Sumber: Data Olahan Penulis, 2013 Efektivitas pengelolaan PAD menunjukkan suatu kondisi dimana daerah
mampu menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan memanfaatkannya secara memadai untuk membiayai aktifitas dalam urusan otonomi.Suatu daerah
dapat dikatakan sangat efektif dalam pengelolaan PAD jika rasio efektivitas sebesar 1.Karena didalam pelaksanaan telah terjadi perbedaan signifikan dimana
realisasi lebih besar dibanding perencanaan. Pengertian efektivitas berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sector public, sehingga suatu
kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Rasio efektivtas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealiasikan PAD yang direncanakan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Semakin besar realisasi penerimaan PAD maka dapat dikatakan semakin efektif
dan begitu pula sebaliknya.
5. Rasio Keserasian
Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal.
Semakin tinggi persentasi dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti persentase belanja investasi belanja pembangunan yang digunakan untuk
menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. Menurut Abdul Halim 2001:13 belum ada patokan yang pasti berapa
besarnya rasio belanja rutin maupun pembangunan terhadap APBD yang ideal,
Universitas Sumatera Utara
karena masih sangat dipengaruhi oleh dinamisasi kegiatan pembangunan dan besarnya kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang
ditargetkan. Namun demikian, sebagai daerah di Negara yang berkembang peran pemerintah daerah untuk memacu pelaksanaan pembangunan masih relatif
besar.Oleh karena itu, rasio belanja pembangunan yang relative masih kecil perlu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan pembangunan di daerah.
Tabel 4.9 menunjukan rasio keserasian pada Pemerintah Kota Medan dari Tahun Anggaran 2005 sampai 2009. Sebagai hasilnya terdapat penurunan pada
tingkat rasio TBRTAPBD setelah adanya anggaran berbasis kinerja terutama sampai pada tahun 2007 yakni sebesar 6,21 persen sehingga dibarengi dengan
kenaikan tingkat rasio TBPTAPBD dengan jumlah yang sama. Rata-rata tiap rasio dalam pelaksanaan anggaran berbasis kinerja sebesar 80,09 persen untuk
rasio TBRTAPBD dan sebesar 19,91 persen untuk rasio TBPTAPBD. Dari perhitungan tingkat rasio secara keseluruhan terlihat bahwa sebagian
besar dana yang dimiliki Pemerintah Daerah Kota Medan masih diprioritaskan untuk kebutuhan belanja rutin sehingga rasio balanja pembangunan terhadap
APBD masih relatif kecil. Tetapi setelah adanya anggaran berbasis kinerja ada kecenderungan Pemerintah Kota Medan lebih mengurangi belanja rutinnya
walaupun masih dalam persentase kecil sehingga meningkatkan belanja pembangunannya secara rata-rata.
Tabel 4.9 Rasio Keserasian
Universitas Sumatera Utara
Pada pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja
Keterangan Tahun
Rata-rata 2005
2006 2007
2008 2009
TBRTAPBD 82.57 82.35 76.36 79.21 79.94
80.09 TBPTAPBD
17.43 17.65 23.64 20.79 20.06
19.91 Sumber: Data Olahan Penulis, 2013
Keserasian ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan
secara optimal .semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti persentase belanja pembangunan yang digunakan untuk menyediakan
sarana dan prasarana ekonomi masyarakat canderung semakin kecil. Semakin tinggi nilai rasio keserasian daerah menunjukkan rendahnya alokasi untuk
pengeluaran pembangunan.Sehingga diperkirakan kemampuan keuangan daerah rendah karena tidak mampu melakukan investasi jangka panjang dan sebagian
besar pengeluaran hanya untuk pengeluaran sehari-hari.
6.Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah
dicapai dari periode ke periode berikutnya.Dengan diketahuinya pertumbuhan untuk masing-masing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi potensi-potensi utama yang perlu mendapat perhatian.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 menunjukkan tingkat rasio pertumbuhan untuk pendapatan asli daerah, total pendapatan daerah, total belanja rutin dan total belanja pembangunan
pada Pemerintah Kota Medan Tahun Anggaran 2005-2009. Sebagai hasilnya terdapat peningkatan pendapatan asli daerah dan pertumbuhan belanja
pembangunan dengan total pertumbuhan dari tahun 2005 hingga 2009 sebesar 98.30 persen. Ini menunjukkan bahwa pada saat penerapan anggaran berbasis
kinerja pemerintah Kota Medan telah berhasil meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan proporsi belanja pembangunan sehingga dapat
dikatakan kinerja keuangan Pemerintah Kota Medan pada masa pemberlakuan anggaran berbasis kinerja telah memperlihatkan kinerja yang positif.
Tabel 4.10 Rasio Pertumbuhan
Pada Pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja
No Keterangan
Tahun
Rata-rata Pertumbuhan
2005 2006
2007 2008
2009
1 Pendapatan asli Daerah
ˉ 6.31 -1.73
9.83 8.63
5.76
2 Total Pendapatan Daerah
ˉ 15.01 19.26
2.69 7.73
11.17
3 Total Belanja Rutin
ˉ 14.92 15.58 11.40 26.05
16.99
4 Total Belanja
Pembangunan ˉ
16.67 66.69 -5.58 20.52
24.58
Sumber: Data Olahan Penulis, 2013
Rasio pertumbuhan menggambarkan seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang
Universitas Sumatera Utara
dicapai dari periode ke periode lainnya. Pertumbuhan APBD dilihat dari berbagai komponen penyusun APBD yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Total
Pendapatan Daerah, Belanja Rutin, dan Belanja Pembangunan Mahmudi, 2010:145.
Apabila semakin tinggi nilai PAD, TPD dan Belanja Pembangunan yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja Rutin, maka pertumbuhannya adalah
positif.Artinya bahwa daerah yang bersangkutan telah mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya dari periode satu ke periode
berikutnya.Selanjutnya jika semakin nilai tinggi PAD, TPD, dan Belanja Rutin yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja Pembangunan, maka
pertumbuhannya adalah negatif.Artinya bahwa daerah yang bersangkutan belum mampu mempertahankan dan meningkatkan pertmbuhannya dari periode yang
satu ke periode yang berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN