Strategi KBMT el-Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor

(1)

STRATEGI KBMT EL-UMMA DALAM MENGEMBANGKAN UMKM DI BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh :

FITRI AUDHITD

NIM : 206046103825

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

STRATEGI KBMT EL-UMMA DALAM MENGEMBANGKAN UMKM DI BOGOR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh :

Fitri Audhitd NIM : 206046103825

Di Bawah Bimbingan

Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA NIP.195510151979031002

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul STRATEGI KBMT EL-UMMA DALAM

MENGEMBANGKAN UMKM DI BOGOR, telah diujikan dalam Sidang munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 24 September 2010 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,MM NIP. 195505051982031012

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,MM (...) NIP. 195505051982031012

2. Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, MA (...) NIP.196404121994031004

3. Pembimbing : Drs. Djawahir Hejazziey, SH,MA (...) NIP.195510151979031002

4. Penguji I : Drs. H. Odjo Kusnara, SH, MA (...) NIP. 194609041965101002

5. Penguji II : Dra. Nuriyah Tahier, MM (...) NIP. 150321873


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 September 2010 M 15 Syawal 1431 H


(5)

ABSTRAK

Fitri Audhitd. Judul skripsi “Strategi KBMT El-Umma Dalam Mengembangkan UMKM di Bogor”. Strata Satu (S1) Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1431 H / 2010 M.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi KBMT El-Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang menguraikan dan memaparkan masalah yang ada sehingga memperoleh gambaran tentang objek yang diteliti dan masalah tersebut dapat dipecahkan serta diselesaikan dengan baik dan benar.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian lapangan (field research) untuk memperoleh data primer, dengan melakukan wawancara dan penelitian langsung terhadap pihak yang dianggap berkompeten. Selain itu, penulis juga melakukan penelitian kepustakaan (library research) untuk memperoleh data sekunder, yakni untuk memperoleh data ilmiah dan akurat yang bersumber pada buku-buku, dokumen, dan rujukan lain yang berkaitan dengan pokok pembahasan, kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui fenomena yang sebenarnya.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa, Strategi yang dilakukan KBMT El-Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor adalah dengan cara melakukan strategi pada produk, strategi harga, strategi distribusi dan strategi promosi selain itu strategi yang dilakukan adalah strategi pengelolaan dana.


(6)

Hal-hal yang mempengaruhi KBMT El-Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor dapat dilihat dari aspek manajemen, aspek lingkungan dan sosial budaya


(7)

KATA PENGANTAR

¯2Ù{´ 

­G¡‹+݉ƒo ¯2lµƒo

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang menguasai seluruh kehidupan dan yang telah memberikan segala nikmat. sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik..

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak dibantu, baik secara moril maupun materil oleh berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Program studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Dr.Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA. selaku Koordinator Teknis Program Non Reguler, Bapak Ah. Azharuddin Latief, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi dan Bapak Drs.Ahmad Yani, MA. selaku Sekretaris Program Non Reguler.

3. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu luang, pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Para Dosen yang telah mendidik dengan baik hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Program studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(8)

5. Bapak Ahmad Solih, S.Ag.,M.E.I selaku Direktur KBMT EL-Umma yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam memberikan data sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Untuk staf perpustakaan, terima kasih telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.

7. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Affanulhakim Umar dan Ibunda Dwi Harini, kedua kakakku Dhiahs Sunarti Affan dan Miftahul Jannah dan Zulfi Alamsyah yang telah memberikan kasih sayangnya dan tiada henti mendoakan, serta menyemangati baik moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Keluarga besar SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe yang telah memberikan semangat dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala

dukungannya baik langsung maupun tidak, penulis ucapkan terima kasih. semoga amal baik mereka dibalas dengan pahala yang berlipat. Amiin….

Jakarta, 24 September 2010 M 15 Syawal 1431 H

Penulis

DAFTAR ISI


(9)

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu... 7

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ... 9

F. Teknik Analisa Data... 11

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN UMUM A. Pengertian Strategi... 13

B. Jenis-Jenis Strategi ... 15

C. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah... 16

D. Baitul Mal Wat Tamwil... 20

E. Tabungan ... 23

F. Pembiayaan ... 25

BAB III GAMBARAN UMUM KBMT EL-UMMA BOGOR A. Sejarah Pendirian ... 33


(10)

C. Struktur Organisasi ... 34 D. Perkembangan KBMT El-Umma ... 35

BAB IV STRATEGI KBMT EL-UMMA DALAM MENGEMBANGKAN

UMKM DI BOGOR

A. Jenis dan Mekanisme Produk... 41 B. Strategi Pengembangan UMKM ... 48 C. Hal yang Mempengaruhi KBMT EL-Umma dalam

Mengembangkan UMKM di Bogor... 51 D. Strategi Pengelolaan Dana... 54

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan... 58 B.Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN


(11)

A. Latar Belakang Masalah

Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia merupakan bagian tak terpisahkan (integral) dari agama Islam. Sebagai derivasi dari agama islam, ekonomi islam akan mengikuti agama Islam dalam berbagai aspeknya.1

Di dalam sebuah sistem ekonomi terdapat tiga unsur yang keberadaannya menjadi karakteristik dari sistem ekonomi yang bersangkutan. Ketiga unsur tersebut adalah produksi, distribusi dan konsumsi. Dalam produksi terdapat empat faktor yang paling penting yaitu faktor alam, tenaga kerja, modal dan manajemen.2

Keempat faktor dalam produksi tersebut saling terkait antara satu dan lainnya. Produksi memerlukan faktor alam atau yang biasa disebut dengan bahan baku, bahan baku harus dikelola agar bisa menjadi barang yang dapat diproduksi. Namun, dalam proses produsi, yang tidak kalah pentingnya adalah faktor modal, karena apabila tidak ada modal maka produsen tidak akan bisa membeli bahan baku, dan juga tidak bisa membayar upah tenaga kerja. Ketiga faktor tersebut dilengkapi dengan faktor ke empat yaitu manajemen, karena jika ketiga faktor tersebut ada namun manajemennya tidak berjalan baik, maka usaha yang dilakukan pun tidak akan berjalan dengan baik. Manajemen diatur sedemikian

1

Pusat Pengkajian dan pengembangan Ekonomi Islam(P3EI), Ekonomi Islam (Jakarta: Universitas Islam Indonesia Yogyakarta atas kerjasama dengan bank Indonesia, 2008), h.13

2

Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (sebuah pengenalan) (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.26


(12)

rupa agar usaha yang dilakukan memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian.

Seringkali seseorang memiliki keahlian untuk melakukan produksi namun terkendala dimodal, untuk itu diperlukan lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman untuk modal kerja. Pengusaha-pengusaha yang memiliki perusahaan yang sudah besar sangat mudah memperoleh bantuan dana dari bank, namun bagi pengusaha-pengusaha kecil atau para usahawan yang bergerak di UMKM, memerlukan dana untuk modal sangat sulit didapatkan.

Kemampuan berwirausaha yang tinggi namun tidak diiringi dengan cukupnya modal dapat menghalangi seorang wirausahawan untuk menjalankan usahanya. Sangat disayangkan apabila hal tersebut sampai terjadi, karena lapangan pekerjaan yang seharusnya terbuka menjadi tertutup karena usaha yang tidak berjalan lagi.

Dalam konteks pembangunan ekonomi, UMKM adalah kelompok yang sangat penting perannya. Kesimpulan ini setidaknya didasarkan atas dua argumen, pertama karena UMKM ditengarai sebagai mesin penyerap tenaga kerja terbesar, pada tahun 2007, jumlah UMKM mencapai 49,8 juta unit, yang terbesar diseluruh tanah air. UMKM terbukti menggerakan sektor riil dan menyerap jutaan tenaga kerja.3

3

A. Riawan amin, Perbankan syariah sebagai solusi Perekonomian Nasional, (Jakarta:Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa Bidang Perbankan Syariah, 2009) h. 80-81


(13)

Persoalan terbesar UMKM adalah kesulitan mengakses permodalan. Dampak dari kesulitan dalam mengakses permodalan adalah banyak UMKM yang masih menggunakan jasa pelepas uang bagi pengembangan usahanya. Karena pelepas uang memberikan kemudahan dalam persyaratan pangajuan pembiayaan. Pelepas uang tersebut adalah rentenir, yang dalam prakeknya meminjamkan uang kepada masyarakat yang membutuhkan dana dengan tidak melalui proses yang rumit. Namun rentenir tersebut menetapkan bunga yang justru semakin mempersulit si peminjam uang. Dalam Islam, jelas praktek rentenir tersebut tidak dibenarkan karena dapat dipersamakan dengan riba.

Disinilah peran lembaga keuangan syariah sangat diperlukan, untuk membantu wirausahawan agar mendapatkan modal yang halal untuk menjalankan usahanya kembali atau memulai usaha baru. Dengan batuan modal yang diberikan akan terbukanya usaha baru yang akan berdampak pada terbukanya lapangan pekerjaan baru pula.

Adanya pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan syariah untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dapat membantu mereka agar terhindar dari praktek riba yang menjerat mereka.

Salah satu lembaga keuangan syariah yang menyediakan pembiayaan untuk UMKM adalah Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Baitul Mal wa Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan


(14)

menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya, selain itu, BMT juga bisa menerima titipan zakat, infak dan sedekah, serta menyalurkanya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.

Dalam memberikan pembiayan untuk UMKM diperlukan strategi yang tepat agar BMT dapat menyalurkan pembiayaan tersebut pada usaha yang tepat dan mendapatkan keuntungan dari hasil kerjasama yang dilakukan.

KBMT El-Umma merupakan salah satu lembaga keuangan mikro yang berada di warung borong-Bogor. BMT ini merupakan mitra dari para pengusaha UMKM tepatnya UMKM yang bergerak di bidang perdagangan, seperti pedagang-pedagang di pasar tradisional Bogor serta toko-toko sembako yang berada di lingkungan Koperasi Baitul Mal wat Tamwil Umma (KBMT El-Umma).

KBMT El-Umma ini baru berdiri pada tahun 2008, namun setiap tahunnya selalu mengalami perkembangan yang signifikan. Sampai bulan Agustus 2010 ini tercatat jumlah nasabahnya sudah mencapai 500 orang.4

Perkembangan yang terjadi menunjukan bahwa KBMT El-Umma memiliki strategi dalam melakukan aktifitasnya, dan telah menjalankan fungsinya untuk mengembangkan UMKM di kawasan Bogor.

Di latar belakangi penjelasan tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mempelajari dan mengkaji lebih jauh tentang strategi yang dilakukan oleh KBMT

4


(15)

El-Umma dalam mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Oleh karena itu penulis mengajukan skripsi dengan judul “STRATEGI KBMT EL-UMMA DALAM MENGEMBANGKAN UMKM DI BOGOR”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan tidak terlalu meluas, maka penulis memberikan batasan dan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Pembatasan

Untuk mempermudah didalam memahami skripsi ini, penulis membatasi strategi pada strategi produk, harga, ditribusi dan promosi serta strategi pengelolaan dana KBMT El-Umma dan membatasi UMKM pada UMKM yang bergerak dibidang perdagangan yang berada di wilayah Bogor. 2. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi KBMT El-Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor?

2. Bagaimana strategi pengelolaan dana pada KBMT El-Umma?

3. Apa saja yang mempengaruhi strategi KBMT El-Umma dalam


(16)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, adapun tujuan dan manfaat dari telaah kritis ilmiah terhadap Strategi KBMT El-Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana strategi KBMT El-Umma dalam

mengembangkan UMKM di Bogor.

b. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengelolaan dana pada KBMT El-Umma.

c. Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi strategi KBMT El-Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Bagi BMT sebagai bahan evaluasi kritis atau perbandingan atas langkah-langkah yang telah dan sedang diambil oleh perusahaan dalam mencapai tujuan dan sekaligus sebagai dasar strategi dalam mengembangkan UMKM di Bogor.

b. Bagi nasabah, di harapkan hasil penulisan ini terbaca secara luas oleh warga negara Indonesia agar mereka yang mayoritas beragama islam bergerak untuk berpartisipasi dalam pengembangan bisnis peran Koperasi Jasa Keuangan Syariah dalam pengembangan bisnis


(17)

produknya . Sehingga, produk yang dikembangkan mendapat respon yang positif.

c. Bagi Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, sebagai bahan referensi dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan untuk melanjutkan studi berikutnya yang terkait dengan skripsi ini.

d. Bagi penulis, sebagai wahana untuk memperkaya khasanah karya tulis tentang strategi KBMT El-Umma dalam mengembangan UMKM di Bogor. Penulis berharap tulisan ini memberi kontribusi positif untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1. Cecep Suyudi, pada tahun 2008 dengan judul penelitian “ Strategi lembaga Nirlaba Dalam Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (studi pada Lembaga Nirlaba Syariah Masyarakat Mandiri Parung, Bogor. Adapun tujuan dari skripsi ini adalah memahami dan meneliti lebih jauh strategi yang dikembangkan oleh lembaga-lembaga keuangan syariah dalam upaya pemberdayaan UMKM dan untuk mengetahui keunggulan strategi yang dikembangkan Masyarakat Mandiri.

2. Muhamad Amin, pada tahun 2009 tentang Strategi Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dalam Pengelolaan Risiko Pembiayaan UKM: studi BPRS Alsalam cabang Cinere. Tujuan dari penulisan skripsi


(18)

tersebut adalah untuk mengetahui alasan BPR Syariah Alsalam memilih segmen UKM dalam pembiayaan, untuk mengetahui permasalahan dan risiko apa saja BPR Syariah Alsalam dalam memberikan pembiayaan UKM dan untuk mengetahui implementasi strategi pengelolaan risiko pada pembiayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) BPR Syariah Alsalam. 3. Nuryana Satia, pada tahun 2009 tentang Peran UKM Center Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia dalam mengembangkan Usaha Kecil dan Mikro. Adapun tujuan dari skripsi tersebut adalah untuk mengetahui pola pemberdayaan dan pembinaan yang diterapkan UKM Center, untuk mengetahui pengaruh positif yang diperoleh dari pemberdayaan dan pembinaan tersebut.

4. A. Fauzan, pada tahun 2009 tentang Alokasi penyaluran dana pembiayaan pada UKM oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah cabang Tangerang. Adapun tujuan dari skripsi tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur umum untuk memperoleh pambiayaan pada UKM, mengetahui Bank Rakyat Indonesia Unit Usaha Syariah lebih dekat mengenai aplikasi pembiayaan, baik dari alokasi penyaluran dana maupun sisi prosedur, mampu menganalisa dan mengevaluasi berdasarkan analisa SWOT dan strateginya untuk proses penyaluran dalam peningkatan modal UKM.

Dengan demikian pembahasan skripsi yang di angkat dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah ada, yang


(19)

berkaitan dengan strategi KBMT dalam mengembangkan UMKM di Bogor. Sedangkan penelitian terdahulu lebih kepada strategi pengelolaan resiko dan peran lembaga dalam pemberdayaan UMKM.

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif, karena dapat digolongkan ke dalam deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu untuk melakukan pengukuran yang cermat dan sistematik terhadap peristiwa tertentu dengan cara menafsirkan data yang telah ada dengan tanpa hipotesis dan tetap mempertahankan keutuhan dari objek penelitian yang terintegrasi.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Objek penelitian ini ditetapkan secara khusus pada KBMT El-Umma Bogor, dan diarahkan untuk mengumpulkan data yang mendukung untuk menjawab permasalahan yang telah diungkapkan di atas. Penelitian ini khususnya diarahkan pada strategi KBMT El-Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor.

3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan jenis data primer dan sekunder

Data primer diperoleh melalui pengamatan kegiatan operasional dalam wawancara, KBMT El-Umma Bogor.


(20)

Data sekunder diambil dari dokumentasi perusahaan. Khususnya pada KBMT El-Umma Bogor.

a. Observasi (data primer) yang dilakukan penulis yaitu dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung pada objek yang diteliti yaitu pada KBMT El-Umma Bogor. Data yang diperoleh mencakup beberapa aspek dari segi ekonomi, religius, pendidikan dan teknis yang meliputi situasi lokasi dan keamanan tempat penelitian.

b. Wawancara (data primer) yaitu penulis mengadakan wawancara secara langsung tentang data internal perusahaan dengan pimpinan KBMT El-Umma Bogor yang mewakili objek yang diteliti. Data yang diperoleh berupa strategi KBMT El-Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor.

c. Dokumentasi (data sekunder) yaitu proses untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian yang berasal dari data yang berbentuk arsip (dokumen) yang dimiliki oleh KBMT El-Umma, buku, majalah, dan baik melalui internet maupun media lainnya. Data yang diperoleh berupa struktur organisasi, personalia, pemasaran dan operasional.

F. Teknik Analisa Data

Analisa dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terkumpul. Proses analisa dimulai dari membaca, mempelajari, dan


(21)

menelaah data yang didapat mengenai strategi KBMT El-Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor. Selanjutnya dari proses analisa tersebut, penulis mengambil kesimpulan dalam masalah yang bersifat umum kepada masalah yang bersifat khusus (deduktif).

G. Teknik Penulisan

Teknik penulisan pada skripsi ini mengacu pada pada buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan olah Fakultas syariah dan hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah. pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu, metode penelitian, teknik analisa data, teknik penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan umum, Bab ini membahas tentang pengertian strategi, jenis-jenis strategi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Baitul Mal wat Tamwil, Tabungan, dan Pembiayaan,.


(22)

BAB III Berisi Tentang Gambaran Umum KBMT EL-UMMA, terdiri dari: Sejarah Pendirian, Visi dan Misi Perusahaan, Struktur Organisasi, serta Perkembangan KBMT EL-UMMA dari awal berdiri hingga sekarang.

BAB IV Strategi KBMT El-Umma dalam Mengembangkan UMKM di Bogor, Bab ini membahas tentang Jenis dan Mekanisme Produk KBMT El-Umma, Strategi Pengembangan UMKM, Hal yang Mempengaruhi KBMT EL-Umma dalam Mengembangkan UMKM di Bogor, Strategi Pengelolaan Dana.

BAB V Penutup, yang meliputi Kesimpulan dan Saran-saran.

BAB II

TINJAUAN UMUM


(23)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia Strategi memiliki arti siasat perang, ilmu siasat perang, tempat yang baik menurut siasat perang, rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.5

Menurut kamus manajemen, yang dimaksud dengan strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling berhubungan dalam hal waktu dan ukuran.6

Sedangkan menurut kamus marketing, yang dimaksud dengan strategi adalah rencana, kadang-kadang dalam garis besar saja, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, biasanya dikuantifikasi dan lebih sering atas dasar waktu yang relatif lama.7

Strategi adalah langkah-langkah yang harus dijalankan oleh suatu perusahaan untuk mencapai tujuan. Kadang-kadang langkah yang harus dihadapi terjal dan berliku-liku, namu ada pula langkah yang relatif mudah. Di samping itu, banyak rintangan atau cobaan yang dihadapi untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, setiap langkah harus dijalankan secara hati-hati dan terarah.8

5 Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989),Cet ke-II h.859.

6 B.N. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Harapan, 2003), Cet I h. 340.

7 Norman A.Hart dan John Stapleton, Kamus Marketing, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet II h.200.

8


(24)

Strategi itu adalah rencana tentang serangkaian manuver, yang mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun yang tak-kasat mata, untuk menjamin keberhasilan mencapai tujuan.9

Dari definisi strategi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi adalah langkah-langkah atau rencana yang harus dijalankan secara cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

Pengertian strategi secara umum dan khusus sebagai berikut : a. Pengertian Umum

Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

b. Pengertian khusus

Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.10

B. Jenis-Jenis Strategi

Jenis-jenis strategi adalah sebagai berikut : 1. Strategi Integrasi

9

Efendi Arianto, “ Pengertian Strategi”, artikel diakses pada 2 Agustus 2010 dari http://strategika.wordpress.com/2007/06/24/pengertian-strategi/

10

David, “Konsep Strategi” artikel diakses pada 2 Agustus 2010 dari http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisi-perumusan.html


(25)

Integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi horizontal kadang semuanya disebut sebagai integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para distributor, pemasok, dan / atau pesaing.

2. Strategi Intensif

Penetrasi pasar, dan pengembangan produk kadang disebut sebagai strategi intensif karena semuanya memerlukan usaha-usaha intensif jika posisi persaingan perusahaan dengan produk yang ada hendak ditingkatkan.

3. Strategi Diversifikasi

Terdapat tiga jenis strategi diversifikasi, yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal, dan konglomerat. Menambah produk atau jasa baru, namun masih terkait biasanya disebut diversifikasi konsentrik. Menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait untuk pelanggan yang sudah ada disebut diversifikasi horizontal. Menambah produk atau jasa baru yang tidak disebut diversifikasi konglomerat.

4. Strategi Defensif

Disamping strategi integrative, intensif, dan diversifikasi, organisasi juga dapat menjalankan strategi rasionalisasi biaya, divestasi, atau likuidasi. Rasionalisasi Biaya, terjadi ketika suatu organisasi melakukan restrukturisasi melalui penghematan biaya dan aset untuk meningkatkan kembali penjualan dan laba yang sedang menurun. Kadang disebut sebagai strategi berbalik (turnaround) atau reorganisasi, rasionalisasi biaya dirancang untuk memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi. Selama proses rasionalisasi biaya, perencana strategi bekerja dengan sumber daya terbatas dan menghadapi tekanan dari para pemegang saham, karyawan dan media. Divestasi adalah menjual suatu divisi atau bagian dari organisasi. Divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk akusisi atau investasi strategis lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari strategi rasionalisasi biaya menyeluruh untuk melepaskan organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang memerlukan modal terlalu besar, atau tidak cocok dengan aktivitas lainnya dalam perusahaan. Likuidasi adalah menjual semua aset sebuah perusahaan secara bertahap sesuai nilai nyata aset tersebut. Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan dan akibatnya bisa merupakan strategi yang secara


(26)

emosional sulit dilakukan. Namun, barangkali lebih baik berhenti beroperasi daripada terus menderita kerugian dalam jumlah besar.

5. Strategi Umum Michael Porter

Menurut Porter, ada tiga landasan strategi yang dapat membantu organisasi memperoleh keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Porter menamakan ketiganya strategi umum. Keunggulan biaya menekankan pada pembuatan produk standar dengan biaya per unit sangat rendah untuk konsumen yang peka terhadap perubahan harga. Diferensiasi adalah strategi dengan tujuan membuat produk dan menyediakan jasa yang dianggap unik di seluruh industri dan ditujukan kepada konsumen yang relatif tidak terlalu peduli terhadap perubahan harga. Fokus berarti membuat produk dan menyediakan jasa yang memenuhi keperluan sejumlah kelompok kecil konsumen.11

C. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 1. Pengertian

a. Usaha Mikro

Menurut undang-undang No 20 Tahun 2008, Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga

ratus juta rupiah).

11

David, “Konsep Strategi” artikel diakses pada 2 Agustus 2010 dari http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisi-perumusan.html


(27)

b. Usaha Kecil

Usaha kecil diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Seiring dengan kebutuhan, percepatan pertumbuhan perekonomian dan pembangunan hukum, maka Undang-Undang Usaha Kecil diganti dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang lebih memperjelas dan mempertegas ketentuan Undang-Undang Usaha Kecil.

Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995, yang dimaksud dengan Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah)

3) Milik Warga Negara Indonesia

4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

5) Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.


(28)

Sedangkan Menurut undang-undang No 20 Tahun 2008, Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c.Usaha Menengah

Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995, Usaha Menengah dan Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil.

Sedangkan Menurut undang-undang No 20 Tahun 2008, Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai dan


(29)

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar, yang memiliki kriteria sebagai berikut :

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dnegan paling banyak Rp. 50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).

2. Karakteristik UMKM

Adapun karakteristik UMKM sebagi berikut :

a. Mempunyai skala yang kecil, baik modal, penggunaan tenaga kerja maupun orientasi pasar

b. Banyak berlokasi di pedesaan, kota-kota kecil atau daerah pinggiran kota besar

c. Status usaha milik probadi atau keluarga.

d. Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan sosial budaya (etnis geografis) yang direkrut melalui pola pemagangan atau melalui pihak ketiga.

e. Pola kerja sering kali part time atau sebagai usaha sampingan dari kegiatan lainnya.

f. Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi, pengelolaan usaha dan administrasinya sederhana.

g. Struktur permodalan sangat terbatas dan kekurangan modal kerja serta sangat tegantung terhadap sumber modal sendiri dan lingkungan pribadi. h. Strategi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang

sering berubah secara cepat.12

12

Cecep Suyudi, ”strategi Lembaga Nirlaba dalam Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah(studi pada Lembaga Nirlaba Syariah Masyarakat Mandiri


(30)

3. Problem UMKM

Setelah memahami karakteristik UMKM maka langkah lebih lanjut adalah memahami permasalahan-permasalahan yang ada di dunia UMKM, adapun permasalahan tersebut antara lain :

a. kelemahan di bidang operasi dan manajemen.

b. kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur akses terhadap sumber-sumber permodalan.

c. kelemahan dalam memperoleh paluang dan memperbesar pangsa pasar. d. keterbatasan dalam kelemahan pemanfaatan akses dan penguasaan

teknologi, khususnya teknologi terapan.

e. masih rendahnya kualitas SDM yang meliputi aspek kompetensi, keterampilan, etos kerja, karakter, kesadaran akan pentingnya konsisten mutu dan standarisasi produk dan jasa, serta wawasan kewirauasahaan. f. keterbatasan penyediaan bahan baku, mulai dari jumlah yang dapat dibeli,

standarisasi kualitas yang ada, maupun panjangnya rantai distribusi bahan baku yang berakibat pada harag bahan baku itu sendiri.

g. sistem kemitraan yang pernah digulirkan selama ini, cenderung mengalami distorsi ditingkat implementasi sehingga berdampak pada subordinasinya pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dibandingkan dengan mitra usahanya.13

D. Baitul Mal wat Tamwil (BMT)

Rasulullah Saw merupakan kepala negara pertama yang memperkenalkan konsep baru di bidang keuangan Negara di abad ketujuh, yaitu semua hasil penghimpunan kekayaan nagara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudin dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan Negara. Tempat pusat pengumpulan dana

Parung, Bogor), (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.42


(31)

tersebut disebut bait al mal. Pemasukan negara yang sangat sedikit disimpan di lembaga ini dalam jangka waktu yang pendek untuk selanjutnya didistribusikan kepada masyarakat.

Dana yang terkumpul di Baitul mal ini digunakan untuk berbagai kegiatan seperti penyebaran islam, pendidikan dan kebudayaan, pembangunan infrastruktur, pembangunan armada perang dan keamanan dan penyediaan layanan kesejahteraan sosial. Seluruh alokasi dana Baitul Mal tersebut mempunyai dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, baik secara langsung maupun tidak.14

1. Pengertian BMT

BMT adalah kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Mal wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi utama, yaitu :

a. Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.

b. Baitul Mal(rumah harta), menerima titipan zakat, infak dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.15

14

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Granada Press,2007), h. 17

15

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009) h. 447


(32)

Pola pengembangan institusi keuangan ini diadopsi dari Bayt al-mal yang peranh dan sempat tumbuh dan berkembang pada masa Nabi SAW dan Khulafa al-Rasyidin. Oleh karena itu, keberadaan BMT selain bisa dianggap sebagai media penyalur pendayagunaan harta ibadah seperti zakat, infaq dan shadaqah, juga bisa dianggap sebagai institusi yang bergerak di bidang investasi yang bersifat produktif seperti layaknya bank.16

Oleh karena itu, selain berfungsi sebagai lembaga keuangan BMT juga bisa berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Sebagai lembaga keuangan ia bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) dan menyalurkan dana dari masyarakat (anggota BMT). Sebagai lembaga ekonomi ia juga berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, industri dan pertanian.

2. Ciri-ciri BMT

Adapun ciri-ciri dari BMT adalah sebagai berikut :

a. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya.

b. Bukan lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infak dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak. c. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat

disekitarnya.

16

Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (sebuah pengenalan) (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.183.


(33)

d. Milik bersama masyarakat kecil bawah dan kecil dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan milik orang seorang atau orang lain di luar masyarakat itu.17

Selain ciri utama diatas BMT juga memiliki ciri khas sebagai berikut:

a. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, dinamis, berpandangan produktif, tidak menunggu tetapi menjemput nasabah, baik sebagai penyetor dana maupun sebagai penerima pembiayaan usaha.

b. Kantor dibuka dalam waktu tertentu dan ditunggui oleh sejumlah staf yang terbatas, karena sebagian besar staf harus bergerak dilapangan untuk mendapatkan nasabah penyetor dana, memonitor dan mensupervisi usaha nasabah.

c. BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala yang waktu dan tempatnya biasanya dimadrasah, masjid atau mushola ditentukan sesuai dengan kegiatan nasabah dan anggota BMT; setelah pengajian biasanya dilanjutkan dengan perbincangan bisnis dari para nasabah BMT.

d. Manejemen BMT diselenggarakan secara profesional dan islami.

E. Pengertian Tabungan

17


(34)

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau lainnya yang dipersamakan dengan itu. Nasabah jika hendak mengambil simpanannya dapat datang langung ke bank dengan membawa buku tabungan, slip penarikan atau melalui fasilitas ATM.18

Dalam perbankan syariah atau lembaga keuangan syariah lain yang memiliki produk tabungan, biasanya mengunakan akad Wadiah atau titipan prinsip al-wadiah merupakan murni titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja bila si penitip menghendaki. Penerima simpanan disebut yad al-amanah yang artinya tangan amanah. Si penyimpan tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada titipan selam hal itu bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan.19

Dari prinsip yad al-amanah”tangan amanah” kemudian berkembang prinsip yad dhamanah ”tangan penanggung” yang berarti bahwa pihak penyimpan bertanggung jawab atas segala kerusakan atau kehilangan yang terjadi pada barang/aset titipan.20

18

Abdul Ghofur Ansori, Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta: Gadjah Mada University Press, 2007), h. 87

19

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.180

20

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.43


(35)

Dalam perkembangan konsep al-wadiah di dunia Islam, dijumpai berbagai bentuk dan variasi, serta pihak-pihak yang terlibat pun semakin beragam. Pada dasarnya tabungan merupakan titipan yang dapat diambil setiap saat oleh orang yang menitipkannya.

