2. Permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi harus memenuhi ketentuan:

a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan memberikan alasan yang jelas dan meyakinkan;

b. Disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak yang mengenakan sanksi administrasi tersebut;

c. Tidak melebihi jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya STP, SKPKB atau SKPKBT, kecuali apabila WP dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya;

d. Tidak mengajukan keberatan atas ketetapan pajaknya dan diajukan atas suatu STP; suatu SKPKB atau suatu SKPKBT. Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pengurangan atau


(45)

penghapusan sanksi administrasi paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal permohonan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak member keputusan maka permohonan dianggap diterima.

I. Pengurangan Atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar

Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan WP dapat mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar. Permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar harus memenuhi ketentuan:

1. Diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia untuk suatu surat ketetapan pajak.

2. Menyebutkan jumlah pajak yang menurut penghitungan WP seharusnya terhutang.

3. Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar paling lama 12 bulan sejak tanggal permohonan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak member keputusan maka permohonan dianggap diterima.


(46)

J. Permintaan Penjelasan atau Pemberian Keterangan Tambahan

1. Untuk keperluan pengajuan permohonan, WP dapat meminta penjelasan/keterangan tambahan, dan Kepala KPP wajib menjawabnya secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan, pemotongan atau pemungutan.

2. WP dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis sebelum surat keputusan atas permohonan diterbitkan.


(47)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A.Langkah-Langkah Penerbitan Surat Ketetapan Pajak

Sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) Kementrian Keuangan Republik Indonesia tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak yang dikeluarkan dari Seksi Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia Nomor : KPP30-0024 Revisi ketiga tanggal 16 Mei 2014, menyebutkan ada beberapa hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yakni ;

B.Deskripsi

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak hasil pemeriksaan di bidang perpajakan yang dilakukan oleh tenaga fungsional pemeriksa pajak.

C.Dasar Hukum

1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.03/2012 tanggal 6 Februari 2008 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak.


(48)

2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 27/PJ/2012 tentang Bentuk dan isi Nota Penghitungan, Bnetuk dan isi Surat Ketetapan Pajak serta Bentuk dan isi Surat Tagihan Pajak.

3. Peraturan Direktural Jenderaj Pajak Nomor 29/PJ/2013 tentang Bentuk Dan Isi Nota Penghitungan, Bentuk Dan Isi Surat Ketetapan Pajak Serta Bentuk Dan Isi Surat Tagihan Pajak Atas Pajak Penjualan Bagi Kontraktor Perjanjian Karya Pengusaaan Pertambangan Batubara Generasi.

D. Surat Edaran Terkait

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-24/PJ/2013 tentang Kode Nota Penghitungan dan Kode Ketetapan Per Jenis Pajak.

E. Pihak Yang Terkait

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak 2. Kepala Seksi Pelayanan

3. Kepala Seksi Penagihan

4. Ketua Seksi Pengawasan dan Konsultasi 5. Ketua Kelompok Pemeriksa

6. Ketua Tim Pemeriksa 7. Anggota Tim Pemeriksa 8. Pelaksana Seksi Pelayanan


(49)

9. Wajib Pajak

F. Dokumen Yang Dibutuhkan / Input 1. Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) 2. Nota Penghitungan Pajak

G.Dokumen yang Dihasilkan / Output

1. Surat Ketetapan Pajak (Surat Ketetapan Pajak)

H. Prosedur Kerja

1. Setelah proses pemeriksaan selesai (SOP Pemeriksaan), Anggota Tim Pemeriksa melakukan input data, dan mencetak Nota Penghitungan Pajak, mencetak konsep Nota Penghitungan Pajak dan menyampaikannya kepada Ketua tim Pemeriksa.

2. Ketua Tim Pemeriksa meneliti, memaraf Nota Penghitungan Pajak kemudian meneruskannya kepada Ketua Kelompok Pemeriksa.

3. Ketua Kelompok Pemeriksa meneliti, menyetujui, dan memaraf Nota Penghitungan Pajak dan memaraf konsep Nota Penghitungan Pajak kemudian meneruskannyanya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan memaraf Nota Penghitungan Pajak dan selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi Pelayanan.


(50)

5. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak Surat Ketetapan Pajak. Surat Ketetapan Pajak diterbitkan dalam rangkap 4 ( dalam hal yang diterbitkan adalah SKPN atau SKPLB) atau rangkap 5 (dalam hal yang diterbitkan adalah STP, SKPKB atau SKPKBT), yaitu:

Lembar ke-1 : untuk Wajib Pajak

Lembar ke-2 : untuk Seksi Penagihan (dibuat dalam hal STP, SKPKB dan SKPKBT)

Lembar ke-3 : untuk Seksi Pengawasan dan Konsultasi Lembar ke-4 : untuk arsip Seksi Pelayanan

Lembar ke-5 : untuk seksi/unit pembuat Nota Penghitungan

6. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan Surat Ketetapan Pajak dan menyampaikannya ke Kepala Seksi Pelayanan.

7. Surat Ketetapan Pajak yang sudah dicetak diparaf oleh Kepala Seksi Pelayanan kemudian disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 8. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menandatangani Surat Ketetapan Pajak. 9. Proses dilanjutkan ke SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen WP dan SOP

Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP. 10. Proses selesai.


(51)

Su mber : Seksi Pelayanan KPP Pratama Medan Polonia


(52)

Yang sering menjadi kendala dalam penerbitan Surat Ketetapan Pajak di KPP Pratama Medan Polonia yang paling sering dijumpai para fiskus ialah :

a. Kesalahan tulis antara lain : kesalahan yang dapat berupa penulisan nama, alamat, NPWP, nomor surat ketetapan pajak, jenis pajak, Masa atau Tahun Pajak dan tanggal jatuh tempo.

b. Kesalahan hitung, yang berasal dari penjumlahan dan atau pengurangan dan atau perkalian dan atau pembagian suatu bilangan.

c. Kekeliruan dalam penerapan tarif, penerapan persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto, penerapan sanksi administrasi, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), penghitungan PPh dalam tahun berjalan, dan pengkreditan pajak.

K. Upaya Penanganan Kendala Penerbitan Surat Ketetapan Pajak

1. Pembetulan Ketetapan Pajak Dengan Permohonan Wajib Pajak

Apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang tidak mengandung persengketaan antara fiskus dan Wajib Pajak, dapat dibetulkan oleh Direktur Jenderal Pajak secara jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak.


(53)

2. Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi

Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan WP dapat mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang ternyata dikenakan karena adanya kekhilafan atau bukan karena kesalahan WP. Permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi harus memenuhi ketentuan:

a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan memberikan alasan yang jelas dan meyakinkan.

b. Disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak yang mengenakan sanksi administrasi tersebut;

c. Tidak melebihi jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya STP, SKPKB atau SKPKBT, kecuali apabila WP dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya;

d. Tidak mengajukan keberatan atas ketetapan pajaknya dan diajukan atas suatu STP; suatu SKPKB atau suatu SKPKBT.

Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal permohonan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak member keputusan maka permohonan dianggap diterima.


(54)

L. Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar

Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan WP dapat mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar. Permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar harus memenuhi ketentuan:

1. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia untuk suatu surat ketetapan pajak.

2. Menyebutkan jumlah pajak yang menurut penghitungan WP seharusnya terhutang.

3. Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar paling lama 12 bulan sejak tanggal permohonan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak member keputusan maka permohonan dianggap diterima.


(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam bab-bab sebelumnya maka pada bab ini penulis akan memberikan beberapa kesimpulan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam mekanisme penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) pada KPP Pratama Medan Polonia yakni :

1. Surat Ketetapan Pajak adalah Surat yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk mengatur system perpajakan yang ada di Indonesia agar berjalan dengan benar, efisien dan efektif tanpa adanya penyimpangan. Surat Ketetapan Pajak yang telah dibuat mempunyai dasar hukum yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Standar operasional prosedur penerbitan surat ketetapan pajak kurang pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan polonia sudah dijalankan oleh petugas dengan benar karena standar operasional prosedur atau tata cara yang diberlakukan sesuai dengan undang-undang dan keputusan menteri keuangan. 3. Adanya fungsi dari Surat Ketetapan Pajak (SKP) tersebut, yakni sebagai


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Adriani,2012.PerpajakanIndonesia,Jakarta :Erlangga

Waluyo, 2009. Perpajakan Indonesia, Jakarta : Salemba Empat Peraturan Perundang-undangan :

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang- Undang No. 28 Pasal 1 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak

Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-162/PMK.011/2012 Peraturan Menteri KeuanganNomor PMK-23/PMK.03/2008

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 276/KMK/01/1989 tangga tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK/1994 tentang Kantor Pelayanan Pajak Medan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor Kep.95/PJ/2008 tentang Kantor Pelayanan Pajak .

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia


(57)

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 27/PJ/2012 tentang Bentuk dan isi Nota Penghitungan, Bentuk dan isi Surat Ketetapan Pajak serta Bentuk dan isi Surat Tagihan Pajak.

Peraturan Direktural Jenderal Pajak Nomor 29/PJ/2013 tentang Bentuk Dan Isi Nota Penghitungan, Bentuk Dan Isi Surat Ketetapan Pajak Serta Bentuk Dan Isi Surat Tagihan Pajak Atas Pajak Penjualan Bagi Kontraktor Perjanjian Karya Pengusaaan Pertambangan Batubara Generasi.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-24/PJ/2013 tentang Kode Nota Penghitungan dan Kode Ketetapan Per Jenis Pajak.

Standard Operating Procedure (SOP) Kementrian Keuangan Republik Indonesia Nomor : KPP30-0024, 2014 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak

Sumber Internet :

Anonim. Sekilas Modernisasi Administrasi Perpajakan. diakses tanggal 24 April 2014].


(1)

Yang sering menjadi kendala dalam penerbitan Surat Ketetapan Pajak di KPP Pratama Medan Polonia yang paling sering dijumpai para fiskus ialah :

a. Kesalahan tulis antara lain : kesalahan yang dapat berupa penulisan nama, alamat, NPWP, nomor surat ketetapan pajak, jenis pajak, Masa atau Tahun Pajak dan tanggal jatuh tempo.

b. Kesalahan hitung, yang berasal dari penjumlahan dan atau pengurangan dan atau perkalian dan atau pembagian suatu bilangan.

c. Kekeliruan dalam penerapan tarif, penerapan persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto, penerapan sanksi administrasi, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), penghitungan PPh dalam tahun berjalan, dan pengkreditan pajak.

K. Upaya Penanganan Kendala Penerbitan Surat Ketetapan Pajak

1. Pembetulan Ketetapan Pajak Dengan Permohonan Wajib Pajak

Apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang tidak mengandung persengketaan antara fiskus dan Wajib Pajak, dapat dibetulkan oleh Direktur Jenderal Pajak secara jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak.


(2)

2.Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi

Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan WP dapat mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang ternyata dikenakan karena adanya kekhilafan atau bukan karena kesalahan WP. Permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi harus memenuhi ketentuan:

a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan memberikan alasan yang jelas dan meyakinkan.

b. Disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak yang mengenakan sanksi administrasi tersebut;

c. Tidak melebihi jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya STP, SKPKB atau SKPKBT, kecuali apabila WP dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya;

d. Tidak mengajukan keberatan atas ketetapan pajaknya dan diajukan atas suatu STP; suatu SKPKB atau suatu SKPKBT.

Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal permohonan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak member keputusan maka permohonan dianggap diterima.


(3)

L. Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar

Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan WP dapat mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar. Permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar harus memenuhi ketentuan:

1. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia untuk suatu surat ketetapan pajak.

2. Menyebutkan jumlah pajak yang menurut penghitungan WP seharusnya terhutang.

3. Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar paling lama 12 bulan sejak tanggal permohonan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak member keputusan maka permohonan dianggap diterima.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam bab-bab sebelumnya maka pada bab ini penulis akan memberikan beberapa kesimpulan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam mekanisme penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) pada KPP Pratama Medan Polonia yakni :

1. Surat Ketetapan Pajak adalah Surat yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk mengatur system perpajakan yang ada di Indonesia agar berjalan dengan benar, efisien dan efektif tanpa adanya penyimpangan. Surat Ketetapan Pajak yang telah dibuat mempunyai dasar hukum yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Standar operasional prosedur penerbitan surat ketetapan pajak kurang pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan polonia sudah dijalankan oleh petugas dengan benar karena standar operasional prosedur atau tata cara yang diberlakukan sesuai dengan undang-undang dan keputusan menteri keuangan. 3. Adanya fungsi dari Surat Ketetapan Pajak (SKP) tersebut, yakni sebagai


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adriani,2012.PerpajakanIndonesia,Jakarta :Erlangga

Waluyo, 2009. Perpajakan Indonesia, Jakarta : Salemba Empat

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang- Undang No. 28 Pasal 1 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak

Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-162/PMK.011/2012 Peraturan Menteri KeuanganNomor PMK-23/PMK.03/2008

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 276/KMK/01/1989 tangga tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK/1994 tentang Kantor Pelayanan Pajak Medan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor Kep.95/PJ/2008 tentang Kantor Pelayanan Pajak .

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia


(6)

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 27/PJ/2012 tentang Bentuk dan isi Nota Penghitungan, Bentuk dan isi Surat Ketetapan Pajak serta Bentuk dan isi Surat Tagihan Pajak.

Peraturan Direktural Jenderal Pajak Nomor 29/PJ/2013 tentang Bentuk Dan Isi Nota Penghitungan, Bentuk Dan Isi Surat Ketetapan Pajak Serta Bentuk Dan Isi Surat Tagihan Pajak Atas Pajak Penjualan Bagi Kontraktor Perjanjian Karya Pengusaaan Pertambangan Batubara Generasi.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-24/PJ/2013 tentang Kode Nota Penghitungan dan Kode Ketetapan Per Jenis Pajak.

Standard Operating Procedure (SOP) Kementrian Keuangan Republik Indonesia Nomor : KPP30-0024, 2014 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak

Sumber Internet :

Anonim. Sekilas Modernisasi Administrasi Perpajakan. diakses tanggal 24 April 2014].