2.2.1 Penggolongan Protein
Protein adalah molekul yang sangat vital untuk organisme dan terdapat disemua sel.  Protein    merupakan  polimer    yang  disusun  oleh  20  macam  asam  aminostandar.
Rantai  asam  amino  dihubungkan  dengan  ikatan  kovalen  yang  spesifik.Struktur fungsi ditentukan oleh kombinasi, jumlah dan urutan asam aminosedangkan sifat fisik
dan  kimiawi  dipengaruhi  oleh  asam  amino  penyusunnya.Penggolongan  protein berdasarkan strukturnya ada empat macam, yaitu strukturprimer, sekunder, tersier dan
kuarterner.Struktur  primer  struktur  utama,  terdiri  dari  asam-asam  amino yangdihubungkan satu sama lain secara kovalen melalui ikatan peptida.Struktur Primer
ProteinStruktur  sekunder,  protein  sudah  mengalami  interaksi  intermolekul, melaluirantai  samping  asam  amino.Ikatan  yang  membentuk  struktur  ini,  didominasi
oleh  ikatan  hidrogen  antar  rantai  samping  yang  membentuk  pola  tertentu bergantungpada orientasi ikatan hidrogennya. Ada dua jenis struktur sekunder, yaitu:
α-heliksdan β-sheet.Struktur Sekunder Protein α-Heliks A dan β-Sheet BStruktur tersier,  terbentuk  karena  adanya  pelipatan  membentuk  strukturyang  kompleks.
Pelipatan  distabilkan  oleh  ikatan  hidrogen,  ikatan  disulfida,  interaksi  ionik,  ikatan hidrofobik, ikatan hidrofilik.Struktur Tersier ProteinStruktur kuartener, terbentuk dari
beberapa  bentuk  tersier, dengan  kata lainmulti  sub  unit. Interaksi intermolekul antar sub unit protein ini membentukstruktur keempatkuartener.Struktur Kuarterner Protein.
2.2.2 Sifat-Sifat Protein
Berat molekul protein sangat besar, ribuan sampai jutaan, sehinggamerupakan suatu makromolekul. Seperti senyawa polmer lain misalnya: pati,protein dapat pula
Universitas Sumatera Utara
dihidrolisis  oleh  asam,  basa,  atau  enzim  tertentu  danmenghasilkan  campuran  asam- asam amino Yazid dan Nursanti, 2006.
Sifat fisikokimia protein berbeda satu sama lain, tergantung pada komposisidan jenis asam amino penyusunnya. Sebagian besar protein bila dilarutkan dalamair akan
membentuk  dispersi  koloidal  dan  tidak  dapat  berdifusi  bila  dilewatkanmelalui membran semipermeabel. Beberapa protein mudah larut dalam air, tetapiada pula yang
sukar larut. Namun, semua protein tidak dapat larut dalam pelarutorganik, seperti eter, klorofom, atau benzena Yazid dan Nursanti, 2006.
Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik danzat kimia, sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan ataumodifikasi pada
struktur  molekul  protein  disebut  denaturasi.  Hal-hal  yang  dapatmenyebabkan terjadinya denaturasi adalah panas, pH, tekanan, aliran listrik, danadanya bahan kimia
seperti  urea,  alkohol,  atau  sabun.  Proses  denaturasi  terkadang  berlangsung  secara reversible,  tetapi  ada  pula  yang  irreversible,  tergantung  padapenyebabnya.  Protein
yang  mengalami  denaturasi  akan  menurunkan  aktivitasbiologinya  dan  berkurang kelarutannya, sehingga mudah mengendap Yazid danNursanti, 2006.
Molekul protein mempunyai gugus amino –NH2 dan gugus karboksilat
–COOH pada ujung-ujung rantainya. Hal ini menyebabkan protein mempunyai banyak muatan protoelektrolit dan bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi denganasam
dan  basa.  Jika  dengan  larutan  asam  atau  pH  rendah,  gugus  amino  padaprotein  akan bereaksi dengan ion H+, sehingga protein bermuatan positif. Sebaliknya,dalamlarutan
basa, gugus karboksilat bereaksi dengan ion OH –,sehingga protein bermuatan negatif.
Universitas Sumatera Utara
Adanya  muatan  pada  molekul  proteinmenyebabkan  protein  bergerak  di  bawah pengaruh medan listrik Yazid dan
Nursanti, 2006. Setiap  jenis  protein  dalam  larutan  mempunyai  pH  tertentu  yang  disebut
titikisoelektrik TI. Pada pH isoelektrik pI, molekul protein mempunyai muatan positif  dan  negatif  yang  sama,  sehingga  saling  menetralkan  atau  bermuatan
nol.Akibatnya,  protein  tidak  bergerak  di  bawah  pengaruh  medan  listrik.  Pada titikisoelektris,  protein  akan  mengalami  pengendapan  atau  pemurnian  suatu
proteinYazid dan Nursanti, 2006.
2.2.3 Manfaat Protein