Jika barang titipan itu (umpamanya uang) dimanfaatkan oleh pihak penerima titipan, kemudian dikembalikan kembali secara utuh, dan bahkan dilebihkan sebagai imbalan jasa, menurut ulama Malikiyah dan Hanafiyah, hukumnya boleh, sekalipun dalam pemanfaatan imbalan jasa ini disedekahkan kepada orang yang memerlukan atau Bait al-Mal. Akan tetapi munurut ulma Syafi’iyah tidak boleh dan akadnya dinyatakan gugur. Menurut Wahbah Zuhaili, penerima Wadiah tidak boleh meminta imbalan atas wadiah, kecuali bila harta atau barang titipan itu memerlukan ruang khusus, maka boleh meminta uang sewa.21

F. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

21


(36)

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.22

Pengertian lain tentang pembiayaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan kepada nasabah.23

2. Perbedaan Pembiayaan dengan Kredit

Kredit adalah sesuatu yang dibayar secara berangsur-angsur, baik itu jual beli maupun dalam pinjam meminjam. Kredit bisa pula terjadi pada seseorang yang meminjam uang ke bank atau koperasi, kemudian pinjaman tersebut dibayar berangsur-angsur, ada yang dibayar setiap hari, mingguan ada pula yang dibayar satu kali dalam sebulan.24

Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Jika berdasarkan prinsip

22

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan 23

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta : UPP AMPYKPN, 2005), h. 304

24

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 301.


(37)

konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga sedangkan yang berdasarkan prinsip syariah berupa imbalan atau bagi hasil.25

Sebelum pembiayaan diberikan, untuk meyakinkan bahwa nasabah benar-benar dapat dipercaya maka terlebih dahulu mengadakan analisa pembiayaan. Analisis mencakup latar belakang nasabah atau usahanya, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar BMT yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar aman.

3. Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan

Sebelum fasilitas pembiayaan diberikan, maka BMT harus yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasi penilaian pembiayaan sebelum pembiayaan tersebut disalurkan. Pemberian pembiayaan dilakukan dengan mengunakan analisis 5 C.

Adapun penjelasan untuk analisis 5C adalah sebagai berikut: a. Charakter

Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang diberikan pembiyaan benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya,

25

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.93


(38)

keadaan keluarga, hoby dan sosial standingnya. Ini semua merupakan ukuran ”kemauan” membayar.

b. Capacity

Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuan dalam memahami tentang ketentuan-ketantuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya terlihat ”kemampuannya” dalam mengembalikan pembiayaan yang disalurkan.

c. Capital

Untuk melihat pengunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan. Capital juga dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini. d. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah pembiyaan yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahanya, sehingga jika terjadi suatu masalah., maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

e. Condition

Dalam menilai pembiayaan hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan pembiayaan tersebut bermasalah relatif kecil.26

Akad-akad yang digunakan dalam perbankan syariah atau lembaga keuangan lain dalam memberikan pembiayaan adalah:

a. Mudharabah

Mudharabah yaitu suatu perjanjian usaha antara pemilik modal dengan pengusaha, dimana pihak pemilik modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan

26


(39)

atas usaha. Hasil usaha bersama ini dibagi sesuai dengan kesepakatan pada waktu akan pembiayaan ditandatangani yang dituangkan dalam bentuk nisbah misalnya 70:30; 65:35. Apabila terjadi kerugian dan kerugian tersebut merupakan konsekuensi bisnis(bukan penyelewengan atau keluar dari kesepakatan) maka pihak penyedia dana akan menanggung kerugian manakala pengusaha akan menanggung kerugian managerial skill dan waktu serta kehilangan nisbah keuntungan bagi hasil yang akan diperolehnya.27

Nisbah keuantungan harus dinyatakan dalam bentuk prosentase antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nominal tertentu. Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak yang berkontrak, jadi angka besaran nisbah ini mucul sebagai hasil tawar menawar antara shahib al mal dengan mudharib.28

Mudhrabah berasal dari kata ضرﻻْاﻰﻓ ب ﱠﺾ اyaitu bepergian untuk urusan dagang. Firman Allah swt :

... IˆÉo`a‹Ê‹ˆ I‰Í´pÚ¾e t´8 ­ÀÜs)U I‰Êٍ*܍e Gµ% ®#Ú¸Œß  ) ... ﺰ ا / 73 : 20 (

”...dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah...”

27

Karnaen Perwaatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992), h. 21

28

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 197


(40)

Terkadang sebagian orang memiliki harta, tetapi tidak berkemampuan memproduktifkannya, dan terkadang ada pula orang yang tidak memiliki harta, tetapi ia mempunyai kemampuan menproduktifkannya. Karena itu, syariat memperbolehkan mu’amalah ini supaya kedua belah pihak dapat mengambil manfaatnya.29

Pembiayaan mudharabah adalah suatu perjanjian pambiayaan antara bank dengan pengusaha, dimana pihak bank menyediakan pembiayaan modal usaha atau proyek yang dikelola oleh pihak pengusaha atas dasar perjanjian bagi hasil.30

Dengan mudharabah ini bank Islam atau lembaga keuangan islam lainnya dapat memberikan tambahan modal kepada pengusaha untuk perusahaannya dengan perjanjian bagi hasil, baik untung atau pun rugi sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan sebelumnya.31 b. Murabahah

Jual beli murabahah adalah jual beli barang seharga modal pembelian/kulakan ditambah keuntungan yang disepakati. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat

29

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1996), h. 37. 30

Karnaen Perwaatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, h. 105.

31


(41)

dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya.32

Murabahah berarti pembelian barang dengan pembayaran ditangguhkan (1 bulan, 3 bulan, 1 tahun dst). Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi (inventory).33

Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan berdasarkan jual beli dimana bank bertindak selaku penjual dan nasabah selaku pembeli. Harga beli diketahui bersama dan tingkat keuntungan untuk bank disepakati dimuka. Dalam fiqh klasik, murabahah dilakukan secara tunai, dalam praktek perbankan, nasabah dapat membayar secara cicilan. Karena tidak membayar secara tunai, nasabah dapat diminta untuk memberikan jaminan.34

Dengan murabahah ini pada hakiktnya seseorang ingin mengubah bentuk bisnisnya dari kegiatan pinjam meminjam menjadi transaksi jual beli.35

32

Ah. Azharuddin Latif, Fiqh Muamalat, h. 118 33

Karnaen Perwaatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, h. 25

34

Laboratorium Bank Mini Fakultas syariah dan Hukum. Konsep dan Mekanisme Bank Syariah, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2007), h. 12

35


(42)

c. Al Qardhul Hasan

Al Qadhul Hasan adalah suatu pinjaman yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata dimana si peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apa pun kecuali modal pinjaman

Pada dasarnya pinjaman Al Qadhul Hasan diberikan kepada mereka yang memerlukan pinjaman konsumtif jangka pendek untuk tujuan-tujuan yang sangat urgen, atau untuk para pengusaha kecil yang kekurangan dana tatapi mempunyai prospek bisnis yang sangat baik. Pembiayaan Al Qadhul Hasan adalah perjanjian pembiayaan antara bank dengan nasabah yang dianggap layak menerima yang diprioritaskan bagi pengusaha kecil pemula yang potensial akan tetapi tidak mempunyai modal apapun selain kemampuan berusaha serta perorangan lainnya yang berada dalam keadaan terdesak, dimana penerima kredit hanya diwajibkan mengembalikan pokok pinjaman pada waktu jatuh tempo dan bank hanya membebani nasabah atas biaya administrasi. Sasaran dari pembiayaan ini adalah pengusaha kecil dan sektor informal atau masyarakat lain yang menghadapi problem modal dengan prospek usaha yang layak.36

36

Karnaen Perwaatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, h. 106


(43)

BAB III

GAMBARAN UMUM KBMT EL –UMMA

A. Sejarah Pendirian

Dilatarbelakangi keinginan untuk mendirikan suatu lembaga keuangan yang dapat memberdayakan pengusaha Kecil dan Menengah maka pada Juli 2008 Ahmad Sholih, S.Ag, M.E.I bersama teman yang memiliki tujuan yang sama dan bertempat tinggal di wilayah Bogor, mendirikan Koperasi Baitul Mal Wat Tamwil yang kemudian diberi nama KBMT EL –UMMA.

Pada awal pendiriannya, KBMT El-Umma memperkenalkan lembaga keuangan mikro ini kepada para pedagang yang berada di pasar. Pasar yang menjadi sasaran KBMT ini adalah pasar Dramaga, Pasar Jum’at dan Pasar Ciampea. Petugas KBMT El-Umma mendatangi langsung pedagang-pedagang tersebut dan memberikan brosur serta menjelaskannya kepada pedagang yang diberikan.

Pada awal berjalan, KBMT El-Umma belum mempunyai izin usaha, karena pemilik menyadari bahwa perizinan usaha itu penting maka sambil menjalankan usahanya, pemilik KBMT EL-UMMA juga melakukan kepengurusan surat izin usaha. Pada tanggal 14 November 2008 dengan disahkan oleh Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan


(44)

Menengah Bupati Bogor, Akta bendirian KBMT EL-Umma ini disahkan dengan Nomor 518/197/BH/KPTS/KKUKM/2008.

B. Visi dan Misi Perusahaan

Visi : Meningkatkan kualitas keimanan dan kesejahteraan anggota dan mitra binaan sehingga mampu berperan aktif sebagai khalifah Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Misi : Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi, memberdayakan pengusaha kecil dan menengah, dan membina kepedulian orang mampu kepada dhuafaa secara terpola dan berkesinambungan.

C. Struktur Organisasi

a. Nama : KBMT EL-UMMA

b. Alamat : Jl. Raya Warung Borong No 27 Ciampea

Bogor

c. No Akta Pendirian : 518/197/BH/KPTS/KKUKM/2008 d. Dewan Pengawas Syari’ah : Badru Tamam, MA

e. Dewan Pengawas : Ir. Harjono Sukarno

Mumul Mahdiatul Millah, S.Sos

1. Pengurus

a. Ketua : Ahmad Sholih, S.Ag, M.E.I


(45)

c. Bendahara : Gigin Mardiansyah, S.Tp. MM

2.

3. Management

a. Manajer : Dwi Susanto

b. Marketing : Mansyur

Ridwan

c. Keuangan : Ade Sunarsih

Lira Oktaviani

D. Perkembangan KBMT EL-UMMA dari awal berdiri hingga sekarang

1. 1. Aspek Organisasi

Pada tahun pertama, langkah awal pengurus dalam menata organisasi El-Umma secara serius ditandai dengan mengurus aspek legalitas dalam persyaratan di Departemen Koperindag Kabupaten Bogor kemudian dilanjutkan dengan perizinan surat izin Operasional perusahaan dan juga Tanda Daftar Perusahaan. Lengkapnya perizinan sebagai syarat diperbolehkannya operasionalisasi lembaga membuat kenyamanan dalam diri pengurus dalam menjalankan lembaga ini. Proses selanjutnya adalah pendataan keanggotaan, pada awal kepengurusan jumlah anggota yang ada adalah 24 orang anggota, akan tetapi banyaknya kendala di lapangan banyak dari anggota tersebut belum maksimal dalam menjalankan standar keanggotaan di KBMT El-Umma. Sementara itu, dalam hal kepengurusan,


(46)

KBMT El-Umma sementara yang ditunjuk dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) 2008 dalam masa pembentukan awal adalah :

Ketua : Ahmad Sholih Sekretaris : Adinda Dwi Putri Bendahara : Gigin Mardansyah

Pada tahun ini Adinda Dwi Putri tidak bisa aktif lagi dalam kepengurusan karena beberapa aktifitasnya yang tidak bisa ditinggalkan.

2. 2. Aspek Manajemen

Pada tahun pertama ini pengurus memfokuskan pengelolaan KBMT EL-Umma ini dengan meletakan dasar-dasar atau pun pondasi yang kokoh sehingga KBMT El-Umma ini bisa menjelma menjadi lembaga keuangan mikro syariah yang terpercaya di seluruh nusantara. Di antaranya yang sudah dilakukan adalah pengurus mentargetkan tercapainya 3 S (Tiga S) dalam lembaga keuangan, yaitu syari’ah, sehat dan selalu berkembang.

a. Syariah

Penyempuranaan dan perbaikan transaksi-transaksi BMT dan juga kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh BMT El-Umma dalam kurun waktu satu tahun peratama terus dilakukan, di antaranya adalah :

1) Pada awal tahun pembentukan BMT El-Umma prosentase akad pembiayaan lebih banyak dilakukan dengan akad murabahah/jual-beli dibandingkan dengan akad mudhorobah (bagi hasil) terhadap transaksi


(47)

yang dilakukan, akan tetapi setelah dilakukan evaluasi, pengurus melakukan perubahan dengan memperbanyak prosentase akad mudharabah. Karena dirasa lebih mendekati aspek syariah dalam transaksi-transaksi anggota yang lebih didominasi pedagang-pedagang kecil.

2) Mengadakan tilawah Al-Qur’an secara rutin setiap hari sebelum karyawan melaksanakan pekerjaan.

3) Pemisahan dana-dana yang didapatkan dari BMT El-Umma dari zakat, Infaq dan shodaqoh terhadap transaksi yang dilakukan BMT El-Umma. Tujuan dari pemisahan ini supaya BMT El-Umma lebih fokus kepada kegiatan-kegiatan yang bersifat tijari (bisnis). Kemudian untuk sementara dana-dana yang terkumpul didalam BMT dibuat lembaganya secara tersendiri dan diberi nama Bait El-Umma yang mana kegiatannya difokuskan kepada kegiatan-kegiatan yang bersifat Tabarru(sosial). b. Sehat

Selama tahun 2009, kondisi El-Umma bisa berjalan dengan baik walaupun belum banyak yang bisa diperbuat, diantara yang sudah dilakukan adalah: 1) Pihak marketing selalu berusaha secara intensif untuk meningkatkan

kepercayaan anggota dan para investor sehingga aspek likuiditas El-Umma bisa terjaga sepanjang tahun 2009, hal ini bisa terindikasi dengan tetap terjaganya saldo baik di kas maupun di bank walaupun kondisi mikro ekonomi mengalami banyak kendala.


(48)

2) KBMT El-Umma menjalin kerjasama dengan menjadi anggota PT PERMODALAN BMT VENTURA bahkan KBMT EL-Umma merupakan satu-satunya KBMT yang berdirinya diilustrasikan seperti melewati operasi cesar oleh spesialis KBMT-an yaitu para direksi di PERMODALAN BMT VENTURA. Hal ini pengurus tekankan karena kepercayaan yang diberikan oleh PERMODALAN BMT VENTURA ini merupakan amanah yang akan dipertanggungjawabkan bukan hanya kepada anggota akan tetapi kepada Allah SWT. Keuntungan menjadi anggota Permodalan BMT Ventura adalah El-Umma mendapatkan bantuan berupa Idiologisasi pengurus BMT, Manajemen BMT, Bantuan permodalan dan masih banyak aspek-aspek lain yang diberikan oleh Permodalan BMT yang tidak bisa dihitung secara materi.

3) Aspek Kerjasama

Untuk meningkatkan perkembangan KBMT El-Umma pengurus berusaha membuat sinergi dengan lembaga keuangan lainnya baik dalam hal aspek peningkatan manajeman kelembagaan maupun permodalan, di antaranya adalah mengirim beberapa pengurus untuk mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Deperindagkop, BMT Center dan lain-lain. El-Umma juga mencoba bersinergi dengan beberapa BMT yang berada di Bogor Raya sehingga keberadaan El-Umma menjadi cahaya yang bisa memberikan kontribusi terhadap


(49)

perekonomian umat di antara cahaya-cahaya BMT yang lain. Diantara BMT yang sudah bersinergi secara kelembagaan adalah BMT AMAL ATINA dan BMT MADANI.

c. Selalu Berkembang

Pada awal perkambangan KBMT El-UMMA pengurus membuat beberapa produk di antaranya:

1) Produk SIMPANAN

Produk simpanan ini diberi nama dengan Si Iman (Simpanan yang Mudah dan Aman), yang berarti bahwa anggota akan menerima kemudahan apabila menyimpan dananya di KBMT El-Umma, kemudahan yang akan didapat adalah anggota cukup menghubungi pihak BMT, dan pihak BMT akan datang menjemputnya. Kemudahan yang lain adalah apabila anggota mau mengambil simpananya kapan pun dan dimana pun maka pihak BMT akan memberikan simpanan yang akan diambilnya. Dari segi keamanannya dana yang tersimpan di KBMT akan aman baik dari segi nominalnya maupun kehalalannya dalam penggunaan dana tersebut.

2) Simpanan Berjangka

Simpanan berjangka ini dinamakan IBADAH (Investasi Berjangka Mudharabah) yaitu produk investasi berjangka yang menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah (bagi hasil). KBMT EL-UMMA mengelola dana secara produktif dalam bentuk pembiayaan kepada


(50)

masyarakat usaha kecil dan menengah secara profesional sesuai syariah. Beberapa ketentuan IBADAH adalah sebagai berikut :

a. jangka waktu IBADAH minimal tiga bulan

b. Bagi hasil diberikan secara tunai, transfer ke rekening bank lain atau pindah buku ke rekening simpanan di KBMT EL-UMMA (IMAN) dapat juga dititip akumulasi yang dapat diambil saat jatuh tempo,

c. Dapat diperpanjang secara otomatis (automatic roll over)

3) Pembiayaan MAISYAH

Produk pembiayaan KBMT EL-UMMA diberi nama MAISYAH yang berarti Pembiayaan Mikro Syariah. Pemberian nama MAISYAH ini mempunyai maksud agar anggota-anggota yang diberi pembiayaan bisa memberikan maisyah (penghidupan) untuk diri dan keluarganya. Dalam pembiayaan ini baru mempunyai dua akad saja. Yaitu akad bagi hasil dan akad jual beli. Pada triwulan pertama kepengurusan lebih banyak menggunakan sistem jual beli dalam akad-akad yang ada di KBMT EL-UMMA. Kemudian setelah dilakukan evaluasi pengurus menetapkan untuk memperbanyak akad mudhorobah dalam akad-akadnya. Untuk memperjelas alur sistem pembiayaan yang bisa dilakukan sebagai acuan operasional.


(51)

BAB IV

STRATEGI KBMT EL-UMMA DALAM MENGEMBANGKAN UMKM DI BOGOR

A. Jenis dan Mekanisme Produk

KBMT El-Umma membagi produknya kedalam dua macam, yaitu produk Simpanan dan produk pembiayaan. Adapun Jenis produk dan mekanismenya adalah sebagai berikut :

1. SIMPANAN

a. Si IMAN

Produk simpanan ini diberi nama dengan Si Iman (Simpanan yang Mudah dan Aman), yang berarti bahwa anggota akan menerima kemudahan apabila menyimpan dananya di KBMT El-Umma, kemudahan yang akan didapat adalah anggota cukup menghubungi pihak BMT, dan pihak BMT akan datang menjemputnya. Kemudahan yang lain adalah apabila anggota mau mengambil simpananya kapanpun dan dimanapun maka pihak BMT akan memberikan simpanan yang akan diambilnya. Dari segi keamanannya dana yang tersimpan di KBMT akan aman baik dari segi nominalnya maupun kehalalannya dalam penggunaan dana tersebut.

Karena yang menjadi sasaran untuk menjadi nasabah BMT EL-UMMA adalah orang-orang yang berada dikelas ekonomi bawah dan menengah maka untuk pembukan pertama tabungan hanya dikenakan


(52)

biaya Rp 25.000,- dan setoran berikutnya minimal Rp. 5.000,-. Persyaratannya pun sangat mudah, hanya dengan mengisi formulir permohonan pembukaan IMAN dan menyerahkan fotokopi KTP maka seseorang sudah bisa memiliki tabungan di BMT El-Umma ini.

