Pengertian Tabungan Strategi KBMT el-Umma dalam mengembangkan UMKM di Bogor

d. Milik bersama masyarakat kecil bawah dan kecil dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan milik orang seorang atau orang lain di luar masyarakat itu. 17 Selain ciri utama diatas BMT juga memiliki ciri khas sebagai berikut: a. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, dinamis, berpandangan produktif, tidak menunggu tetapi menjemput nasabah, baik sebagai penyetor dana maupun sebagai penerima pembiayaan usaha. b. Kantor dibuka dalam waktu tertentu dan ditunggui oleh sejumlah staf yang terbatas, karena sebagian besar staf harus bergerak dilapangan untuk mendapatkan nasabah penyetor dana, memonitor dan mensupervisi usaha nasabah. c. BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala yang waktu dan tempatnya biasanya dimadrasah, masjid atau mushola ditentukan sesuai dengan kegiatan nasabah dan anggota BMT; setelah pengajian biasanya dilanjutkan dengan perbincangan bisnis dari para nasabah BMT. d. Manejemen BMT diselenggarakan secara profesional dan islami.

E. Pengertian Tabungan

17 Ibid, h.184. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau lainnya yang dipersamakan dengan itu. Nasabah jika hendak mengambil simpanannya dapat datang langung ke bank dengan membawa buku tabungan, slip penarikan atau melalui fasilitas ATM. 18 Dalam perbankan syariah atau lembaga keuangan syariah lain yang memiliki produk tabungan, biasanya mengunakan akad Wadiah atau titipan prinsip al-wadiah merupakan murni titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja bila si penitip menghendaki. Penerima simpanan disebut yad al-amanah yang artinya tangan amanah. Si penyimpan tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada titipan selam hal itu bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan. 19 Dari prinsip yad al-amanah”tangan amanah” kemudian berkembang prinsip yad dhamanah ”tangan penanggung” yang berarti bahwa pihak penyimpan bertanggung jawab atas segala kerusakan atau kehilangan yang terjadi pada barangaset titipan. 20 18 Abdul Ghofur Ansori, Perbankan Syariah di Indonesia Jakarta: Gadjah Mada University Press, 2007, h. 87 19 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, h.180 20 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, h.43 Dalam perkembangan konsep al-wadiah di dunia Islam, dijumpai berbagai bentuk dan variasi, serta pihak-pihak yang terlibat pun semakin beragam. Pada dasarnya tabungan merupakan titipan yang dapat diambil setiap saat oleh orang yang menitipkannya. Jika barang titipan itu umpamanya uang dimanfaatkan oleh pihak penerima titipan, kemudian dikembalikan kembali secara utuh, dan bahkan dilebihkan sebagai imbalan jasa, menurut ulama Malikiyah dan Hanafiyah, hukumnya boleh, sekalipun dalam pemanfaatan imbalan jasa ini disedekahkan kepada orang yang memerlukan atau Bait al-Mal. Akan tetapi munurut ulma Syafi’iyah tidak boleh dan akadnya dinyatakan gugur. Menurut Wahbah Zuhaili, penerima Wadiah tidak boleh meminta imbalan atas wadiah, kecuali bila harta atau barang titipan itu memerlukan ruang khusus, maka boleh meminta uang sewa. 21

F. Pembiayaan