Komunikasi Massa Uraian Teoritis .1 Interaksionisme Simbolik

b. Seorang teman dekat adalah seseorang yang anda bisa andalkan pada saat anda membutuhkan sesuatu ungkapan pria usia 36 tahun, professor sebuah lembaga pendidikan c. Seorang teman dekat adalah seseorang yang mampu mendengar anda tanpa menghakimi, yang tidak pernah menyela atau menceritakan masalah yang dia hadapi ketika anda sedang bercerita tentang masalah anda, dia tidak bergosip wanita usia 44 tahun, pengusaha. Dari ungkapan di atas sahabat karib idealnya adalah memiliki kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi teman dekat tetapi dengan perbedaan, paling utama teman sejati. Ada banyak pendapat mengenai persahabatan termasuk rasa saling percaya diri, empati, kejujuran, kerahasiaan, kebersamaan dan lain-lain. Melakukan aktivitas dan tempat curahkan isi hati sahabat yang selalu saja bisa diandalkan dan ada di samping kita saat membutuhkannya walau hanya sekedar mendengarkan dengan baik. Seorang teman adalah seseorang yang anda sukai dan menyukai anda, dan orang yang memiliki kehangatan hubungan dengan anda. Penting untuk diingatkan bahwa istilah umum ”teman” dibagi dalam tiga kategori berdasarkan pada tingkat keakraban: biasa, dekat dan akrab Yager, 2006: 18. Jumlah anggota kelompok yang sedikit membuat hubungan antara pribadi individu menjadi kuat dan erat. Hal ini disebabkan karena komunikasi antar pribadi yang sering dilakukan dan juga intesitas pertemuan yang rutin. Oleh karena itu, kohesivitas kelompok menjadi tinggi. Kedekatan hubungan dalam kelompok persahabatan yang kompak tampak dalam pesan-pesan atau respon non-verbal mereka.

2.2.3 Komunikasi Massa

Istilah komunikasi atau bahasa inggris communication berasal dari kata Latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan Universitas Sumatera Utara makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu Effendy, 2005: 9. Komunikasi merupakan aktivitas yang amat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan makhluk di dunia, terutama manusia. Komunikasi begitu pentingnya bagi manusia sehingga ada yang menyatakan bahwa tanpa komunikasi kehidupan manusia tidak mempunyai arti hidup dan tidak dapat bertahan dengan lama. Manusia mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi sosial dan mengembangkan kepribadiannya. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain yaitu Gerbner. Gerbner dalam Ardianto dan Komala mengatakan bahwa:“Mass Communication is the technologically based production and distribution of the most Broadly shared continuous flow of messages in industrial societies”Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri http:repository.fisipuntirta.ac.id. Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa menghasilkan suatu produk yang disebarkan. Di distribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tepat. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa media cetak dan elektronik. Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media komunikasi massa. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media tradisional seperti media teknologi televisi, radio, media cetak surat kabar, majalah, tabloid, buku dan film. Dalam perkembangan komunikasi massa yang sudah sangat modern dewasa ini ada satu perkembangan tentang media massa yakni ditemukannya internet. Belum ada, untuk tidak mengatakan tak ada, bentuk media dari definisi komunikasi massa yang memasukkan internet dalam media massa Nurudin, 2003: 2. Keberadaan media masa tergantungan pada media masa yang besar, semakin besar media suatu masa semakin tinggi kebutuhan masyarakat akan informasi . Universitas Sumatera Utara Penggunaan seperangkat alat teknologi dengan sendirinya menyebabkan komunikasi massa itu membutuhkan biaya relatif besar. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi keduanya dikenal sebagai media elektronik surat kabar dan majalah yang disebut sebagai media cetak serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop. Komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yaitu Gerbner 1967, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri Ardianto, 2004: 4. Organisasi yang kompleks itu menyangkut berbagai pihak yang terlibat dalam proses komunikasi massa, mulai dari menyusun pesan sampai pesan diterima oleh komunikan. Misalnya bila pesan disampaikan melalui media cetak majalah dan surat kabar maka pihak yang terlibat diantaranya adalah pemimpin redaksi, layout man, editor, korektor. Sedangkan bila pesan disampaikan melalui media elektronik radio siaran, maka pihak yang teribat diantaranya adalah penyiar dan operator.

2.2.3.1 Film

Menurut sejarah perfilman di Indonesia, film pertama di negeri ini berjudul “Lely van Java” yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926 oleh seorang yang bernama David. Sampai dengan tahun 1930 masyarakat pada waktu itu telah dihidangi film-film berikutnya yaitu “Lutung Kasarung” dan film yang disajikan masih merupakan film bisu dan yang mengusahakannya adalah orang-orang Belanda dan Cina. Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Maka dunia perfilman pun ikut berubah. Nippon Eiga Sha diserahkan secara resmi pada tanggal 6 Oktober 1945 kepada Pemerintah Republik Indonesia yang dalam serah terimanya dilakukan oleh Ishimoto dari pihak Pemerintah Militer Jepang kepada R.M.Soetarto yang mewakili Pemerintahan Republik Indonesia. Sejak 6 Oktober 1945 itu lahirlah Berita Film Indonesia atau B.F.I. Menginjak dekade lima puluh itu, film di Indonesia memasuki alam yang Universitas Sumatera Utara cerah. Tampaklah kegiatan yang dilakukan para sineas film naisona dalam bentuk perusahaan film Effendy,2003: 218. Film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media pembujuk. Namun yang jelas, film sebenarnya punya kekuatan bujukan atau persuasi yang besar. Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menunjukkan bahwa sebenarnya film sangat berpengaruh. Film memerlukan khalayak yang besar karena pasar luar negeri merupakan sumber pendapatan utama dan karena kontrol pemerintahan selalu mengancam, para produser berusaha tidak menyinggung perasaan siapa pun. Mereka memang membuat aneka film tentang kenakalan remaja, skandal asmara, pemisahan rasial, kejahatan dan kesehatan mental namun mereka berusaha tidak menyinggung kepentingan siapa pun. Dibanding bentuk seni yang lain, seperti sastra atau rupa, keberadaan film relatif masih muda. Lebih dari 100 tahun sejak pertama kali dipertunjukkan di akhir 1800-an, namun film telah menunjukkan perkembangan popularitas yang luar biasa. Di satu sisi ia adalah karya seni mutakhir, di sisi lain ia juga adalah mesin penggerak ekonomi. Di beberapa negara seperti India, Amerika Serikat, Cina dan kemudian Korea, film telah menjadi Industri. Film dari negara-negara tersebut bahkan telah masuk dalam pasar global dan telah menjadi bentuk nyata dari apa yang kemudian banyak disebut sebagai the creative industry http:montase.blogspot.com. Di Indonesia, film pertama kali diperkenalkan pada 5 Desember 1900 di Batavia Jakarta. Pada masa itu film disebut “Gambar Idoep. Pertunjukkan film pertama digelar di Tanah Abang. Film yang ditayangkan saat itu adalah sebuah film dokumenter yang menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag. Pertunjukan pertama ini kurang sukses karena harga karcisnya dianggap terlalu mahal. Sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75 untuk merangsang minat penonton Mambor, 2000: 45. Dalam hal ini orang-orang film pandai sekali menimbulkan emosi penonton. Teknik perfilman, peralatannya maupun pengaturannya telah berhasil menampilkan gambar yang semakin mendekati kenyataan. Dalam suasana gelap dalam gedung Universitas Sumatera Utara bioskop penonton menyaksikan suatu cerita yang seolah-olah benar-benar terjadi di hadapannya Effendy, 2003: 207. Misalnya film yang saat ini peneliti angkat film yaitu 5CM, film ini menceritakan tentang persahabatan yang begitu kuat dalam menghadapi kehidupan yang begitu keras dan menghadapi cita-cita yang mereka capai.Film ini dapat memotifasikan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kepercayaan diri yang kuat mimpi yang mungkin sulit di wujudkan atau kekuatan mimpi itu mengubah diri seseoorang, menjadi manusia yang lebih memaknai hidup dan masih tetap berjuang meskipun dihadapkan pada kesulitan-kesulitan di dunia. Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang didepan kening kamu. Dan sehabis itu yang kamu perlu Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, Dan kamu akan dikenang sebagai seseorang yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan Cuma seonggok daging yang hanya punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seseorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengerjarnya. Dan kamu nggak perlu bukti apakah mimpi itu akan terwujud nantinya karena kamu hanya harus mempercayainya.” Dhirgantoro 2005: 362. Menikmati cerita dari film berlainan dengan dari buku. Cerita dari buku disajikan dengan perantaraan huruf yang berderetan secara mati. Huruf-huruf itu merupakan tanda dan tanda-tanda ini akan mempunyai arti hanya di dalam alam sadar. Sebaliknya film memberikan tanggapan terhadap yang menjadi pelaku dalam cerita yang dipertunjukkan itu dengan jelas tingkah lakunya dan dapat mendengarkan suara para pelakunya itu beserta suara-suara lainnya yang bersangkutan dengan cerita yang dihidangkan. Apa yang dilihatnya di layar bioskop seolah-olah kejadian yang nyata, yang terjadi di hadapan matanya. Berbeda dengan membaca buku yang memerlukan daya pikir yang aktif. Munculnya film sebagai media komunikasi massa yang kedua setelah surat kabar, telah menarik perhatian publik. Kelebihan film memang terletak pada gambar yang hidup dan bergerak seperti nyata, serta tidak terikat pada ruang dan waktu, atau Universitas Sumatera Utara dengan kata lain film dapat diputar dan dinikmati di mana dan kapan saja sesuai keinginan. Hal itulah yang membuat film menjadi media yang populer. Dengan bantuan teknologi yang semakin lama semakin canggih, hingga kini perkembangan gambar yang bergerak tersebut terus disempurnakan melalui penambahan efek gambar dan suara. Sejak pertama kali film dihasilkan sebagai karya teknik manusia, film digunakan sebagai alat komunikasi massa yang fungsinya bercerita. Pada titik ini film telah menjadi media bertutur manusia, sebuah alat komunikasi. Jika sebelumnya bercerita dilakukan dengan lisan, lalu tulisan, kini muncul satu medium lagi, yakni dengan gambar bergerak. Film berkemampuan untuk menghidupkan imajinasi khalayak akan sesuatu yang mungkin terjadi pada masa lalu, masa sekarang, masa yang akan datang, bahkan yang sangat mustahil terjadi sekalipun. Sedangkan dalam praktik sosial, film tidak sekedar dilihat sebagai ekspresi seni pembuatnya. Tetapi juga merupakan interaksi antar elemen-elemen pendukung, proses produksi, distribusi maupun eksibisinya. Bahkan lebih jauh dari itu, perspektif ini mengasumsikan terjadi interaksi antara film dengan idelogi serta kebudayaan dimana film diproduksi dan dikonsumsi Ulfa, 2013: 30. Pengaruh film besar sekali terhadap jiwa manusia. Penonton tidak hanya terpengaruh atau selama duduk di dalam bioskop tetapi terus sampai waktu yang cukup lama. Kita sering kali melihat atau menyaksikan mereka yang tingkah lakunya dalam cara berpakaiannya meniru-niru bintang-bintang film. Cara ketawa, bersiul, merokok, duduk, berjalan, menegur dan lain-lain. Pengaruh film ini juga berakibat jauh pada masyarakat Indonesia. Ilmu jiwa sosial terdapat gejala apa yang disebut Identifikasi Psikologi. Dalam hal ini melihat atau lebih tegas lagi dalam mengkhayati sebuah film kerap kali penonton menyamakan atau mengidentifikasikan seluruh pribadinya dengan salah seorang pemegang peranan dalam film. Ia bukan saja dapat memahami atau merasakan apa yang dipikirkan atau dialami pemain itu dalam menjalankan peranannya tetapi lebih lagi dari pada itu. Antara pemain dan penonton hampir tak Universitas Sumatera Utara ada lagi perbedaan. Penonton asik sekali mengikuti peristiwa dalam film sehingga ia merasa bersangkutan dengan film itu dengan perkataan lain ia mengira bahwa ia sendiri yang menjadi pemain, bukan lagi pemain yang memegang peranan dalam berbagai peristiwa Effendy, 2003: 208. Isi media massa termasuk film, pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Bahasa bukan saja sebagai alat dalam mempresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan bentuk seperti apa yang ingin diciptakan oleh produsen media tentang realitas tersebut. Akibatnya media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya. Media massa sesungguhnya memainkan peran khusus dalam mempengaruhi budaya tertentu melalui penyebaran informasi media. Peran media sangat penting karena menampilkan sebuah cara dalam memandang realitas. Para produsen mengendalikan isi medianya melalui cara-cara tertentu untuk menyandikan pesan-pesan. Film adalah medium komunikasi massa yang sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Bahkan filmnya sendiri banyak yang berfungsi sebagai medium penerangan dan pendidikan secara penuh, artinya bukan sebagai alat pembantu dan juga tidak perlu dibantu dengan penjelasan, melainkan medium penerangan dan pendidikan yang komplit Effendy, 2003: 209. Film adalah dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar diiringi denga kata-kata musik dengan demikian film adalah produksi yang multidimensional dan sangat kompleks. Melalui perkembangannya, Menurut Ardianto 2004:138 film dapat dikelompokkan pada jenis: a. Film Cerita Film cerita story film adalah jenis film yang mengandung suatu cerita. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi sehingga ada unsur menarik baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambar yang artistik. b. Film Berita Universitas Sumatera Utara Film berita newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. c. Film Dokumenter documentary didefinisikan oleh Robet Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan creative treatment of actuality”. Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan maka film documenter merupakan hasil interpretasi pribadi pembuatnya mengenai kenyataan tersebut. Film membuat orang tertahan setidaknya saat mereka menontonnya, secara lebih intens ketimbang medium lainnya. Pengaruh ini hanya terjadi saat film ditayangkan di bioskop. Penonton duduk di auditorium gelap di depan layar lebar dan tak ada yang mengganggu jalannya pemutaran film, dunia luar disisihkan sementara. Film tentu saja dapat dipertontonkan di luar ruang seperti di teater drive-in dan televise namun pengalaman yang terkuat adalah ketika menontonnya di ruang gelap gedung bioskop Vivian: 2008,159.

2.2.4 Persepsi