Dalam perkembangan konsep al-wadiah di dunia Islam, dijumpai berbagai bentuk dan variasi, serta pihak-pihak yang terlibat pun semakin beragam. Pada
dasarnya tabungan merupakan titipan yang dapat diambil setiap saat oleh orang yang menitipkannya.
Jika barang titipan itu umpamanya uang dimanfaatkan oleh pihak penerima titipan, kemudian dikembalikan kembali secara utuh, dan bahkan
dilebihkan sebagai imbalan jasa, menurut ulama Malikiyah dan Hanafiyah, hukumnya boleh, sekalipun dalam pemanfaatan imbalan jasa ini disedekahkan
kepada orang yang memerlukan atau Bait al-Mal. Akan tetapi munurut ulma Syafi’iyah tidak boleh dan akadnya dinyatakan gugur. Menurut Wahbah Zuhaili,
penerima Wadiah tidak boleh meminta imbalan atas wadiah, kecuali bila harta atau barang titipan itu memerlukan ruang khusus, maka boleh meminta uang sewa.
21
F. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
21
Ah. Azharuddin Latif, Fiqh Muamalat, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h. 170
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
22
Pengertian lain tentang pembiayaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri
maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan
kepada nasabah.
23
2. Perbedaan Pembiayaan dengan Kredit
Kredit adalah sesuatu yang dibayar secara berangsur-angsur, baik itu jual beli maupun dalam pinjam meminjam. Kredit bisa pula terjadi pada
seseorang yang meminjam uang ke bank atau koperasi, kemudian pinjaman tersebut dibayar berangsur-angsur, ada yang dibayar setiap hari, mingguan ada
pula yang dibayar satu kali dalam sebulan.
24
Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip syariah
adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Jika berdasarkan prinsip
22
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
23
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : UPP AMPYKPN, 2005, h. 304
24
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, h. 301.
konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga sedangkan yang berdasarkan prinsip syariah berupa imbalan atau bagi hasil.
25
Sebelum pembiayaan diberikan, untuk meyakinkan bahwa nasabah benar-benar dapat dipercaya maka terlebih dahulu mengadakan analisa
pembiayaan. Analisis mencakup latar belakang nasabah atau usahanya, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan
analisis ini adalah agar BMT yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar- benar aman.
3. Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan