Karakteristik UMKM Problem UMKM

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar, yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak 10.000.000.000 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 dua milyar lima ratus juta rupiah sampai dnegan paling banyak Rp. 50.000.000.000 lima puluh milyar rupiah.

2. Karakteristik UMKM

Adapun karakteristik UMKM sebagi berikut : a. Mempunyai skala yang kecil, baik modal, penggunaan tenaga kerja maupun orientasi pasar b. Banyak berlokasi di pedesaan, kota-kota kecil atau daerah pinggiran kota besar c. Status usaha milik probadi atau keluarga. d. Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan sosial budaya etnis geografis yang direkrut melalui pola pemagangan atau melalui pihak ketiga. e. Pola kerja sering kali part time atau sebagai usaha sampingan dari kegiatan lainnya. f. Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi, pengelolaan usaha dan administrasinya sederhana. g. Struktur permodalan sangat terbatas dan kekurangan modal kerja serta sangat tegantung terhadap sumber modal sendiri dan lingkungan pribadi. h. Strategi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang sering berubah secara cepat. 12 12 Cecep Suyudi, ”strategi Lembaga Nirlaba dalam Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengahstudi pada Lembaga Nirlaba Syariah Masyarakat Mandiri

3. Problem UMKM

Setelah memahami karakteristik UMKM maka langkah lebih lanjut adalah memahami permasalahan-permasalahan yang ada di dunia UMKM, adapun permasalahan tersebut antara lain : a. kelemahan di bidang operasi dan manajemen. b. kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur akses terhadap sumber-sumber permodalan. c. kelemahan dalam memperoleh paluang dan memperbesar pangsa pasar. d. keterbatasan dalam kelemahan pemanfaatan akses dan penguasaan teknologi, khususnya teknologi terapan. e. masih rendahnya kualitas SDM yang meliputi aspek kompetensi, keterampilan, etos kerja, karakter, kesadaran akan pentingnya konsisten mutu dan standarisasi produk dan jasa, serta wawasan kewirauasahaan. f. keterbatasan penyediaan bahan baku, mulai dari jumlah yang dapat dibeli, standarisasi kualitas yang ada, maupun panjangnya rantai distribusi bahan baku yang berakibat pada harag bahan baku itu sendiri. g. sistem kemitraan yang pernah digulirkan selama ini, cenderung mengalami distorsi ditingkat implementasi sehingga berdampak pada subordinasinya pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dibandingkan dengan mitra usahanya. 13

D. Baitul Mal wat Tamwil BMT