atau pabrik gula yang menyewa lahan pertanian penduduk dan sekaligus mengupah tenaganya dalam usaha mengembangkan tanaman tebu bagi
keperluan memenuhi bahan baku bagi pabriknya Kartasapoetra, 1988.
Produk utama dari pabrik gula adalah gula putih. Namun ada produk yang merupakan produk samping dari pengolahan tebu menjadi gula. Hasil
samping tersebut berupa tetes molase, pucuk daun tebu, blotong, ampas tebu yang merupakan limbah pabrik. Hasil samping berupa limbah pabrik
sering menimbulkan banyak permasalahan sebab menjadi sumber pencemaran lingkungan.
Ampas tebu adalah hasil samping dari proses ekstraksi pemerahan cairan tebu. Dari satu pabrik dapat dihasilkan ampas tebu sekitar 35
– 40 dari berat tebu yang digiling. Mengingat begitu banyak jumlahnya, maka
ampas tebu akan memberikan nilai tambah untuk pabrik jika diberi perlakuan lebih lanjut Tim Penulis PS, 1992.
2.2 Ampas Tebu
Ampas tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman tebu saccharum oficinarum setelah diekstrak atau dikeluarkan niranya
pada Industri pemurnian gula sehingga diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah berserat yang dikenal sebagai ampas tebu bagasse.
Ampas tebu dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Ampas Tebu Ampas tebu sebagai limbah pabrik gula merupakan salah satu bahan
lignoselulosa yang potensial untuk dikembangkan menjadi sumber energi seperti bioetanol. Konversi bahan lignoselulosa menjadi bioetanol mendapat
perhatian penting karena bioetanol dapat digunakan sebagai bahan bakar. Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar terus dikembangkan. Menurut
Licht 2009, pada tahun 1999 produksi bahan bakar etanol mencapai 4.972
Universitas Sumatera Utara
juta galon setara dengan 18.819 juta liter dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 17.524 juta galon setara dengan 66.328 juta liter. Hermiati,
2009.
Manfaat umum yang dapat diperoleh dari bahan bakar bioetanol antara lain, digunakan untuk bahan baku industri turunan alkohol, campuran
minuman keras, industri farmasi, sampai pada bahan baku campuran kendaraan. Tentu saja, pemanfaatan etanol ini harus disesuaikan dengan
jenis kebutuhannya. Misalnya, untuk kebutuhan industri diperlukan etanol dengan grade antara 90-96,5, sedangkan untuk minuman keras dibutuhkan
etanol berkadar 99,5-100, atau etanol yang harus betulbetul kering dan anhydrous supaya tidak korosif Abidin, 2009.
Pemanfaatan ampas tebu untuk dikonversikan menjadi bioetanol telah banyak diteliti dari dulu hingga saat ini, diantaranya yang pernah
memanfaatkan ampas tebu menjadi bioetanol yaitu M.Samsuri dkk 2007 dan Euis Hermiati dkk 2009.
Ampas tebu sebagian besar mengandung lignoselulosa. Panjang seratnya antara1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga
ampas tebu ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan- papan buatan. Bagase mengandung air 48 - 52, gula rata-rata 3,3 dan
serat rata-rata 47,7.
Serat bagase tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari jenis selulosa, pentosan dan lignin Husin, 2007. Menurut Husin
2007 hasil analisis serat bagas adalah seperti dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi kimia ampas tebu Kandungan
Kadar Abu
3,82 Lignin
22,09 Selulosa
37,65 Sari
1,81 Pentosan
27,97 Sumber, Husin, 2007
2.3 Delignifikasi