4.3.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Pekerja yang menggunakan kacamata sebagai alat bantu penglihatan
2. Pekerja dengan adanya bekas luka di kornea.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui data primer yaitu wawancara kepada pekerja konstruksi perusahaan X secara langsung oleh peneliti dengan pertanyaan tentang
hubungan kejadian trauma mata dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja konstruksi perusahaanX.
4.5 Pengolahan Data dan Analisis Data 4.5.1 Pengolahan Data
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka data yang masih mentah diolah. Tahapan pengolahan data meliputi editing, coding,entry, cloning dan
saving.Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi mennyakan
kembali kesediaan responden untuk melengkapi data. Coding dilakukan untuk merubah data huruf menjadi data angka atau bilangan. Setelah itu data akan
dimasukkan entry ke program Statistic Package for Social Science SPSS. Pada tahapan selanjutnya, cleaning dilakukan untuk memeriksa kembali data yang
sudah dimasukkan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. Data yang telah benar akan disimpan saving dan siap untuk dianalisis.
4.5.2 Analisa Data
Proses menganalisa data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan yaitu, analisa univariat dan analisa bivariat.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada sebuah perusahaan konstruksi yang sedang menjalankan proyek pembangunan sebuah hotel di Kota Medan.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, yang menjadi responden adalah pekerja dari perusahaan konstruksi yang ikut bekerja dalam pembangunan sebuah hotel di Kota Medan.
Jumlah respoden yang ikut dalam penelitian ini adalah 65 orang.
5.1.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Distribusi responden berdasarkan usia pada penelitian ini sebagai berikut: Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah orang
Persentase
Remaja akhir 17-25 tahun 23
35,4 Dewasa awal 26-35 tahun
24 36,9
Dewasa akhir 36-45 tahun 12
18,5 Lansia awal 46-55 tahun
5 7,7
Lansia akhir 56-65 tahun 1
1,5
Total 65
100 Dari tabel di atas didapat bahwa jumlah responden terbanyak adalah kategori
dewasa awal berjumlah 24 orang 36,9, sedangkan responden dengan kategori remaja akhir berjumlah 23 orang 35,4, kategori dewasa akhir berjumlah 12
orang 18,5, kategori lansia awal berjumlah 5 orang 7,7, dan kategori lansia akhir berjumlah 1 orang 1,5.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.2. Distribusi Kejadian Trauma Mata Berdasarkan Kategori Usia
Distribusi kejadian trauma mata berdasarkan kategori usia sebagai berikut: Tabel 5.2. Distribusi Kejadian Trauma Mata berdasarkan Kategori Usia
Kategori Usia Kejadian Kasus
orang Persentase
Remaja akhir 17-25 tahun 19
41,3 Dewasa awal 26-35 tahun
17 37,0
Dewasa akhir 36-45 tahun 6
13,0 Lansia awal 46-55 tahun
3 6,5
Lansia akhir 56-65 tahun 1
2,2
Total 46
100 Dari tabel di atas dapat dilihat kejadian trauma mata berdasarkan kategori
usia. Kejadian trauma mata pada kategori remaja akhir berjumlah 19 orang 41,3, kategori dewasa awal berjumlah 17 orang 37,0, kategori dewasa akhir
berjumlah 6 orang 13,0, kategori lansia awal berjumlah 3 orang 6,5, dan kategori lansia akhir berjumlah 1 orang 2,2.
5.1.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Trauma Mata yang Dialami
Distribusi jenis trauma mata pada responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Trauma Mata yang Dialami
Jenis Trauma Mata Jumlah orang
Persentase
Benturan 6
13,0 Kemasukan benda asing
37 80,4
Percikan zat kimia 3
6,5
Total 46
100 Jenis trauma mata yang dialami oleh responden pada penelitian ini terdapat
tiga, yaitu benturan dengan jumlah 6 orang 13,0, kemasukan benda asing berjumlah 37 orang 80,4, dan percikan zat kimia berjumlah 3 orang 6,5.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.4. Distribusi Aktivitas Pekerja yang Menyebabkan Trauma Mata
Dari hasil penelitian ini diperoleh distribusi distribusi aktivitas pekerja yang menyebabkan trauma mata sebagai berikut:
Tabel 5.4 Distribusi Aktivitas Pekerja yang Menyebabkan Trauma Mata
Jenis Pekerjaan Jumlah orang
Persentase
Memplester 1
2,2 Memasangan lift
1 2,2
Menyambung pipa 1
2,2 Menggerinda
16 34,8
Mengelas 6
13,0 Mengecor
1 2,2
Mengecat 3
6,5 Mengebor dinding
2 4,3
Mengangkut pasir 2
4,3 Mencampur semen
1 2,2
Memotong kayu 7
15,2 Memaku
2 4,3
Memahat 3
6,5
Total
46 100
Dari tabel di atas didapat distribusi aktivitas pekerja yang menyebabkan trauma mata, yaitu memplester berjumlah 1 orang 2,2, memasang lift berjumlah
1 orang 2,2, menyambung pipa berjumlah 1 orang 2,2, menggerinda berjumlah 16 orang 34,8, mengelas berjumlah 6 orang 13,0, mengecor
berjumlah 1 orang 2,2, mengecat berjumlah 3 orang 6,5, mengebor dinding berjumlah 2 orang 4,3, mengangkut pasir berjumlah 2 orang 4,3,
mencampur semen berjumlah 1 orang 2,2, memotong kayu berjumlah 7 orang 15,2, memaku berjumlah 2 orang 4,3, dan memahat berjumlah 3 orang
6,5.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.5. Tabulasi Silang Antara Kejadian Trauma Mata dengan Penggunaan Alat Pelindung Mata
Nilai tabulasi silang dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel di berikut: Tabel 5.5 Nilai Tabulasi Silang Antara Kejadian Trauma Mata dengan Penggunaan
Alat Pelindung Mata
Penggunaan alat pelindung mata
Total Nilai
p
Baik Buruk
Trauma Mata
Ya 8
38 46
0,000 Tidak
12 7
19
Total 20
45 65
Dari tabel di atas diperoleh secara keseluruhan didapat responden yang mengalami trauma mata sebanyak 46 orang dan responden yang tidak mengalami
trauma mata sebanyak 19 orang. Dari 46 orang responden, 8 orang responden dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang baik dan 38 responden
dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang buruk. Sedangkan dari 19 responden yang tidak mengalami trauma mata, 12 orang responden
dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang baik dan 7 orang responden dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang buruk.
