BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 PerspektifParadigma Kajian
Interaksionisme simbolik merupakan salah satu varian dari paradigma interpretif. Pendekatan interpretif berangkat dari upaya untuk mencari penjelasan
tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang didasarkan pada perspektif dan pengalaman orang yang diteliti. Pendekatan interpretif diadopsi dari orientasi praktis.
Secara umum pendekatan interpretatif merupakan sebuah sistem sosial yang memaknai perilaku secara detail langsung mengobservasi. Interpretif melihat fakta
sebagai sesuatu yang unik dan memiliki konteks dan makna yang khusus sebagai esensi dalam memahami makna sosial. Interpretif melihat fakta sebagai hal yang cair
tidak kaku yang melekat pada sistem makna dalam pendekatan interpretif. Fakta- fakta tidaklah imparsial, objektif dan netral. Fakta merupakan tindakan yang spesifik
dan kontekstual yang bergantung pada pemaknaan sebagian orang dalam situasi sosial. Interpretif menyatakan situasi sosial mengandung ambiguisitas yang besar.
Perilaku dan pernyataan dapat memiliki makna yang banyak dan dapat dinterpretasikan dengan berbagai cara http:ernams.wordpress.com
Perspektif adalah cara pandang kita terhadap sudut pandangan kita. Cara kita memandang atau pendekatan yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan dan
menentukan pengetahuan yang kita gunakan. Perpektif yang kita gunakan menghasilkan perbedaan yang besar dalam komunikasi. Kita bisa mengamati
menghadapin maupun menyelesaikan suatu permasalah dengan pikiran kita yang terbuka dan netral.
Nilai perspektif kita tidak terletak dalam nilai kebenarannya atau seberapa baik ia mencerminkan realitas yang ada. Semua perspektif yang dapat diperoleh
adalah benar dan mencermi realitas walapun setiap perspektif pada tahap tertentu kurang lengkap dan didistorsi. Jadi intinya adalah upaya mencari perspektif yang
dapat memberikan kepada kita konseptualisasi realitas yang paling bermanfaat bagi pencapaian tujuan kita Ardianto, 2007: 76.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu dari banyak hal yang sangat memengaruhi dan membentuk ilmu dan teori adalah paradigma paradigma. Thomas Khun dikenal sebagai orang
pertama yang mempopulerkan istilah paradigma ini. Paradigma atau dalam bidang keilmuan sering disebut sebagai perspektif perspective, terkadang disebut mazhab
pemikiran school of thought atau teori. Paradigma secara sederhana dapat diartikan sebagai kaca mata atau cara pandang untuk memahami dunia nyata. Dalam hal ini,
Patton Mulyana, 2002: 9 berpendapat bahwa: “A paradigm is a world view, a general perspective, a way of breaking
down the complexity of the real world. As such, paradigms are deeply embedded in the socialization of adherents and practitioners: paradigms tell
them what is important, legitimate, and reasonable. Paradigms are also normative, telling the practitioner what to do without the necessity of long
existential or epistemological consideration. But it is this aspect of paradigms that constitutes both their strength in that it makes action possible, their
weakness in that the very reason for action is hidden in the unquestioned assumptions of the paradigm”.“Paradigma adalah suatu pandangan dunia,
suatu
perspektif yang umum, suatu cara mematahkan kompleksitas dalam dunia nyata. Dengan demikian, paradigma sangat tertanam dalam sosialisasi
pengikut dan praktisi: paradigma memberitahu mereka apa yang penting, sah, dan masuk akal. Paradigma juga normatif, memberitahu praktisi apa yang
harus dilakukan tanpa perlu pertimbangan eksistensial atau epistemologis yang panjang. Tapi itu adalah aspek paradigma yang merupakan kedua
kekuatan dalam membuat tindakan yang mungkin, kelemahan mereka bahwa alasan untuk tindakan tersembunyi dalam asumsi diragukan paradigma
Paradigma penelitian kualitatif adalah model penelitian ilmiah yang meneliti kualitas-kualitas objek penelitian seperti misalnya; nilai, makna, emosi manusia,
penghayatan religius, keindahan suatu karya seni, peristiwa sejarah, simbol-simbol atau artefak tertentu. Paradigma sangat penting perannya dalam memengaruhi teori,
analisis maupun tindak perilaku seseorang. Secara tegas boleh dikatakan bahwa pada dasarnya tidak ada suatu pandangan atau teori pun yang bersifat netral dan objektif,
melainkan salah satu di antaranya sangat tergantung pada paradigma yang digunakan. Karena menurut Thomas Khun dalam Mulyana, 2002: 10 paradigma
menentukan apa yang tidak kita pilih, tidak ingin kita lihat, dan tidak ingin kita ketahui. Paradigma pula yang memengaruhi pandangan seseorang apa yang baik dan
buruk, adil dan yang tidak adil. Oleh karena itu, jika ada dua orang yang melihat
Universitas Sumatera Utara
sesuatu realitas sosial yang sama, atau membaca ayat dari suatu kitab suci yang sama, akan menghasilkan pandangan, penilaian, sikap dan perilaku yang berbeda
pula. Perbedaan ini semuanya dikarenakan perbedaan paradigma yang dimiliki, yang secara otomatis memengaruhi persepsi dan tindak komunikasi seseorangUlfa, 2013:
11. Suatu pemahaman dapat dibangun oleh manusia, diantaranya adalah yang
diamati menjadi konsep pengamatan dan mengetahui kebenaran yang mutlak karena pembahasan kita adalah manusia dalam batasan permasalahan. Komunikasi
mengalami perkembangan yang luar biasa dalam perubahan hidup manusia. Munculnya televisi dan internet merubah pola perilaku manusia, perubahan sosial
yang member pengaruh pada pesan komunikasi yang disampaikan. Masyarakat aktif mengubah makna dan dampak informasi yang mereka terima lewat media. Perspektif
ini yang mengarahkan penelitian dalam cara melihat dan mengunakan, mengamati kenyataan akan menentukan pengetahuan yang kita peroleh. Penelitian mengkaji
mengenai permasalahan Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan tentang persahabatan dalam film 5CM.
Paradigma harus disampaikan dengan pesan dengan sengaja dan pesan harus diterima. Jika pesan tidak diterima tidak ada komunikasi dan proses komunikasi
maka yang akan terjadi kajian paradigma. Misalnya seseorang teman melambai pada anda tapi anda tidak melihat, bukan komunikasi yang menjadi kajiannya, karena anda
selaku komunikan tidak menerima pesan itu. Tidak ada komunikan karena tidak ada komunikasi proses komunikasi antara anda dan teman anda. Komunikasi harus
mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, mau disengaja ataupun tidak. Paradigma ini menyatakan bahwa pesan tidak harus disampaikan dengan
sengaja tapi harus diterima. Paradigma ini relatif tidak mengenal istilah komunikasi penerima, biasanya dalam penggambaran model pada dua titik pelaku komunikasi
dimana sebagai komunikator mengingat bahwa keduanya punya peluang untuk menyampaikan pesan disengaja atau tidak yang dimaknai oleh pihak lainnya
Vardiansyah, 2008: 28.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Uraian Teoritis 2.2.1 Interaksionisme Simbolik