Pengaturan Emosi BIDANG PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL

19 individualis seperti di Amerika Serikat, tampilan emosi biasanya lama dan intens. Sementara itu di wilayah Asia, orang cenderung menutupi emosi mereka jika ada kehadiran orang lain di dekatnya. Hal ini karena pada masyarakat Asia, lebih menonjolkan hubungan sosial yang intens, sehingga memunculkan ekspresi emosi seperti empati, simpati, hormat dan malu. Sementara itu faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi ditinjau dari faktor diri anak adalah kematangan, dan hasil belajar. Faktor kematangan meliputi: 1 kematangan intelektual yang memungkinkan seseorang mengerti arti-arti baru yang sebelumnya tidak dipahami, dan memusatkan ketegangan emosional pada suatu objek tertentu; 2 perkembangan imajinasi dan pengetahuan di mana anak meningkatkan kemampuan untuk mengingat dan membuat antisipasi, di mana berpengaruh terhadap respon-respon emosional anak tersebut; dan 3 perkembangan kelenjar endoktrin sangat berpengaruh terhadap perkembangan respon emosi anak. Faktor hasil belajar, dibedakan menjadi: 1 proses belajar mencoba-coba yakni anak belajar melalui proses trial and error. Berdasarkan pada pengalaman di masa lalu, anak mencoba-coba melakukan suatu kegiatan yang memberikannya ptantangan. Proses belajar secara khusus mempengaruhi aspek respon pola emosi untuk memperoleh cara pengungkapan emosi yang paling memuaskan baginya. 2 Proses belajar melalui imitasi. Hal ini dilakukan anak dengan cara mengamati orang-orang lain di sekitarnya dalam bereaksi terhadap situasi tertentu. Proses bealjar ini mempengaruhi aspek respon pola emosi. Melalui proses ini anak belajar stimulus-stimulus apa saja yang diberi respon emosional, dan respon apa saja yang diberikan terhadap stimulus tersebut. Imitasi emosi ini dipengaruhi ketergantungan anak, sugesti, dan penerimaan lingkungan sosial terhadap pola emosi tersebut. 3 Proses belajar melalui pengkondisian. Anak memunculkan respon-respon emosional terhadap objek-objek atau situasi-situasi yang pada mulanya tidak memunculkan respon-respon tersebut. Emosi yang merupakan hasil proses belajar menyebar pada stimulus sejenis melalui proses generalisasi.

i. Pengaturan Emosi

Semakin dewasa anak, semakin mampu mengendalikan atau mengontrol emosinya. Istilah lain yang sesuai dengan hal tersebut adalah bagaimana anak-anak akan pengadakan pengaturan terhadap emosinya. Dalam kehidupan sosial, pengaturan emosi sangat 20 diperlukan. Coba Anda renungkan mengapa emosi memerlukan pengaturan dalam konteks kehidupan sosial maupun pribadi Anda Thompson dalam Santrock, 2007 mengemukakan bahwa pengaturan emosi terdiri dari kemampuan untuk mengatur rangsangan dalam rangka beradaptasi dan meraih suatu tujuan secara efektif. Rangsangan terdiri dari keadaan siaga atau aktivasi yang dapat saja mencapai level yang terlalu tinggi seperti kemarahan yang meledak-ledak, sehingga tidak dapat berfungsi dengan efektif. Eisenberg dalam Santrock, 2007 mengemukakan bahwa ada beberapa trend yang berhubungan dengan pengaturan emosi selama masa kanak-kanak. Trend tersebut antara lain adalah: 1 berasal dari sumber daya eksternal ke internal; 2 strategi kognitif; 3 rangsangan emosi; 4 memilih dan mengatur konteks hubungan dan 5 coping terhadap stres. Ketika masih bayi, pengaturan emosi tergantung pada sumber eksternal, seperti orang tua, pengasuh atau kakaknya yang lebih dewasa. Misalnya ketika anak sedih, orang tua menghiburnya atau menjanjikan sesuatu agar anakbayi tidak sedih lagi. Semakin bertambahnya usia dan perkembangannya, maka anak mulai melakukan pengaturan emosinya secara mandiri terhadap emosinya. Misalnya, ketika anak merasa sedih, maka anak akan mencari cara-cara lain untuk meminimalkan rasa sedihnya. Contohnya, anak akan bermain dengan alat-alat permainan yang menyenangkan. Pengaturan emosi berikutnya adalah strategi kognitif. Anak melakukan strategi kognitif untuk pengaturan emosinya. Pada saat anak merasa ketakutan terhadap kegelapan, maka anak akan meminimalkan rasa takutnya dengan berpikiran positif terhadap situasi tersebut. Misalnya menganggap bahwa di kegelapan tidak ada apa-apa yang akan mengganggunya. Bisa juga dilakukan dengan pengalihan atau pemfokusan atensi, misalnya di kegelapan malan, anak-anak berupaya atau memusatkan perhatiannya untuk secepatnya meraih saklar lampu dan menyalakannya. Trend ketiga dalam pengaturan emosi adalah rangsangan emosi. Semakin dewasa seseorang, maka semakin mampu mereka mengontrol rangsangan emosinya. Misalnya 21 semakin dewasa anak, mereka akan semakin mampu mengendalikan rasa amarah, takut, sedih dan lain sebagainya dengan berbagai cara yang dikuasainya. Memilih dan mengatur konteks dan hubungan merupakan trend berikutnya dalam mengatur emosi anak. Semakin dewasa anak, maka semakin mampu anak untuk memilih dan mengatur situasu dan hubungan sosialnya, sehingga dapat mengurangi ekspresi emosinya yang negatif. Misalnya ketika anak merasa frustrasi karena permintaannya tidak dipenuhi oleh orang tuanya, maka anak akan bermain-main dengan temannya, sehingga anak dapat meminjam atau menggunakan benda milik temannya secara bersama-sama. Trend lain yang digunakan oleh anak untuk mengatur emosinya adalah dengan melakukan coping terhadap stress. Dengan bertambahnya usia, anak-anak akan lebih mampu untuk mengembangkan strategi coping stress yang lebih baik.

j. Kompetensi Emosional