Jenis akad yang digunakan adalah wadiah(titipan), karena sifatnya titipan dan dapat diambil sewaktu-waktu maka pihak BMT tidak memberikan bagi hasil, hanya memberikan bonus yang besarnya menjadi hak BMT.

b. IBADAH

Simpanan ini merupakan produk simpanan berjangka yaitu produk investasi berjangka yang menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah (bagi hasil). Adapun syarat pembukaan simpanan ini sama seperti simpanan IMAN hanya saja untuk setoran awalnya adalah Rp.1.000.000,- dan jangka waktu IBADAH minimal tiga bulan.

Dana yang masuk dari simpanan berjangka ini akan dikelola oleh BMT pada usaha-usaha yang produktif dan menguntungkan sehingga BMT bisa memberikan bagi hasil kepada nasabah IBADAH ini. Besarnya bagi hasil disepakati bersama.

Bagi hasil diberikan secara tunai, transfer ke rekening bank lain atau pindah buku ke rekening simpanan di KBMT EL-UMMA (IMAN) dapat juga dititip akumulasi yang dapat diambil saat jatuh tempo.


(53)

2. PEMBIAYAAN

a. MAISYAH

Produk pembiayaan KBMT EL-UMMA ini diberi nama MAISYAH yang berarti Pembiayaan Mikro Syariah. Pemberian nama MAISYAH ini mempunyai maksud agar anggota-anggota yang diberi pembiayaan bisa memberikan maisyah (penghidupan) untuk diri dan keluarganya. Pembiayaan ini mempunyai dua akad, yaitu akad Mudharabah (bagi hasil) dan akad Murabahah (jual beli).

1) Akad Mudharabah

Pembiayaan dengan akad mudharabah adalah pembiayaan yang diperuntukan bagi pengusaha mikro sebagai tambahan modal usaha investasi. Pembiayaan ini diutamakan untuk para pedagang kecil.

Adapun persyaratan dari pembiayaan mudharabah ini adalah memiliki usaha yang telah berjalan minimal tiga bulan, mengisi formulir permohonan pembukaan MAISYAH, fotokopi KTP, dan bersedia disurvei ke rumah dan tempat usaha.

Nasabah harus memiliki usaha yang telah berjalan minimal tiga bulan karena dalam tiga bulan sejak memulai usaha, dapat terlihat perkembangan usaha yang dijalani, apakan menguntungkan atau kurang menguntungkan. BMT tidak memberikan pembiayaan untuk nasabah yang belum memiliki usaha yang telah berjalan, karena dikhawatirkan dana


(54)

yang diberikan tidak diperuntukan untuk usaha yang dimaksud dan dikhawatirkan usaha yang dijalani tidak tepat.

Mengisi formulir pemohonan pembukaan MAISYAH, dalam formulir tersebut ada banyak hal yang harus diisi oleh nasabah yang akan mengajukan pembiayaan antara lain adalah jenis usaha yang akan dibiayai, selain itu dijelaskan pula tentang persentase bagi hasil antara nasabah dengan BMT, dan lamanya waktu pengembalian pembiayaan tersebut serta jumlah cicilan yang akan rutin dibayarkan sesuai waktu yang telah ditentukan sendiri oleh nasabah.

Fotokopi KTP diperlukan sebagai bukti bahwa nasabah tersebut adalah benar tercatat sebagai warga negara indonesia yang bertempat tinggal di wilayah dimana tertera pada KTP tersebut.

Nasabah yang telah mengajukan pembiayaan kepada BMT El-Umma tidak langsung mendapatkan pembiayaan langsung di hari dimana nasabah mengajukan permohonan tapi dilakukan survei terlebih dahulu dan nasabah harus bersedia disurvei ke rumah dan tempat usahanya. Hal ini untuk membuktikan bahwa apakah benar nasabah tersebut bertempat tinggal sesuai dengan KTP yang ada dan apakah benar nasabah tersebut memiliki usaha yang dimaksud. Survei ke tempat usaha juga untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak untuk diberikan pembiayaan atau tidak.


(55)

Nasabah yang mengajukan pembiayaan, banyak hal yang akan dipertimbangkan oleh pihak BMT setelah mensurvei tempat usaha yang akan dibiayai, antara lain adalah apakah jenis usaha tersebut sudah sesuai dengan syariat islam, jika usahanya adalah berdagang maka apakah barang yang didagangkan tersebut diharamkan oleh syariat Islam atau tidak, seperti menjual minuman keras, menjual daging babi dan lain sebagainya. Jika diharamkan maka pembiayaan tidak akan diberikan. Selain itu apakah tempat yang dijadikan untuk usaha sesuai dengan pasar yang dituju, strategis atau tidak. BMT juga mempertimbangan aspek risiko, seberapa besar risiko yang akan terjadi jika pembiayaan tersebut diberikan.

Setelah survei dilakukan maka pihak BMT akan melakukan rapat dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang telah didapat saat melakukan survei. Jika dinyatakan layak mendapat pembiayaan maka BMT akan memberitahu nasabah untuk kemudian pembiayaan itu dicairkan.

Untuk menghindari terjadinya kerugian atau wanprestasi, maka diperlukan jaminan dari pembiayaan tersebut. Jaminan tersebut ditentukan berdasarkan jumlah pembiayaan yang diajukan oleh nasabah. Jika pembiayaan yang diajukan di atas Rp. 2.000.000,- maka jaminan yang diminta adalah BPKB atau barang berharga yang memiliki nilai jual. Jika pembiayaan yang diajukan dibawah Rp. 2.000.000,- maka jaminannya hanyalah buku nikah.


(56)

Keuntungan yang diperoleh oleh pihak BMT didapat dari bagi hasil yang besarnya telah disepakati di awal akad. Besarnya bagi hasil tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase bukan dalam bentuk nominal tertentu.

Pengembalian pinjaman tersebut dapat dicicil sesuai dengan yang telah ditentukan oleh nasabah, bisa perhari, perminggu atau perbulan. Bagi hasil tersebut dibayarkan bersamaan dengan cicilan pembayaraan pinjaman.

2) Akad Murabahah

Pembiayaan dengan akad murabahah adalah kerja sama yang dilakukan antara BMT dan nasabahnya. Kerjasama tersebut adalah dalam hal jual beli. Pembiayaan tersebut diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi.

Murabahah merupakan akad jual beli dimana pembeli mengetahui harga barang dan besar keuntungan yang diinginkan oleh penjual. Keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal tertentu atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya.

Untuk persyaratan serta mekanisme permohonan pembiayaan ini hampir sama dengan pengajuan pembiayaan murabahah. Namun, dalam pembiayaan murabahah ini keuntungan yang diperoleh pihak BMT ditentukan di awal, dan telah disepakati bersama.


(57)

Pembiayaan ini diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi karena itu, nasabah yang mengajukan pembiayaan ini pun harus memiliki usaha yang telah berjalan.

Semua nasabah pembiayaan murabahah ini memiliki usaha, biasanya mereka meminta BMT untuk membelikan mesin untuk produksi atau barang lain yang terkait dengan bahan baku produksi.

b. UJRAH

Ujrah adalah pembiyaan konsumtif yang diberikan kepada nasabah. Pembiayaan ini biasanya untuk biaya pendidikan anak sekolah. Nasabah yang ingin memasukan sekolah anaknya namun tidak memiliki dana untuk biaya masuk tersebut dapat pengajukan pembiayaan kepada BMT.

Karena pembiayaan ini merupakan pembiayaan konsumtif, dimana dana yang diberikan bukan untuk modal usaha yang dapat menghasilkan, maka pada pambiayaan ini tidak dikenakan bagi hasil. Namun jika nasabah ingin memberikan balas jasa dari hasil dana yang dipinjam, maka pihak BMT menerimanya dan besarnya pun tidak ditentukan oleh pihak BMT.

Pengembalian cicilan pembiayaan dilakukan dengan cara pihak KBMT EL-Umma menagihnya langsung ketempat berjualan pedagang yang meminjam. Hal ini untuk mempermudah pedagang yang meminjam agar pedagang tersebut tetap bisa berjualan tanpa harus


(58)

meninggalkan dagangannya hanya untuk membayar cicilan ke kantor KBMT El-Umma.

Dari semua produk yang ada di KBMT El-Umma, semuanya bertujuan untuk mempermudah para pengusaha UMKM dalam menjalankan usahanya. Nasabah pada KBMT El-Umma ini sebagian besar merupakan para pedagang di pasar yang berada di kawasan Bogor, yaitu pasar Ciampea, pasar Jumat dan pasar Dermaga. Selain itu ada juga yang merupakan pedagang sembako yang berada di sekitar KBMT El-Umma ini.

B. Strategi Pengembangan UMKM 1. Strategi Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi, yang meliputi barang secara fisik, jasa, kepribadian, tempat organisasi dan gagasan atau buah pikiran.37

Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha, memerlukan strategi pemasaran yang pada dasarnya menunjukkan bagaimana sasaran pemasaran dari produk yang dihasilkan tersebut dapat tercapai. Produk adalah hal penting yang perlu diperhatikan dalam strategi bauran pemasaran, karena

37

Sofjan Assauri. Manajemen Pemasaran, Dasar Konsep dan Strategi. (Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 2004), Cet. 7 h.200


(59)

tanpa adanya produk, strategi bauran pemasaran lainnya tidak dapat dilakukan. Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan.

Penerapan strategi pemasaran produk pada KBMT El-Umma dilakukan dengan syarat yang mudah dan bagi hasil yang adil sesuai dengan Syariat Islam. Produk yang ada sesuai dengan kebutuhan para pengusaha UMKM, dan kemudahan yang diberikan bagi setiap nasabah yang ingin menjadi nasabah KBMT El-Umma.

2. Strategi Harga

Harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan penerimaan penjualan, sedangkan unsur lainnya hanya unsur biaya saja. Walaupun penetapan harga merupakan persoalan penting, masih banyak perusahaan yang kurang sempurna dalam menangani permasalahan penetapan harga tersebut. Karena menghasilkan penerimaan penjualan, maka harga mempengaruhi tingkat penjualan, tingkat keuntungan, serta share pasar yang dapat dicapai oleh perusahaan.38

Dalam penetapan harga dalam hal ini biaya administrasi yang ditetapkan oleh KBMT El-Umma tidak memberatkan nasabah yang ingin

38


(60)

menjadi mitra KBMT El-Umma. Dan biaya administrasi tersebut sesuai dengan Syariat Islam.

3. Strategi Distribusi

Distribusi merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ke tangan si pemakai atau konsumen pada waktu yang tepat. Oleh karena itu, kebijakan distribusi merupakan salah satu kebijakan pemasaran terpadu yang mencakup penentuan saluran pemasaran (marketing channels) dan distribusi fisik (physical distribution). Kedua faktor ini mempunyai hubungan yang sangat erat dalam keberhasilan penyaluran dan sekaligus keberhasilan pemasaran produk perusahaan. Efektivitas penggunaan saluran distribusi diperlukan unutuk menjamin tersedianya produk di setiap mata rantai saluran tersebut.39

Mengenai strategi ditribusi yang dilakukan oleh KBMT El-Umma adalah dengan cara mendatangi para nasabah, dalam hal ini pedagang-pedangan pasar, kemudian pihak KBMT El-Umma menjelaskan tentang produk UMKM yang ada di KBMT El-Umma.

Dengan adanya pihak KBMT yang mendatangi nasabah dapat mempermudah nasabah yang ingin menjadi mitra KBMT El-Umma.

39


(61)

4. Strategi Promosi

Promosi yang dilakukan oleh KBMT El-Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor adalah dengan cara:

1. Menawarkan produk UMKM kepada nasabah atau mitra secara langsung.

2. Membuat brosur dan spanduk dengan tampilan semenarik mungkin, dengan susunan layout brosur dan spanduk yang mengunakan tata warna, desain, kata-kata dan grafis yang baik agar menimbulkan kesan eksklusif, sehingga nasabah atau mitra tertarik untuk membaca.

C. Hal yang Mempengaruhi KBMT El-Umma Dalam Mengembangkan UMKM di Bogor

1. Aspek Manajemen

Adanya kesadaran dalam mengaplikasikan ajaran islam di segala aspek ekonomi, memacu KBMT El-Umma untuk mengeluarkan setiap produknya serta manajemen pengelolaan produk secara Islami. Pengelolaan serta mekanisme setiap produk dijalani sesuai dengan ketentuan yang ada. Banyaknya para pedagang yang menjadi nasabah KBMT El-Umma, baik nasabah simpanan ataupun nasabah pembiayaan sangat mempengaruhi pendapatan KBMT El-Umma. Semakin banyaknya para pengusaha UMKM


(62)

yang menjadi nasabah KBMT El-Umma, maka semakin banyak pula dana yang dialokasikan untuk pembiayaan.

Agar pengusaha UMKM tertarik untuk menjadi nasabah KBMT El-Umma maka dalam penetapan syarat dan mekanisme dari setiap produk dilakukan semudah mungkin, agar para pengusaha UMKM tersebut dapat menjangkau sehingga tertarik untuk menjadi nasabah KBMT El-Umma. Selain itu, para karyawan KBMT El-Umma harus bersikap ramah dan giat dalam bekerja. Sikap yang ramah dari para karyawan KBMT El-Umma dapat meningkatkan jumlah nasabah, hal ini terjadi karena apabila karyawan KBMT El-Umma melayani nasabah dengan ramah maka nasabah tersebut akan merasa senang dan dihargai. Apapun perlakuan yang didapat nasabah dari pelayanan karyawan KBMT El-Umma akan diceritakan kepada sesama pedangang atau kepada orang lain. Jika perlakuan yang didapat baik maka nasabah akan dengan sendirinya mempromosikan KBMT El-Umma kepada sesama pedagang begitupun sebaliknya.

2. Aspek lingkungan

Di lingkungan disekitar KBMT El-Umma banyak terdapat usaha-usaha Kecil, mikro, dan menengah yang sangat potensial. Itu berarti, dibutuhkan lembaga keuangan yang dapat dijangkau oleh para pengusaha UMKM tersebut. Banyak hal yang akan menjadi pertimbangan para pengusaha UMKM tersebut dalam mengajukan pembiayaan ke lembaga keuangan, salah satunya adalah kemudahan. Karena KBMT El-Umma


(63)

lokasinya dekat dengan pasar dan disekitarnya pun banyak terdapat pedagang-pedagang maka para pedagang-pedagang tersebut dapat dengan mudah menjadi nasabah KBMT EL-Umma karena lokasi yang dekat.

Semakin banyak pembiayaan yang disalurkan oleh KBMT El-Umma, itu berarti bahwa semakin banyak pula usaha-usaha kecil yang berjalan. Hal tersebut dapat berdampak pada semakin besar pula kecenderungan masyarakat untuk membuka usaha kecil guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Selain itu, lokasi KBMT El-Umma berdekatan dengan masjid besar yang berada di kawasan tersebut. Pihak KBMT El-Umma dapat bekerjasama dengan pengurus masjid atau dengan imam masjid untuk mensosialisasikan tentang produk KBMT El-Umma yang dalam menjalankan aktifitasnya sesuai syariah dan tidak ada riba di dalamnya. Imam masjid tersebut dapat menjelaskan tentang keharaman riba kepada masyarakat. Dengan demikian, masyarakat yang belum memiliki pengetahuan tentang itu dapat mengerti. Ketika masyarakat tersebut paham tentang keharaman riba, maka masyarakat tersebut akan dapat tertarik untuk menjadi nasabah KBMT El-Umma.

3. Aspek Sosial Budaya

Masyarakat di sekitar KBMT El-Umma adalah masyarakat yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi. Pengetahuan mereka tentang haramnya riba dapat mempengaruhi mereka dalam menjalankan aktifitas ekonominya agar tidak bersentuhan dengan riba.


(64)

Selain itu, setiap orang memiliki kecenderungan untuk memilih sesuatu yang mudah dalam hal apa pun. Karena itulah, ketika KBMT El-Umma hadir dengan menjalankan prinsip Syariah dan memberikan kemudahan secara menyeluruh, baik dalam hal produk maupun pelayanan, banyak masyarakat yang memiliki usaha tertarik untuk menjadi nasabah KBMT El-Umma.

D. Strategi Pengelola Dana 1. Sumber Dana

a. KBMT El-Umma menjalin kerjasama dengan menjadi anggota PT PERMODALAN BMT VENTURA bahkan KBMT EL-Umma merupakan satu-satunya KBMT yang berdirinya diilustrasikan seperti melewati operasi cesar oleh spesialis KBMT-an yaitu para direksi di PERMODALAN BMT VENTURA. Hal ini pengurus tekankan karena kepercayaan yang diberikan oleh PERMODALAN BMT VENTURA ini merupakan amanah yang akan dipertanggungjawabkan bukan hanya kepada anggota akan tetapi kepada Allah SWT. Keuntungan menjadi anggota Permodalan BMT Ventura adalah El-Umma mendapatkan bantuan berupa Idiologisasi pengurus BMT, Manajemen BMT, Bantuan permodalan dan masih banyak aspek-aspek lain yang diberikan oleh Permodalan BMT.


(65)

Karena KBMT El-Umma merupakan lembaga keuanga berbentuk koperasi maka KBMT El-Umma ini memiliki anggota tetap yang berjumlah 20 orang, dimana tiap anggota memberikan simpanan pokok sebesar Rp.3.000.000,-

c. Simpanan Nasabah

Simpanan merupakan sumber dana bagi BMT, simpanan nasabah berasal dari simpanan para pedagang yang menjadi nasabah KBMT El- Umma. Selain itu, dalam hal ini BMT bekerjasama dengan sekolah Taman Kanak-Kanak disekitar BMT agar tabungan siswa TK tersebut disimpan di KBMT EL-Umma.

d. Zakat, Infak dan Shodaqoh

KBMT El-Umma juga menerima dana Zakat, yang akan disalurkan kembali kepada orang yang berhak menerimanya. Selain itu BMT juga menerima jika ada nasabah atau pihak lain yang ingin berinfak ataupun bershodaqoh di KBMT El-Umma ini.

2. Pengelolaan Dana

KBMT El-Umma selain memiliki produk-produk simpanan dan pembiayaan dapat juga menerima dana Zakat, Infak ataupun dana-dana lain yang sifatnya untuk kepentingan sosial.


(66)

Dana yang ada di KBMT El-Umma ini dipisahkan menjadi dua, yaitu dana Bait al Mal dan bayt al-Tamwil. Dana baitul mal diperolah dari zakat,infak, shodaqoh dan lainnya.

Dana Baitul Tamwil diperoleh dari dana simpanan baik berupa simpanan Iman ataupun Ibadah serta dana bagi hasil yang diperoleh dari hasil pembiayaan mudharabah serta keuantungan yang diperoleh dari hasil pembiayaan murabahah akan dikelola kembali oleh pihak BMT El-Umma pada usaha-usaha yang produktif dan dijamin kehalalannya.

Dalam penyaluran pembiayaan dilakukan dengan sangat hati-hati agar dana yang disalurkan tersebut tepat sasaran dan tidak merugikan pihak KBMT El-Umma.

Dana yang diperoleh dan masuk kedalam baitul mal, digunakan untuk dana sosial seperti santunan anak yatim. Dana zakat disalurkan kepada orang-orang yang berhak menerima zakat.

Selain itu, dana yang ada di baitul mal juga dapat dipergunakan untuk pembiayaan Qardhul Hasan. Pembiyaan ini diperuntukan bagi seseorang yang memiliki usaha namun kemampuan ekonomi amat sangat lemah, dapat dikategorikan sebagi orang yang kurang mampu.

Karena pembiayaan tersebut untuk nasabah yang kurang mampu, maka pembiayaan yang menggunakan akad ini tidak dikenakan bagi hasil. Syarat pengajuan pembiayaan ini sama dengan pembiayaan lain namun dalam pembiayaan Qardhul Hasan ini selain tidak dikenakan bagi hasil tidak juga


(67)

dikenakan jaminan. Nasabah hanya mengembalaikan dana yang dipinjamnya saja.

BMT El-Umma memiliki kriteria khusus dalam menilai apakah nasabah tersebut benar-benar tidak mampu atau tidak, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mensurvei tempat usaha dan tempat tinggal nasabah tersebut. Jika benar kurang mampu maka pembiayaan Qardhul Hasan ini dapat diberikan.

Selain untuk hal-hal yang tersebut diatas, dana baitul mal ini juga digunakan untuk menutupi pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah tersebut dapat berupa, macetnya pembayaran cicilan pinjaman baik yang dikarenakan kematian nasabah peminjam atau terjadi bencana yang diluar kendali nasabah. Untuk menutupi pembiayaan bermasalah tersebut, selain dengan cara menjual jaminan dapat pula dengan cara mengambil dari dana Baitul mal.


(68)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan, yaitu

4. Strategi yang dilakukan KBMT El-Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor adalah dengan melakukan strategi pada produk dengan cara penerapan syarat yang mudah dan bagi hasil yang adil. Produk yang ada sesuai dengan kebutuhan para pengusaha UMKM, dan kemudahan yang diberikan bagi setiap nasabah yang ingin menjadi nasabah KBMT El-Umma. Strategi pada harga, dalam hal ini biaya administrasi yang ditetapkan oleh KBMT El-Umma tidak memberatkan nasabah yang ingin menjadi mitra KBMT El-Umma. Strategi distribusi dan promosi yang dilakukan dengan cara memberikan brosur dan menjelaskannya pada para pedagang yang ada di pasar sekitar KBMT El-Umma dan menjemput jika nasabah ingin melakukan pembayaran cicilan, tabungan atau melakukan transakasi lainnya.

5. Strategi pengelolaan dana Pada KBMT El-Umma dengan cara dana yang ada di KBMT El-Umma ini dipisahkan menjadi dua, yaitu dana Bait al Mal dan Baitul Tamwil. Dana Bait al Mal diperolah dari zakat,infak, shodaqoh dan lainnya. Dana Baitul Tamwil diperoleh dari dana simpanan


(69)

6. Hal-hal yang mempengaruhi KBMT El-Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor dapat dilihat dari aspek manajemen, aspek lingkungan dan sosial budaya. Dari aspek manajemen, Pengelolaan serta mekanisme setiap produk dijalani sesuai dengan ketentuan yang ada. Banyaknya para pedagang yang menjadi nasabah KBMT El-Umma, baik nasabah simpanan atau pun nasabah pembiayaan sangat mempengaruhi pendapatan KBMT El-Umma. Semakin banyaknya para pengusaha UMKM yang menjadi nasabah KBMT El-Umma, maka semakin banyak pula dana yang dialokasikan untuk pembiayaan. Dari aspek lingkungan, KBMT El-Umma lokasinya dekat dengan pasar dan disekitarnya pun banyak terdapat pedagang-pedagang maka para pedagang tersebut dapat dengan mudah menjadi nasabah KBMT EL-Umma karena lokasi yang dekat. Dan dari


(1)

Dana yang ada di KBMT El-Umma ini dipisahkan menjadi dua, yaitu dana Bait al Mal dan bayt al-Tamwil. Dana baitul mal diperolah dari zakat,infak, shodaqoh dan lainnya.

Dana Baitul Tamwil diperoleh dari dana simpanan baik berupa simpanan Iman ataupun Ibadah serta dana bagi hasil yang diperoleh dari hasil pembiayaan mudharabah serta keuantungan yang diperoleh dari hasil pembiayaan murabahah akan dikelola kembali oleh pihak BMT El-Umma pada usaha-usaha yang produktif dan dijamin kehalalannya.

Dalam penyaluran pembiayaan dilakukan dengan sangat hati-hati agar dana yang disalurkan tersebut tepat sasaran dan tidak merugikan pihak KBMT El-Umma.

Dana yang diperoleh dan masuk kedalam baitul mal, digunakan untuk dana sosial seperti santunan anak yatim. Dana zakat disalurkan kepada orang-orang yang berhak menerima zakat.

Selain itu, dana yang ada di baitul mal juga dapat dipergunakan untuk pembiayaan Qardhul Hasan. Pembiyaan ini diperuntukan bagi seseorang yang memiliki usaha namun kemampuan ekonomi amat sangat lemah, dapat dikategorikan sebagi orang yang kurang mampu.

Karena pembiayaan tersebut untuk nasabah yang kurang mampu, maka pembiayaan yang menggunakan akad ini tidak dikenakan bagi hasil. Syarat pengajuan pembiayaan ini sama dengan pembiayaan lain namun dalam pembiayaan Qardhul Hasan ini selain tidak dikenakan bagi hasil tidak juga


(2)

dikenakan jaminan. Nasabah hanya mengembalaikan dana yang dipinjamnya saja.

BMT El-Umma memiliki kriteria khusus dalam menilai apakah nasabah tersebut benar-benar tidak mampu atau tidak, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mensurvei tempat usaha dan tempat tinggal nasabah tersebut. Jika benar kurang mampu maka pembiayaan Qardhul Hasan ini dapat diberikan.

Selain untuk hal-hal yang tersebut diatas, dana baitul mal ini juga digunakan untuk menutupi pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah tersebut dapat berupa, macetnya pembayaran cicilan pinjaman baik yang dikarenakan kematian nasabah peminjam atau terjadi bencana yang diluar kendali nasabah. Untuk menutupi pembiayaan bermasalah tersebut, selain dengan cara menjual jaminan dapat pula dengan cara mengambil dari dana Baitul mal.


(3)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan, yaitu

4. Strategi yang dilakukan KBMT El-Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor adalah dengan melakukan strategi pada produk dengan cara penerapan syarat yang mudah dan bagi hasil yang adil. Produk yang ada sesuai dengan kebutuhan para pengusaha UMKM, dan kemudahan yang diberikan bagi setiap nasabah yang ingin menjadi nasabah KBMT El-Umma. Strategi pada harga, dalam hal ini biaya administrasi yang ditetapkan oleh KBMT El-Umma tidak memberatkan nasabah yang ingin menjadi mitra KBMT El-Umma. Strategi distribusi dan promosi yang dilakukan dengan cara memberikan brosur dan menjelaskannya pada para pedagang yang ada di pasar sekitar KBMT El-Umma dan menjemput jika nasabah ingin melakukan pembayaran cicilan, tabungan atau melakukan transakasi lainnya.

5. Strategi pengelolaan dana Pada KBMT El-Umma dengan cara dana yang ada di KBMT El-Umma ini dipisahkan menjadi dua, yaitu dana Bait al Mal dan Baitul Tamwil. Dana Bait al Mal diperolah dari zakat,infak, shodaqoh dan lainnya. Dana Baitul Tamwil diperoleh dari dana simpanan


(4)

6. Hal-hal yang mempengaruhi KBMT El-Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor dapat dilihat dari aspek manajemen, aspek lingkungan dan sosial budaya. Dari aspek manajemen, Pengelolaan serta mekanisme setiap produk dijalani sesuai dengan ketentuan yang ada. Banyaknya para pedagang yang menjadi nasabah KBMT El-Umma, baik nasabah simpanan atau pun nasabah pembiayaan sangat mempengaruhi pendapatan KBMT El-Umma. Semakin banyaknya para pengusaha UMKM yang menjadi nasabah KBMT El-Umma, maka semakin banyak pula dana yang dialokasikan untuk pembiayaan. Dari aspek lingkungan, KBMT El-Umma lokasinya dekat dengan pasar dan disekitarnya pun banyak terdapat pedagang-pedagang maka para pedagang tersebut dapat dengan mudah menjadi nasabah KBMT EL-Umma karena lokasi yang dekat. Dan dari


(5)

aspek sosial budaya, karena masyarakat di sekitar KBMT El-Umma adalah masyarakat yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi. Pengetahuan mereka tentang haramnya riba dapat mempengaruhi mereka dalam menjalankan aktifitas ekonominya agar tidak bersentuhan dengan riba. Selain itu, setiap orang memiliki kecenderungan untuk memilih sesuatu yang mudah dalam hal apapun. Karena itulah, ketika KBMT El-Umma hadir dengan menjalankan prinsip Syariah dan memberikan kemudahan secara menyeluruh, baik dalam hal produk maupun pelayanan, banyak masyarakat yang memiliki usaha tertarik untuk menjadi nasabah KBMT El-Umma.

B. Saran

1. Untuk KBMT El-Umma

Kian bertambahnya pedagang yang menjadi nasabah KBMT El-Umma harus menjadikan BMT ini untuk semakin meningkatkan kinerja serta memaksimalkan pelayanan yang ada. Jika dimungkinkan untuk menambah produk baru dan mengembangkan produk yang ada agar fungsi BMT dapat kian dimaksimalkan.

Hal lain adalah sebaiknya BMT El-Umma mengadakan pengajian rutin bulanan. Pengajian tersebut berfungsi sebagai media untuk silaturahmi antara sesama nasabah BMT, selain itu dapat pula dijadikan sebagai media untuk saling bertukar pengalaman dan informasi yang berkaitan dengan dunia


(6)

UMKM. Oleh pihak BMT, pengajian tersebut dapat pula berfungsi sebagai media informasi untuk mengetahui perkembangan usaha para nasabah BMT.

Jika pengajian tersebut dilakukan secara rutin maka akan terbangun suasana kekeluargaan yang hangat, akan ada rasa saling memiliki dan membutuhkan satu sama lain, antara pihak BMT dan nasabah, sehingga dengan begitu, baik pihak BMT maupun nasabah tidak akan mengecewakan satu sama lain.

2. Untuk Masyarakat

Adanya lembaga keuangan mikro syariah seperti KBMT El-Umma ini, harus dapat dimanfaatkan dengan baik, khususnya bagi masyarakat ekonomi menangah ke bawah. Jika memiliki usaha kecil dan kekurangan dana untuk modal usaha, dapat mengajukannya ke KBMT El-Umma.