5.1.3. Hasil Analisa Data
Pengujian terhadap hipotesis adanya hubungan kejadian trauma mata dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja bangunan dilakukan dengan
menggunakan program Statistic Package for Social Science SPSS yang akan menganalisis variabel dependen dan variabel independen. Data yang dikumpulkan
dari hasil wawancara pada 65 responden akan dianalisis melalui uji hipotesis Chi Square.
Dari hasil perhitungan pada uji Chi-Square diperoleh hasil yang signifikan dari data tersebut karena nilai berada di bawah 0,05 p0,05, yaitu 0,000. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.
5.2. Pembahasan
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 65 orang. Respoden dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mengalami kejadian trauma mata
sebanyak 46 orang 70,8 dan kelompok yang tidak mengalami trauma mata sebanyak 19 orang 29,2. Sebanyak 38 orang 58,5 dari kelompok yang
mengalami trauma mata dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang buruk dan sebanyak 8 orang 12,3 dikategorikan sebagai penggunaan alat
pelindung mata yang baik. Sebanyak 7 orang 10,8 dari kelompok yang tidak mengalami trauma mata dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata
yang buruk dan sebanyak 12 orang 18,5 dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang baik.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Serinken, et al 2013 di Turki Barat. Dalam penelitian yang dilakukan pada 443
orang untuk mengetahui penyebab trauma mata yang berhubungan dengan tempat kerja, sebanyak 207 orang mengalami trauma mata disebabkan oleh kurangnya
penggunaan alat pelindung mata pada pekerja. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Cai Zhang 2015 di Cina bagian Barat-Daya.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada 453 responden yang mengalami trauma mata sebanyak 421 orang yang mengalami trauma mata tidak menggunakan
alat pelindung mata dan sebanyak 32 orang menggunakan alat pelindung mata. Hasil penelitian ini juga menunjukkan kejadian trauma mata berdasarkan
kategori usia. Kategori usia remaja akhir 17-25 tahun merupakan kategori usia yang paling banyak mengalami trauma mata. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Voon, et al 2001 yang dilakukan di unit gawat darurat Singapore General Hospital. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari 863 orang yang
mengalami trauma mata sebanyak 329 orang 38,1 dialami oleh responden dengang kategori usia 20-29 tahun. Hal ini juga didukung oleh Xiang, et al 2005
Universitas Sumatera Utara
dalam penelitian yang dilakukan di departemen gawat darurat rumah sakit Amerika Serikat. Dalam penelitian tersebut menununjukkan bahwa kejadian trauma mata
dialami oleh usia 20-24 tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pengalaman kerja pada kategori usia tersebut.
Jenis trauma mata yang dialami responden dalam penelitian ini terdapat tiga jenis, yaitu benturan, kemasukan benda asing, dan percikan bahan kimia.
Kemasukan benda asing merupakan jenis trauma mata yang paling sering dialami oleh responden yaitu sebanyak 37 orang 80,4. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh karena para pekerja banyak terpapar oleh benda-benda asing yang berukuran kecil yang mudah menyebabkan trauma mata, seperti pasir, potongan kayu, debu,
dan lain-lain. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Voon, et al 2001. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari 863 orang responden yang mengalami
trauma mata sebanyak 502 orang mengalami jenis trauma kemasukan benda asing. Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Macewen
1989 di Inggris yang mengatakan bahwa jenis trauma mata yang paling sering terjadi adalah benturan oleh benda jatuh atau benda besar yaitu sebanyak 563 orang
dari 1034 jumlah responden yang mengalami trauma mata. Berbagai aktivitas pekerja dapat menyebabkan trauma mata pada pekerja
konstruksi. Dalam penelitian ini aktivitas pekerja yang paling sering menyebabkan trauma mata adalah menggerinda yaitu sebanyak 16 orang 34,8. Hal ini
kemungkinan terjadi karena hampir semua pekerja melakukan aktivitas menggerinda yang tidak dikhususkan bagi pekerja di perusahaan tersebut. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Voon, et al 2001 yang menunjukkan bahwa menggerinda adalah aktivitas yang paling sering
menyebabkan trauma mata. Penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan kejadian trauma mata
dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja konstruksi. Secara statistik, menunjukkan nilai yang sangat bermakna karena nilai p yang didapat dalam
penelitian ini adalah 0,000 p0.05. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan
Universitas Sumatera Utara
kejadian trauma mata dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja konstruksi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan