Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja SKPD Di Pemerintah Kabupaten Simalungun

(1)

PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA

DAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN KEUANGAN

DAERAH TERHADAP KINERJA SKPD

DI PEMERINTAH KABUPATEN

SIMALUNGUN

TESIS

Oleh

TUBAGUS SYAH PUTRA

087017118/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA

DAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN KEUANGAN

DAERAH TERHADAP KINERJA SKPD

DI PEMERINTAH KABUPATEN

SIMALUNGUN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

TUBAGUS SYAH PUTRA

087017118/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DAN SISTEM INFORMASI

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

TERHADAP KINERJA SKPD DI PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN

Nama Mahasiswa : Tubagus Syah Putra

Nomor Pokok : 087017118

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak) (Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 30 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak Anggota : 1. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:

Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja SKPD di Pemerintah Kabupaten Simalungun”,

adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 30 Agustus 2010 Yang membuat pernyataan,


(6)

ABSTRAK

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja SKPD telah banyak dilakukan, namun penelitian yang mengkaji tentang pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja SKPD masih relatif sedikit. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh bukti empiris apakah penerapan anggaran berbasis kinerja dan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun.

Populasi penelitian ini adalah seluruh SKPD yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun. Unit analisisnya adalah setiap pimpinan dalam hal ini kepala SKPD. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diantar langsung oleh penulis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian kualitas data dan uji asumsi klasik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik secara simultan maupun secara parsial penerapan anggaran berbasis kinerja dan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun.

Kata Kunci: Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan, Kinerja SKPD.


(7)

ABSTRACT

Research about the factors that affect the performance of work unit in local Government (SKPD) have been much undertaken, however research about affect performance budgeting to performance of SKPD in local government is not many. The objective of this research is to test empirically and analyse whether performance budgeting or information system of financial management have an effect on performance of SKPD in Government of Simalungun.

The population of this research are all of work units (SKPD) in Government of Simalungun. The unit analysis are all of the chiefs of the work units. The data collecting is done with a questionnaire which delivered directly by the researcher. Before the hypothesis testing is done, the testing of quality data is undertaken firstly.

The result of this research proves whether simultantly or partially that the performance budgeting and information system of financial management have an effect and significant on performance of SKPD in Government of Simalungun.

Keywords: Performance Budgeting, Information System of Financial Management, and Performance of SKPD.


(8)

KATA PENGANTAR

Berawal dari motivasi sang ibunda dan istri tercinta, agar penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata-2. Tadinya penulis ragu akan motivasi mereka, namun seiring berjalannya waktu dan hanya karena hidayah Allah SWT semata yang telah berkenan membukakan pintu hati penulis, akhirnya penulis memberanikan diri untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata-2.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Zat yang Maha Pembolak Balik hati manusia, yang telah memberikan rahmad, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi sekaligus dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul

“Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja SKPD di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun”.

Sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan studi pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Akuntansi pada Universitas Sumatera Utara, penyelesaian penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak, oleh karenanya dengan setulus hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak., selaku Ketua Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak., selaku Sekretaris Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

5. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA., Ak., selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

6. Ibu Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

7. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

8. Bapak dan Ibu para dosen serta seluruh pegawai pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas ilmu dan bantuan yang diberikan.

9. Rekan-rekan pengelola Sekretariat Program Magister Akuntansi, Bang Ari, Mbak Yusna, Mbak Dori dkk yang telah banyak membantu administrasi penelitian ini. 10.Kepada Pemerintah Kabupaten Simalungun beserta jajarannya, Bapak Kepala


(10)

Bapak Edwin Purba, Bapak Wilken Situmorang, Bapak Jasman Saragih, Ibu Budi Susilowati Sirait, Bapak Mulyadi Parlaungan Marpaung, beserta yang lainnya atas segala waktu dan tenaga yang diberikan sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

11.Kepada kedua orang tuaku, Ayahanda Warino dan Ibunda Mujannah serta kedua mertuaku Bapak H. Awaluddin Nasution (Alm) dan Ibu Hj. Djamilah Nasution (Almh), yang telah memberikan dorongan dan do’a serta motivasi sehingga

penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

Akhirnya penulis menghaturkan ribuan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada istriku tercinta Afrina Dewi Nasution dan para malaikat kecilku Nizam Abdul Wafiy, Hanif Maulana Irham dan Almira Syifa Syauqiah atas segala pengorbanan yang tak ternilai harganya dalam memberikan dukungan moril, materil dan spiritual dalam suka maupun duka.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Amiin.

Medan, Agustus 2010 Penulis,


(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : TUBAGUS SYAH PUTRA

2. Tempat/Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 10 November 1977

3. Alamat : Jalan Sunggal Komplek BPKP No. 121 Medan 4. No. Telepon : 08126333055

5. Agama : Islam

6. Jenis Kelamin : Laki-laki

7. Pekerjaan : PNS pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Prov. Sumatera Utara

8. Status : Menikah

Nama Istri : Afrina Dewi Nasution

Nama Anak : 1. Nizam Abdul Wafiy (7 tahun) 2. Hanif Maulana Irham (6 tahun) 3. Almira Syifa Syauqiah (9 bulan)

9. Nama Ayah : Warino

Nama Ibu : Mujannah

10.Pendidikan :

a. SD Negeri No. 122336 Kota Pematangsiantar lulus tahun 1989. b. SMP Negeri 4 Kota Pematangsiantar lulus tahun 1992.

c. SMEA Negeri Kota Pematangsiantar lulus tahun 1995. d. Diploma 3 (D3) STAN lulus tahun 1998.

e. Sarjana (S1) Universitas Medan Area lulus tahun 2004. 11.Riwayat Pekerjaan :

a. 1998 – 2002 : PNS pada BPKP Perwakilan Jambi.

b. 2002 – sekarang : PNS pada BPKP Perwakilan Sumatera Utara.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT....... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI...……… vii

DAFTAR TABEL....………... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN….……….. xii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1. Latar Belakang Penelitian…...……… 1

1.2. Rumusan Masalah Penelitian....…...……… 9

1.3. Tujuan Penelitian...………. 9

1.4. Manfaat Penelitian...…..……….………… 10

1.5. Originalitas Penelitian……….. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA….……….. 12

2.1. Landasan Teori……….. 12

2.1.1. Anggaran Berbasis Kinerja……… 12

2.1.2. Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah……. 15

2.1.3. Kinerja SKPD………. 17

2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu..……… 21

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS……….. 25

3.1. Kerangka Konsep……….. 25


(13)

BAB IV METODE PENELITIAN…..………. 28

4.1. Jenis Penelitian….………. 28

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian….………... 28

4.3. Populasi dan Sampel………. 28

4.4. Metode Pengumpulan Data……….. 29

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel…….. 31

4.5.1. Variabel Penelitian….……… 31

4.5.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel..……. 31

4.6. Model Penelitian….……….. 35

4.7. Metode Analisis Data……… 35

4.7.1. Uji Validitas dan Reliabilitas………. 35

4.7.2. Uji Asumsi Klasik….………. 36

4.7.2.1. Uji Normalitas………. 36

4.7.2.2. Uji Multikolinieritas………. 37

4.7.2.3. Uji Heteroskedastisitas…...………. 37

4.7.3. Pengujian Hipotesis... 38

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN………. 39

5.1. Deskripsi Data... 39

5.1.1. Deskripsi Lokasi... 40

5.1.2. Karakteristik Penelitian... 41

5.2. Analisis Data... 43

5.2.1. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data………. 43

5.2.1.1. Uji Validitas... 43

5.2.1.2. Uji Reliabilitas... 45

5.3. Deskripsi Hasil Penelitian... 46

5.3.1. Variabel Anggaran Berbasis Kinerja... 46 5.3.2. Variabel Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan

Daerah...

48


(14)

5.3.3. Variabel Kinerja SKPD... 49

5.4. Pengujian Asumsi Klasik... 51

5.4.1. Pengujian Normalitas... 52

5.4.2. Pengujian Multikolinearitas... 54

5.4.3. Pengujian Heteroskedastisitas... 54

5.5. Pengujian Hipotesis... 56

5.5.1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan... 56

5.5.2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial……… 57

5.5.3. Analisis Koefisien Determinasi (R2)….………. 58

5.5.4. Hasil Persamaan Regresi……… 60

5.6. Pembahasan…... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN…...………. 70

6.1. Kesimpulan... 70

6.2. Keterbatasan Penelitian... 71

6.3. Saran... 71

DAFTAR PUSTAKA...……… 72


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya... 24

4.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 34

5.1 Distribusi Kuesioner... 40

5.2 Tingkat Pendidikan Responden... 41

5.3 Pangkat/Golongan Responden... 41

5.4 Lama Bekerja Responden... 42

5.5 Kursus/Diklat/Bimtek di Bidang Pengelolaan Keuangan... 42

5.6 Uji Validitas Variabel... 44

5.7 Uji Reliabilitas Variabel... 46

5.8 Deskripsi Statistik Variabel Anggaran Berbasis Kinerja... 47

5.9 Deskripsi Statistik Variabel Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah... 48 5.10 Deskripsi Statistik Variabel Kinerja SKPD... 50

5.11 Deskripsi Statistik Seluruh Variabel... 51

5.12 Pengujian Kolmogorov-Smirnov... 53

5.13 Hasil Pengujian Multikolinearitas... 54

5.14 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji F…... 57

5.15 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji t…... 58


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konseptual... 25 5.1 Pengujian Normalitas Data…..………... 53 5.2 Grafik Scatter Plot Pengujian Heteroskedastisitas...………… 55


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Daftar Pertanyaan... 75

2 Tabulasi Data Kuesioner……….. 80

3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variable…..……… 82

4 Deskriptif Statistik…..……… 84

5 Hasil Pengujian Normalitas Data………. 86

6 Hasil Pengujian Multikolinearitas…..………. 87

7 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas…..………. 88

8 Hasil Pengujian Hipótesis…..………. 89


(18)

ABSTRAK

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja SKPD telah banyak dilakukan, namun penelitian yang mengkaji tentang pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja SKPD masih relatif sedikit. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh bukti empiris apakah penerapan anggaran berbasis kinerja dan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun.

Populasi penelitian ini adalah seluruh SKPD yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun. Unit analisisnya adalah setiap pimpinan dalam hal ini kepala SKPD. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diantar langsung oleh penulis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian kualitas data dan uji asumsi klasik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik secara simultan maupun secara parsial penerapan anggaran berbasis kinerja dan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun.

Kata Kunci: Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan, Kinerja SKPD.


(19)

ABSTRACT

Research about the factors that affect the performance of work unit in local Government (SKPD) have been much undertaken, however research about affect performance budgeting to performance of SKPD in local government is not many. The objective of this research is to test empirically and analyse whether performance budgeting or information system of financial management have an effect on performance of SKPD in Government of Simalungun.

The population of this research are all of work units (SKPD) in Government of Simalungun. The unit analysis are all of the chiefs of the work units. The data collecting is done with a questionnaire which delivered directly by the researcher. Before the hypothesis testing is done, the testing of quality data is undertaken firstly.

The result of this research proves whether simultantly or partially that the performance budgeting and information system of financial management have an effect and significant on performance of SKPD in Government of Simalungun.

Keywords: Performance Budgeting, Information System of Financial Management, and Performance of SKPD.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, yang merupakan limpahan Pemerintah Pusat kepada Daerah. Meskipun demikian, urusan pemerintahan tertentu seperti politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter dan fiskal nasional masih diatur Pemerintah Pusat.

Pendelegasian kewenangan tersebut disertai dengan penyerahan dan pengalihan pendanaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia (SDM) dalam kerangka Desentralisasi Fiskal. Pendanaan kewenangan yang diserahkan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mendayagunakan potensi keuangan daerah sendiri dan mekanisme perimbangan keuangan Pusat-Daerah dan antar Daerah. Kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri dilakukan dalam wadah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sumber utamanya adalah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Sedangkan pelaksanaan perimbangan keuangan dilakukan melalui Dana Perimbangan yang terdiri atas Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus (Undang-Undang No. 33 Tahun 2004).


(21)

Dengan adanya kewenangan yang lebih besar dalam pelaksanaan otonomi ini, pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu hal yang harus dilakukan secara transparan dan akuntabel yang selalu berpedoman kepada kaidah-kaidah yang ditetapkan dalam regulasi yang mengatur mengenai keuangan daerah (Baridwan, 2003).

Anggaran Daerah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Sebagai instrumen kebijakan, Anggaran Daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. Anggaran Daerah digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta alat koordinasi bagi semua aktivitas berbagai unit kerja.

Struktur APBD yang berlaku pada masa sebelum munculnya regulasi mengenai otonomi daerah disusun masih menggunakan pendekatan incremental dan

line item. Cara penyusunan anggaran seperti ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggungjawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja


(22)

namun jika anggaran tersebut defisit atau minus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal. Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan dengan hasil dari pelayanan.

Pendekatan incremental menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar dalam menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan dengan jumlah atau persentase tertentu tanpa menggunakan alasan yang lebih rasional. Pendekatan seperti ini tidak saja belum menjamin terpenuhinya kebutuhan riil, namun juga bisa mengakibatkan kesalahan yang terus berlanjut, karena tidak diketahui apakah pengeluaran periode sebelumnya yang dijadikan dasar penyusunan anggaran sudah didasarkan kepada kebutuhan yang wajar atau tidak. Pendekatan line item, yaitu perancangan anggaran yang didasarkan “item” yang telah ada di masa lalu.

Pendekatan ini tidak memungkinkan pemerintah daerah untuk menghilangkan satu atau lebih item pengeluaran yang telah ada, sekalipun keberadaan item pengeluaran tersebut secara riil tidak lagi dibutuhkan oleh unit kerja yang bersangkutan. Konsekuensi logis dari kedua pendekatan ini adalah terjadinya overfinancing atau

underfinancing pada suatu unit kerja. Dalam situasi seperti ini banyak layanan publik yang dijalankan secara tidak ekonomis, tidak efisien dan tidak efektif serta kurang sesuai dengan kebutuhan publik. Di samping itu, pendekatan penganggaran

incremental dan line item tidak menghasilkan laporan pertanggungjawaban yang dapat memenuhi tuntutan reformasi.


(23)

Dengan berlakunya UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 jo UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 33 Tahun 2004, maka selain dilakukan reformasi anggaran daerah juga dilakukan reformasi dalam pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah. Reformasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan pola penganggaran berbasis kinerja dan laporan pertanggungjawaban yang juga bersifat kinerja. Melalui sistem penganggaran berbasis kinerja ini penetapan besarnya alokasi anggaran daerah lebih mempertimbangkan nilai uang (value for money) dan nilai uang yang mengikuti fungsi (money follow function) sesuai dengan kebutuhan riil setiap unit kerja. Hal ini karena APBD merupakan penjabaran kuantitatif dari program kebijakan serta usaha pembangunan yang dituangkan dalam bentuk aktivitas yang dimiliki oleh unit kerja terkecil sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah dibebankan dalam setiap tahun. Dengan menggunakan anggaran berbasis kinerja maka setiap pemerintah daerah akan diketahui kinerjanya. Kinerja ini akan tercermin pada laporan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan prestasi kerja satuan kerja pemerintah daerah (SKPD).

Penyusunan APBD berbasis prestasi kerja atau kinerja dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antarsusunan pemerintahan. Dalam penyelenggaraannya,


(24)

pemerintah daerah dituntut lebih responsif, transparan, dan akuntabel terhadap kepentingan masyarakat (Mardiasmo, 2006).

Berkenaan dengan pengelolaan keuangan daerah, pemerintah telah mengeluarkan regulasi berupa Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Lebih lanjut Menteri Dalam Negeri menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 kemudian disempurnakan dengan terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007.

Pengelolaan keuangan daerah yang dimulai dengan penyusunan anggaran, kemudian pelaksanaan dan penatausahaan, perubahan anggaran, pertanggungjawaban serta akuntansi dan pelaporan mengalami perubahan yang fundamental dibanding dengan regulasi yang berlaku sebelumnya. Diantara perubahan tersebut adalah dilimpahkannya sebagian mekanisme pengelolaan keuangan di Badan/Biro/Bagian Keuangan kepada SKPD. Lingkup penatausahaan keuangan yang dilimpahkan diantaranya pengujian Surat Permintaan Pembayaran (SPP) baik, Uang Persediaan (UP), Ganti Uang (GU), Tambahan Uang (TU) maupun Langsung (LS) serta penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM). Selain itu terjadi perubahan yang terkait dengan laporan-laporan yang harus dibuat para pengelola keuangan (bendahara, pejabat penatausahaan keuangan SKPD, pejabat pelaksana teknis kegiatan) serta diharuskannya proses akuntansi berupa jurnal dan buku besar dalam menghasilkan


(25)

laporan keuangan masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Dengan demikian dapat dipastikan bahwa tugas para pengelola keuangan jauh lebih banyak dan rumit dibandingkan dengan peraturan sebelumnya.

Dengan semakin banyak dan rumitnya tugas para pengelola keuangan daerah, kebutuhan akan penggunaan teknologi informasi adalah suatu keharusan. Dengan penggunaan teknologi informasi, tugas-tugas para pengelola keuangan daerah akan semakin terbantu dan dapat menghasilkan formulir-formulir maupun laporan-laporan yang dibutuhkan oleh pimpinan SKPD secara akurat dan tepat waktu. Penggunaan teknologi informasi di dalam pengelolaan keuangan daerah telah diakomodir dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 225 yang memperkenankan dipergunakannya aplikasi komputer dalam mengelola keuangan daerah sehingga dapat menghasilkan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah.

Terkait dengan prestasi kerja, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 mengamanatkan untuk dilakukan penilaian atas prestasi kerja dengan menggunakan tolok ukur, indikator dan target kinerja. Hasil akhir atas penilaian kinerja adalah capaian-capaian kinerja yang diformulasikan dalam bentuk ekonomis, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomis dan efisiensi terkait dengan pelaksanaan suatu kegiatan, sedangkan efektivitas akan selalu terkait dengan pelaksanaan suatu program. Tanggung jawab untuk menyajikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan suatu kegiatan ada pada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pelaksanaan evaluasi kinerja dengan menggunakan indikator ekonomis, efisiensi dan efektivitas belum sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Evaluasi kinerja dengan


(26)

menggunakan istilah ekonomis, efisiensi dan efektivitas sering disebut sebagai value for money.

Ketiga istilah tersebut berkaitan erat dengan implementasi anggaran berbasis kinerja. Lebih jauh istilah tersebut digunakan untuk menyusun pelaporan kinerja dan melakukan evaluasi kinerja. PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan peraturan yang mengatur lebih jauh mengenai bagaimana pemerintah daerah menggunakan ketiga istilah di atas. Terkait dengan peraturan tersebut, Pemerintah Kabupaten Simalungun tidak bisa melepaskan kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang ada. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Simalungun tentu melaksanakan penganggaran berbasis kinerja.

Penyusunan Rancangan APBD di Pemerintah Kabupaten Simalungun dimulai dengan disusunnya RKA-SKPD terlebih dahulu oleh setiap SKPD yang ada setelah memperoleh batasan pagu anggaran untuk setiap SKPD atas program dan kegiatan yang diusulkan pada tahun bersangkutan. Batasan pagu anggaran yang harus ditaati oleh setiap SKPD adalah sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen KUA dan PPAS yang telah disepakati bersama antara eksekutif dan legislatif. Bappeda sebagai satuan kerja perencanaan pembangunan daerah memiliki peran yang sangat sentral dalam penentuan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan bagi setiap SKPD, hal ini dikarenakan harus diselaraskannya antara usulan program dan kegiatan setiap SKPD dengan prioritas pembangunan daerah sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen perencanaan daerah baik yang ada di dokumen Rencana Kerja Pemerintah


(27)

Daerah (RKPD) maupun yang ada di dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Pemerintah Kabupaten Simalungun juga telah membangun dan mengembangkan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah yang berbasis komputer yang disebut dengan Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah sejak tahun 2008. Dari aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah ini, setiap pimpinan SKPD dapat memperoleh data dengan cepat berupa berapa besar persentase penyerapan dana masing-masing kegiatan pada masing-masing SKPD dari waktu ke waktu. Dari aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah ini diperoleh informasi penyerapan dana secara keseluruhan untuk Pemerintah Kabupaten Simalungun pada tahun anggaran 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 95,65%; dan 97,27%.

Pengamatan awal yang dilakukan peneliti di Pemerintah Kabupaten Simalungun menunjukkan bahwa penetapan APBD Tahun Anggaran 2009 menjadi Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Simalungun ditetapkan pada bulan Maret 2009 dan pengiriman Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun 2009 kepada Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK-RI) pada bulan Mei 2010. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, bahwa penetapan APBD menjadi Perda APBD selambat-lambatnya pada bulan Desember sebelum Tahun Anggaran yang bersangkutan dilaksanakan, dan penyampaian LKPD kepada BPK-RI selambat-lambatnya tiga bulan setelah Tahun Anggaran yang berkenaan selesai.


(28)

Keterlambatan penetapan APBD Tahun Anggaran 2009 belum sesuai dengan tujuan penerapan anggaran berbasis kinerja yang menghendaki penyusunan dan penetapan APBD dapat tepat waktu, begitu juga halnya keterlambatan penyelesaian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2009 belum sesuai dengan tujuan dibangunnya sistem informasi pengelolaan keuangan daerah yang menghendaki penyusunan dan penerbitan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dapat tepat waktu.

Keterlambatan penetapan Perda APBD Tahun Anggaran 2009 dan keterlambatan penyampaian LKPD Tahun 2009 kepada BPK-RI tersebut memotivasi peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk membuktikan apakah Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) mempengaruhi Kinerja SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Apakah Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja

dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) berpengaruh terhadap Kinerja SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan


(29)

menganalisis pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) terhadap Kinerja SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam akuntansi sektor publik khususnya tentang pengelolaan keuangan daerah.

b. Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan khususnya dalam peningkatan kinerja SKPD yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun sehingga dapat melakukan perbaikan dan pembenahan dalam penyusunan anggaran maupun pengelolaan keuangan daerah kedepan.

c. Bagi akademisi dan peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian tentang pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja SKPD masih sedikit dilakukan. Salah satu diantaranya adalah Yusriati (2008). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh


(30)

Yusriati (2008). Yusriati telah melakukan penelitian tentang ‘Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal’, dengan variabel independen berupa ‘Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja’ dan variabel dependen berupa ‘Kinerja SKPD’.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusriati (2008) adalah adanya penambahan variabel independen baru berupa ‘Sistem

Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD)’, di samping itu peneliti juga mengambil tempat pada kabupaten lainnya di Sumatera Utara yaitu Kabupaten Simalungun.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran Berbasis Kinerja adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada ‘output’ organisasi dan berkaitan sangat erat terhadap Visi, Misi dan Rencana Strategis organisasi. Anggaran Berbasis Kinerja mengalokasikan sumberdaya pada program bukan pada unit organisasi semata dan memakai ‘output measurement

sebagai indikator kinerja organisasi (Bastian, 2006).

Anggaran Berbasis Kinerja pada pemerintah daerah pertama sekali digulirkan dengan terbitnya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 yang berisi panduan untuk membuat anggaran kinerja, pelaksanaan anggaran sampai dengan pelaporan pelaksanaan anggaran. Regulasi ini kemudian disempurnakan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan terakhir dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 sebagai penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, maka penyusunan APBD dilakukan dengan mengintegrasikan program dan kegiatan masing-masing satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan di dalam dokumen perencanaan. Dengan demikian tercipta sinergi


(32)

dan rasionalitas yang tinggi dengan mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas. Hal tersebut juga untuk menghindari duplikasi rencana kerja serta bertujuan untuk meminimalisasi kesenjangan antara target dengan hasil yang dicapai berdasarkan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan.

Penganggaran berbasis kinerja ini berfokus pada efisiensi penyelenggaraan suatu aktivitas atau kegiatan. Efisiensi itu sendiri adalah perbandingan antara output

dengan input. Suatu aktivitas dikatakan efisien, apabila output yang dihasilkan lebih besar dengan input yang sama, atau output yang dihasilkan adalah sama dengan input

yang lebih sedikit. Anggaran ini tidak hanya didasarkan pada apa yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi pada sistem anggaran tradisional, tetapi juga didasarkan pada tujuan/rencana tertentu yang pelaksanaannya perlu disusun atau didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dan terukur juga penggunaan biaya tersebut harus efisien dan efektif.

Berbeda dengan penganggaran dengan pendekatan tradisional, penganggaran dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi output. Jadi, apabila kita menyusun anggaran dengan pendekatan kinerja, maka mindset kita harus fokus pada "apa yang ingin dicapai". Kalau fokus ke "output", berarti pemikiran tentang "tujuan" kegiatan harus sudah tercakup di setiap langkah ketika menyusun anggaran. Sistem ini menitikberatkan pada segi penatalaksanaan sehingga selain efisiensi penggunaan dana juga hasil kerjanya diperiksa. Jadi, tolok ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan atau hasil anggaran dengan


(33)

menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan.

Penyusunan APBD berbasis kinerja dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan. Dalam penyelenggaraannya, pemerintah daerah dituntut lebih responsif, transparan, dan akuntabel terhadap kepentingan masyarakat (Mardiasmo, 2006).

Indikator kinerja yang ditetapkan dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja meliputi masukan (input), keluaran (output) dan (outcome). Masukan (input)

adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini merupakan tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat atau besaran sumber-sumber dana, sumber daya manusia, material, waktu, teknologi, dan sebagainya yang digunakan untuk melaksanakan program atau kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumber daya, suatu organisasi dapat menganalisis apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana strategik yang telah ditetapkan.

Keluaran (output) adalah produk berupa barang atau jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan masukan yang digunakan. Indikator keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang


(34)

dapat berupa fisik dan/atau non fisik. Dengan membandingkan indikator keluaran organisasi dapat menganalisis sejauh mana kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana. Indikator keluaran hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karenanya indikator keluaran harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan instansi.

Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Indikator hasil adalah sesuatu manfaat yang diharapkan diperoleh dari keluaran. Tolok ukur ini menggambarkan hasil nyata dari keluaran suatu kegiatan. Pada umumnya para pembuat kebijakan paling tertarik pada tolok ukur hasil dibandingkan dengan tolok ukur lainnya. Namun untuk mengukur indikator hasil, informasi yang diperlukan seringkali tidak lengkap dan tidak mudah diperoleh. Oleh karenanya setiap organisasi perlu mengkaji berbagai pendekatan untuk mengukur hasil dari keluaran suatu kegiatan.

2.1.2. Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah

Sistem informasi merupakan seperangkat komponen yang saling berhubungan yang berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan dan pengawasan dalam organisasi baik dilakukan secara manual maupun dengan bantuan komputer (Laudon dan Laudon, 2000).


(35)

Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.

Sistem informasi pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu sistem yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk memperoleh informasi tentang pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Sistem informasi pengelolaan keuangan daerah diperlukan oleh pemerintah daerah sebagai salah satu alat untuk melakukan monitoring dan evaluasi pengelolaan keuangan setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang ada pada pemerintahan daerah. Dari sistem informasi pengelolaan keuangan daerah, pimpinan SKPD dapat memonitor sudah sejauhmana suatu program atau kegiatan telah terlaksana, sudah seberapa besar penyerapan dana atas program atau kegiatan yang telah dilakukan sehingga dapat dinilai apakah program atau kegiatan yang dilakukan sudah ekonomis, efisien dan efektif. Hasil akhir dari sistem informasi pengelolaan keuangan daerah dapat berupa formulir-formulir yang dibutuhkan para pengelola keuangan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) antara lain laporan berkala maupun laporan tahunan.

Banyak peneliti Winfield (1978), Chang and Mos (1985), Boyne and Law

(1991) telah mengemukakan pentingnya laporan tahunan sebagai alat memperkuat akuntabilitas. Marston and Shrives (1991) menyimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan dokumen yang paling komprehensif yang tersedia bagi publik dan sebagai alat pengungkap utama. Parker (1982) menekankan pentingnya laporan


(36)

tahunan sebagai media komunikasi masa meski laporan tahunan bukanlah satu-satunya sumber informasi tentang kinerja organisasi, namun masih dipandang sebagai sumber penting karena luas cakupan dan ketersediaannya. Informasi yang dikomunikasikan kepada stakeholder melalui laporan tahunan adalah fokus dari riset yang merupakan seperangkat alat dalam kerangka kerja akuntabilitas publik (Coy et al, 2002; Hooks et al, 2002).

Zimmerman ( 1997) menyatakan bahwa fungsi Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan dalam organisasi adalah: (a) memfasilitasi pembuatan keputusan (manajemen keputusan), dan (b) mengontrol perilaku.

2.1.3. Kinerja SKPD

Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur (Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 1).

Kinerja mengacu pada suatu hasil yang dicapai atas kerja atau kegiatan yang telah dilakukan. Dalam konteks pemerintahan, kinerja akan dinilai sebagai suatu prestasi manakala dalam melaksanakan suatu kegiatan dilakukan dengan mendasarkan pada peraturan yang berlaku, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Yusriati, 2008).

Dengan demikian, ukuran kinerja dalam anggaran memberikan dorongan kepada para pelaksana anggaran untuk dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai ukuran kinerja yang ditetapkan. Kegagalan dalam pencapaian kinerja menjadi satu ukuran untuk melakukan perbaikan pada masa yang akan datang. Sementara


(37)

keberhasilan atas kinerja membutuhkan suatu penghargaan untuk dapat meningkatkan produktivitas serta untuk mendapatkan dukungan publik terhadap pemerintah.

Definisi yang dirumuskan oleh beberapa peneliti mengenai pengukuran kinerja cukup beragam, namun tetap bermuara pada satu kesepakatan bahwa dengan mengukur kinerja maka proses pertanggungjawaban pengelola atas segala kegiatannya kepada stakeholders dapat lebih obyektif. Hatry (1999) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai pengukuran hasil dan efisiensi jasa atau program berdasarkan basis regular (tetap, teratur).

Dalam konteks pengukuran kinerja untuk instansi pemerintah, Whittaker (1995) mendefinisikan sebagai suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas dalam menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan (program) sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah. Sejalan dengan itu, Smith (1996) menyatakan bahwa sistem pengukuran kinerja dapat membantu pengelola dalam memonitor implementasi strategi organisasi dengan cara membandingkan antara hasil (output) aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Dengan kata lain, pengukuran kinerja merupakan suatu metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Flynn (1997) manfaat pengukuran dan manajemen kinerja terutama adalah untuk meningkatkan akuntabilitas dan untuk menyediakan jasa publik secara lebih baik. Pengertian akuntabilitas lebih luas dari proses untuk menunjukkan


(38)

bagaimana penggunaan dana publik. Konsep akuntabilitas mencakup juga proses untuk menunjukkan apakah dana publik telah digunakan secara efisien dan efektif. Pada dasarnya, akuntabilitas adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Schiavo-Campo and Tomasi, 1999). Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus dapat menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik yaitu hak-hak untuk tahu, hak untuk diberi informasi, dan hak untuk didengar aspirasinya.

Wayne C. Parker (1996) menyebutkan lima manfaat adanya pengukuran kinerja suatu entitas pemerintahan, yaitu: (1) Pengukuran kinerja meningkatkan mutu pengambilan keputusan, (2) Pengukuran kinerja meningkatkan akuntabilitas internal, (3) Pengukuran kinerja meningkatkan akuntabilitas publik, (4) Pengukuran kinerja mendukung perencanaan stategi dan penetapan tujuan, dan (5) Pengukuran kinerja memungkinkan suatu entitas untuk menentukan penggunaan sumber daya secara efektif.

Fokus pengukuran kinerja pada awalnya adalah pada pengukuran tingkat efisiensi. Hal tersebut berhubungan erat dengan obyek pembahasan pada awalnya yaitu pengukuran kinerja kegiatan usaha swasta. Ketika kesadaran para pegambil kebijakan muncul bahwa kegiatan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah seharusnya juga dapat diukur efisiensi dan efektivitasnya, maka pembahasan yang intensif mengenai pengukuran kinerja pemerintah dimulai. Meskipun demikian,


(39)

masalah muncul ketika disadari bahwa untuk pelayanan publik banyak sekali hal-hal yang bersifat kualitatif.

Mengukur kinerja kegiatan suatu organisasi dapat mencerminkan baik tidaknya pengelolaan organisasi yang bersangkutan. Pengelola suatu organisasi perlu mengetahui apakah kegiatan pelayanan yang mereka berikan sudah memenuhi prinsip-prinsip ekonomis, efisien dan efektif. Hal ini merupakan wujud pertanggungjawaban pengelola kepada para stakeholders. Pengelola bertanggung jawab tidak hanya sebatas pelayanan fisik, melainkan lebih dari itu, yaitu pada pengelolaan usaha yang baik.

Selanjutnya, Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa kinerja mencerminkan ekonomis, efisiensi dan efektifnya suatu pelayanan publik. Pengertian ekonomis adalah perbandingan input dengan output value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomis terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya. Pengertian efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan dan sasaran yang harus dicapai. Kegiatan


(40)

operasional dapat dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan.

2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Dalam melakukan proses pengelolaan keuangan daerah, masing-masing SKPD sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 merupakan pengguna anggaran dan melakukan tugas antara lain dari proses perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan penatausahaan anggaran, akuntansi dan pelaporan, serta pertanggungjawaban. Peran dan fungsi SKPD menjadi sangat penting karena sebagai pengguna anggaran tiap SKPD melakukan hampir seluruh siklus pengelolaan keuangan daerah selain pengawasan dan pemeriksaan. Terbitnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 yang menetapkan bahwa APBD harus disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja membuat SKPD sebagai unit pengguna anggaran dituntut untuk dapat mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD) yang benar-benar baik, artinya sesuai dengan kebutuhan, ekonomis, efisien, dan efektif.

Penelitian tentang pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja SKPD masih sangat sedikit dilakukan. Mahfatik (1997) melakukan penelitian dengan judul “Pengukuran Kinerja Pemda, Studi Kasus pada Kabupaten Sleman”,

dengan variabel independen ‘Pengeluaran Pemerintah’ dan variabel dependen ‘Kinerja SKPD’ menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah pada setiap kategori infrastruktur cenderung lebih besar dari kebutuhannya dan kinerja yang dihasilkan


(41)

oleh pengeluaran Pemerintah Kabupaten Sleman untuk infrastruktur masih memberikan kelemahan dan ancaman pada tugas pokok dan fungsi unit kerja yang menangani.

Priyono (2003) telah melakukan penelitian dengan judul “Implementasi

Model Pengukuran Kinerja SKPD Kabupaten Purworejo”, menyimpulkan model

pengukuran kinerja mudah dilaksanakan, namun memerlukan SDM yang memadai dan harus didukung dengan dana yang memadai.

Tuasikal (2007) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pemahaman Sistem

Akuntansi dan Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja SKPD. (Studi pada Kab. Maluku Tengah di Provinsi Maluku)”, dengan variabel independen ‘Pemahaman Sistem Akuntansi keuangan daerah dan Pengelolaan Keuangan Daerah’ dan variabel

dependen ‘Kinerja SKPD’ menyimpulkan secara simultan pemahaman mengenai

sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja perangkat daerah.

Yusriati (2008), meneliti “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja

terhadap Kinerja SKPD di Pemkab. Mandailing Natal”, dengan variabel independen ‘Anggaran Berbasis Kinerja’ dan variabel dependen ‘Kinerja SKPD’ menyimpulkan

ada pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja SKPD, disisi lain penerapan anggaran berbasis kinerja di SKPD yang ada di Pemkab. Mandailing Natal masih relatif rendah.

Julianto (2009), meneliti “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja


(42)

‘Anggaran Berbasis Kinerja’ dan variabel dependen ‘Kinerja SKPD’ menyimpulkan

ada pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja SKPD di Pemko Tebing Tinggi.

Arif Yulianto dan Asrori (2009), meneliti “Model Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah Berbasis Partisipasi Pengguna untuk Meningkatkan Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah pada Kabupaten Demak”, dengan variabel

independen “Sistem Informasi Akutansi Pemerintahan Daerah” dan variabel dependen “Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah” menyimpulkan bahwa Sistem

Akuntansi Pemerintahan Daerah meningkatkan Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah.

Masih sedikitnya penelitian yang dilakukan tentang pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja SKPD memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menambahkan satu variabel independen baru berupa

‘Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD)’.

Tinjauan atas penelitian terdahulu berupa nama peneliti, tahun penelitian, variabel yang digunakan serta hasil penelitiannya dapat dilihat seperti pada Tabel 2.1 berikut ini:


(43)

Tabel 2.1. Hasil Penelitian Sebelumnya

No. Peneliti

(Tahun) Judul Variabel Hasil Penelitian

1. Mahfatik (1997)

Pengukuran Kinerja Pemda,

Studi Kasus pada

Kabupaten Sleman.

Pengeluaran Pemerintah dan Kinerja SKPD

Pengeluaran pemerintah pada setiap kategori infrastruktur cenderung lebih besar dari kebutuhannya dan kinerja yang dihasilkan oleh pengeluaran Pemerintah Kabupaten Sleman untuk infrastruktur masih memberikan kelemahan dan ancaman pada tugas pokok dan fungsi unit kerja yang menangani.

2. Priyono (2003)

Implementasi Model

Pengukuran Kinerja SKPD Kabupaten Purworejo.

Kinerja SKPD Mudah dilaksanakan, namun

memerlukan SDM yang

memadai dah harus didukung dengan dana yang memadai. 3. Tuasikal

(2007)

Pengaruh Pemahaman

Sistem Akuntansi dan

Pengelolaan Keuangan

Daerah terhadap Kinerja SKPD (Studi pada Kab. Maluku Tengah di Provinsi Maluku). Pemahaman Sistem Akuntansi keuangan daerah, Pengelolaan Keuangan

Daerah dan

Kinerja SKPD

Secara simultan pemahaman mengenai sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja perangkat daerah.

4. Yusriati (2008)

Pengaruh Penerapan

Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja SKPD di Pemkab. Mandailing Natal.

Anggaran Berbasis Kinerja

dan Kinerja

SKPD

Ada pengaruh penerapan

anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja SKPD, disisi lain penerapan anggaran berbasis kinerja di SKPD yang ada di Pemkab, Mandailing Natal masih relatif rendah.

5. Julianto (2009)

Pengaruh Penerapan

Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja SKPD di Pemko Tebing Tinggi.

Anggaran Berbasis Kinerja

dan Kinerja

SKPD

Ada pengaruh penerapan

anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja SKPD di Pemko Tebing Tinggi.

6. Arif

Yulianto dan Asrori (2009)

Model Pengembangan

Sistem Akuntansi Pemerin-tahan Daerah Berbasis Partisipasi Pengguna untuk

Meningkatkan Kinerja

Pengelolaan Keuangan

Daerah pada Kabupaten Demak.

Sistem Akuntansi Pemerintahan

Daerah dan

Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah

Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah meningkatkan Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah.


(44)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konsep akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu antara variabel bebas dengan variabel terikat (Erlina, 2008).

Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian sebagaimana dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Anggaran Berbasis Kinerja

(X1)

Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan

Daerah (X2)

Kinerja SKPD (Y)


(45)

Anggaran Berbasis Kinerja adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada ‘output’ organisasi dan berkaitan sangat erat terhadap Visi, Misi dan Rencana

Strategis organisasi. Anggaran Berbasis Kinerja mengalokasikan sumberdaya pada program bukan pada unit organisasi semata dan memakai ‘output measurement

sebagai indikator kinerja organisasi (Bastian, 2006).

Berdasarkan pengertian anggaran berbasis kinerja menurut Bastian tersebut, komponen-komponen visi, misi dan recana strategis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari anggaran berbasis kinerja. Begitu juga halnya dengan penetapan indikator-indikator pencapaian kinerja berupa indikator input (masukan), output

(keluaran) dan outcome (hasil) pastilah telah ditetapkan di dalam dokumen penganggaran yaitu pada Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-SKPD). Dengan demikian penyusunan anggaran berbasis kinerja membutuhkan suatu sistem administrasi publik yang telah ditata dengan baik, konsisten dan terstruktur sehingga kinerja organisasi dapat dicapai berdasarkan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan.

Evaluasi pencapaian kinerja SKPD secara berkala diperlukan bagi setiap pimpinan SKPD. Hal ini diperlukan agar pimpinan SKPD dapat segera mengambil langkah-langkah sehingga target kinerja yang telah ditetapkan dapat dicapai tepat waktu. Dalam melakukan evaluasi pencapaian kinerjanya, pimpinan SKPD perlu dengan cepat mengetahui sejauhmana suatu kegiatan atau program telah terlaksana. Untuk dapat mengetahui dengan cepat apakah suatu kegiatan telah terlaksana dan sudah seberapa besarkah penyerapan dana atas pelaksanaan kegiatan dimaksud, diperlukan suatu sistem informasi pengelolaan keuangan daerah pada setiap SKPD


(46)

dengan berbasis komputerisasi. Dari sistem informasi pengelolaan keuangan daerah ini pula pimpinan SKPD akan dapat mengetahui apakah pelaksanaan tupoksinya telah berjalan dengan ekonomis, efisien maupun efektif.

Dalam penelitiannya yang berjudul ‘Model Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah Berbasis Partisipasi Pengguna untuk Meningkatkan Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah’, Arif Yulianto dan Asrori (2009) menyimpulkan

bahwa Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah meningkatkan Kinerja Keuangan Daerah.

Berdasarkan konsep tersebut di atas, peneliti menduga bahwa Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja (X1) dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (X2) yang merupakan variabel independen baik secara simultan maupun secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja SKPD (Y) sebagai variabel dependen di Pemerintah Kabupaten Simalungun.

3.2. Hipotesis Penelitian

Menurut Kuncoro (2003), hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun oleh peneliti, yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang akan dilakukan.

Hipotesis yang dirumuskan berdasarkan uraian sebelumnya adalah: ‘Ada pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja SKPD baik secara simultan maupun parsial di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun’.


(47)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang direncanakan adalah penelitian kausal dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kausal berguna untuk mengukur hubungan antara variabel riset, atau untuk menganalisis bagaimana pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya (Umar, 2003). Penelitian ini menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada jajaran SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun, dengan jangka waktu penelitian dari bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Juli 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2007).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pimpinan/kepala SKPD yang ada di Pemerintahan Kabupaten Simalungun. Dengan jumlah SKPD sebanyak 66 unit


(48)

yang terdiri dari 2 Sekretariat, 19 Dinas, 7 Badan, 1 Inspektorat, 2 RSU, 3 Kantor, 1 Satuan dan 31 Kecamatan maka populasi penelitian ini sebanyak 66 orang.

Dalam penelitian ini, yang menjadi sampel adalah responden yang mengembalikan kuesioner yaitu sebanyak 62 kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan dalam satu tahap dengan jangka waktu selama 2 minggu, setelah waktu yang ditentukan selesai, maka penulis kembali mendatangi SKPD yang bersangkutan untuk mengambil hasil pengisian kuesioner. Dari 66 kuesioner yang disebar, sebanyak 62 kuesioner dapat kembali dikumpulkan oleh penulis, sehingga sejumlah 62 kuesioner tersebut dijadikan sampel dalam penelitian ini.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer berupa daftar pertanyaan atau kuesioner yang menggali persepsi dari setiap pimpinan atau kepala SKPD. Data diperoleh dengan cara meminta setiap kepala SKPD yang ada di Pemerintahan Kabupaten Simalungun untuk mengisi kuesioner yang akan dibagikan. Kuesioner penelitian diadopsi dan dikembangkan dari kuesioner yang telah digunakan peneliti-peneliti terdahulu.

Kuesioner Anggaran Berbasis Kinerja diadopsi dari Yusriati (2008) serta dikembangkan sesuai dengan Peraturan Bupati Simalungun Nomor 14 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Simalungun, kuesioner ini akan menghasilkan data interval dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor


(49)

4 (S=setuju), skor 3 (N=netral), skor 2 (TS=tidak setuju) dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju).

Kuesioner Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dikembangkan oleh peneliti dari Peraturan Bupati Simalungun Nomor 14 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Simalungun, kuesioner ini akan menghasilkan data interval dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (N=netral), skor 2 (TS=tidak setuju) dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju). Terhadap butir-butir pernyataan dalam kuesioner ini telah dilakukan pengujian respons bias kepada responden yang memiliki karakteristik sama dengan calon responden sebenarnya dengan jumlah 30 orang.

Kuesioner Kinerja SKPD mengadopsi kuesioner yang dikembangkan oleh Julianto (2009), kuesioner ini akan menghasilkan data interval dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (N=netral), skor 2 (TS=tidak setuju) dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju).

Selanjutnya berdasarkan kuesioner yang telah disusun dan dirumuskan secara matang, kuesioner disampaikan ke masing-masing responden dengan tujuan untuk memperoleh data. Secara umum, konstruksi di dalam kuesioner diukur dengan menggunakan skala Likert yang berisi lima poin, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).


(50)

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel 4.5.1. Variabel Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, uraian teoritis dan hipotesis yang diajukan, variabel penelitian terdiri dari variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat/variabel dependen adalah ‘Kinerja SKPD’ sedangkan yang menjadi variabel bebas/variabel

independen adalah ‘Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja’ dan ‘Sistem Informasi

Pengelolaan Keuangan Daerah’.

4.5.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Sugiyono (2007) mengatakan “definisi operasional memungkinkan sebuah

konsep yang bersifat abstrak dijadikan suatu yang operasional sehingga memudahkan penelitian dalam melakukan pengukuran”. Beberapa konsep dapat langsung dipecah

dan ditemukan elemen-elemen perilaku yang dapat diukur, tetapi banyak konsep yang tidak dapat langsung ditemukan elemen-elemen perilakunya, tetapi lewat beberapa dimensi dulu.

Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala interval. Menurut Erlina dan Mulyani (2007) “skala interval adalah skala pengukuran yang

menyatakan kategori, peringkat dan jarak konstruk yang diukur tetapi tidak menggunakan angka nol sebagai titik awal perhitungan dan bukan angka absolut”.

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka perlu diberikan definisi operasional atas variabel-variabel yang


(51)

akan diteliti. Definisi operasional atas setiap variabel dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kinerja SKPD (Y)

Kinerja SKPD yang merupakan variabel dependen, adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. Variabel ini akan diukur berdasarkan persepsi responden tentang pencapaian kinerja atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dalam mengelola keuangan daerah satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan dilihat dari segi ekonomis, efisien dan efektif.

2. Anggaran Berbasis Kinerja (X1)

Anggaran Berbasis Kinerja yang merupakan variabel independen, adalah anggaran yang disusun dengan menghubungkan output atau hasil apa yang ingin dicapai, mengidentifikasi input, ouput, dan outcome yang dihasilkan dengan dilaksanakannya suatu aktivitas atau kegiatan. Variabel ini akan diukur berdasarkan persepsi responden tentang anggaran yang disusun meliputi: (1) hubungan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dengan Renja-SKPD, (2) hubungan antara Renja SKPD dengan RKA-SKPD, (3) identifikasi input dari kegiatan,(4) identifikasi output dari kegiatan dan (5) identifikasi outcome dari kegiatan.

3. Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) (X2)

Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) yang merupakan variabel independen, adalah suatu sistem pengelolaan keuangan daerah dengan


(52)

menggunakan aplikasi komputer sehingga dapat menghasilkan laporan-laporan pengelolaan keuangan baik secara berkala maupun tahunan. Variabel ini akan diukur berdasarkan persepsi responden tentang manfaat adanya sistem informasi pengelolaan keuangan daerah meliputi: (1) Pengelola keuangan SKPD dalam hal ini PPK-SKPD dan Bendahara SKPD telah memahami konsep pengelolaan keuangan daerah, (2) Pengelolaan keuangan SKPD memerlukan alat bantu (aplikasi komputer) atau suatu sistem informasi untuk mempermudah proses pengolahan data keuangan, (3) Aplikasi komputer atau sistem informasi yang ada telah membantu tugas-tugas Bendahara di SKPD, (4) Aplikasi komputer atau sistem informasi yang ada telah membantu tugas-tugas Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD), (5) Aplikasi komputer atau sistem informasi yang ada telah membantu tugas-tugas Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan (6) Aplikasi komputer atau sistem informasi yang ada telah memudahkan SKPD dalam menyusun laporan semesteran dan laporan tahunan.


(53)

Ringkasan definisi operasional dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel

Penelitian Definisi Operasional Pengukuran Variabel

Skala Pengukuran Variabel Dependen

Kinerja SKPD (Y)

Keluaran/hasil dari kegiatan/ program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.

Diukur berdasarkan

persepsi responden

tentang pencapaian

kinerja SKPD dilihat dari segi ekonomis, efisien dan efektif. Interval Variabel Independen Anggaran Berbasis Kinerja (X1)

Anggaran yang disusun dengan menghubungkan output atau hasil

apa yang ingin dicapai,

mengidentifikasi input, output dan

outcome yang dihasilkan dengan dilaksanakannya suatu aktivitas atau kegiatan.

Diukur berdasarkan

persepsi responden

tentang anggaran yang disusun, meliputi:

1. Menghubungkan antara Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dengan Renja-SKPD.

2. Menghubungkan antara Renja SKPD dengan RKA-SKPD. 3. Mengidentifikasi input

dari kegiatan. 4. Mengidentifikasi

output dari kegiatan. 5. Mengidentifikasi

outcome dari kegiatan.

Interval Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (X2)

suatu sistem pengelolaan keuangan daerah dengan menggunakan aplikasi komputer sehingga dapat menghasilkan laporan-laporan pengelolaan keuangan baik secara berkala maupun tahunan.

Diukur berdasarkan

persepsi responden

tentang manfaat adanya

sistem informasi

pengelolaan keuangan daerah bagi pimpinan, bendahara, PPTK maupun PPK-SKPD.


(54)

4.6. Model Penelitian

Berdasarkan hipotesis yang diajukan, maka model penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = â0 + â1X1 + â2X2 + e

Di mana:

Y = Kinerja SKPD

â0 = konstanta

â1, â2 = koefisien regresi

X1 = Anggaran Berbasis Kinerja (ABK)

X2 = Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) e = error term

4.7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini selain berupa Uji Validitas dan Reliabilitas juga Uji Asumsi Klasik. Masing-masing metode analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut.

4.7.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk menilai sejauhmana suatu alat ukur diyakini dapat digunakan untuk mengukur item pertanyaan/pernyataan dalam kuesioner. Valid berarti item-item yang digunakan dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2007). Nilai validitas dapat dilihat pada kolom


(55)

skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner dinyatakan valid, tetapi sebaliknya jika r-hitung < dari r-tabel maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner dinyatakan tidak valid.

Sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil pengamatan dengan hasil instrumen pada waktu yang berbeda. Reliabilitas berarti suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2003). Teknik yang digunakan dalam mengukur reliabilitas item pertanyaan/pernyataan dalam kuesioner adalah dengan menggunakan koefisien cronbach alpha. Item pertanyaan/pernyataan dalam kuesioner dinyatakan reliabel jika memiliki nilai koefisien cronbach alpha lebih besar dari 0,6 (Nunnally, 1978).

4.7.2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan persyaratan dalam pengujian statistik parametrik dengan teknik analisis regresi linier berganda. Dengan pengujian ini dapat dilihat apakah koefisien statistik yang diperoleh benar-benar merupakan penduga parameter yang dapat dipertanggungjawabkan. Uji asumsi klasik ini dapat berupa uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.

4.7.2.1. Uji normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji kenormalan data dan dideteksi dengan melihat penyebaran data pada sumbu diagonal dari grafik atau dapat juga dengan melihat histogram dari residualnya. Pengujian normalitas data dilakukan dengan melihat grafik penyebaran data dan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan kriteria:


(56)

1. Jika nilai signifikansi atau probabilitasnya > dari 0,05 maka distribusi data adalah normal.

2. Jika nilai signifikansi atau probabilitasnya < dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal.

4.7.2.2. Uji multikolinieritas

Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah ditemukan atau tidak korelasi diantara variabel-variabel bebas/variabel independen. Untuk dapat melihat ada tidaknya multikolinieritas dengan melihat angka colinierity statistic yang ditunjukkan oleh nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance, dengan kriteria: jika nilai VIF > dari 10 dan nilai tolerance < dari 0,1 maka variabel bebas yang ada memilki masalah multikolinieritas (Lubis et.al, 2007).

4.7.2.3.Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Pengujian dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada grafik plot (scatter-plot) antara nilai prediksi variabel terkait (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya heteroskedastisitas.


(57)

4.7.3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas baik secara simultan maupun parsial terhadap variabel terikat. Pengujian secara simultan dilakukan dengan uji F dengan menggunakan á 5%,

di mana jika F-hitung > dari F-tabel maka hipotesis yang diajukan dapat diterima. Selanjutnya dilakukan pula penilaian terhadap setiap variabel bebas untuk mengetahui variabel bebas apa yang memberikan pengaruh paling signifikan. Pengujian ini dilakukan dengan uji t atau sering disebut uji parsial. Tingkat pengaruh yang signifikan juga didasarkan pada á 5% dengan ketentuan dimana jika t-hitung > dari tabel maka pengaruh yang terjadi signifikan, sebaliknya jika hitung < dari t-tabel maka pengaruhnya tidak signifikan.


(58)

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan dengan cara menggali persepsi setiap pimpinan SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun sehubungan dengan pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja dan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui kuesioner dan dilakukan satu tahap, yaitu dengan cara mendistibusikan sebanyak 66 (enam puluh enam) kuesioner kepada responden yang merupakan pimpinan SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun yaitu sebanyak 66 SKPD, yang terdiri dari 2 Sekretariat, 19 Dinas, 7 Badan, 1 Inspektorat, 2 RSU, 3 Kantor, 1 Satuan dan 31 Kecamatan. Dari 66 (enam puluh enam) kuesioner yang dibagikan yang kembali adalah sebanyak 62 (enam puluh dua) kuesioner dan yang cacat tidak ada. Sehingga kuesioner yang dapat digunakan dalam menganalisis data hanyalah sebanyak 62 (enam puluh dua) kuesioner. Deskripsi distribusi kuesioner dapat dilihat pada Tabel 5.1.


(59)

Tabel 5.1. Distribusi Kuesioner

Jumlah

Kembali Tidak

No. Uraian

SKPD Sebar

Baik Rusak Kembali

1 Sekretariat 2 2 2 0 0

2 Dinas 19 19 19 0 0

3 Badan 7 7 7 0 0

4 Inspektorat 1 1 1 0 0

5 Rumah Sakit Umum 2 2 2 0 0

6 Kantor 3 3 3 0 0

7 Satuan 1 1 1 0 0

8 Kecamatan 31 31 27 0 4

Jumlah 66 66 62 0 4

5.1.1. Deskripsi Lokasi

Lokasi penelitian ini dilakukan pada jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun dengan jumlah 66 SKPD sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Kabupaten Simalungun dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Drt. Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten Daerah Tingkat II dalam lingkungan Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Simalungun terletak antara 02036’-03018’ Lintang Utara dan 98032’ -99035’ Bujur Timur dan berbatasan dengan 5 kabupaten tetangga yaitu: Kabupaten

Serdang Bedagai, Kabupaten Karo, Kabupaten Tobasa, Kabupaten Samosir dan Kabupaten Asahan. Luas wilayah Kabupaten Simalungun adalah 4.386,6 Km2 atau 6,12 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Secara administrasi Pemerintahan Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 kecamatan, 345 desa/nagori dan 22 kelurahan.


(1)

(SDM), sarana pendukung dan penolakan untuk berubah sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Warisno (2009) dengan judul penelitian “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja SKPD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi” begitu juga


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Kinerja SKPD baik secara simultan maupun parsial berdasarkan persepsi setiap pimpinan SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja SKPD. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Yusriati, Julianto, Tuasikal dan juga Arif Yulianto yang menyimpulkan bahwa Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja SKPD.

2. Secara parsial baik Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja maupun Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah memiliki berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja SKPD. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Yusriati, Julianto, Tuasikal dan juga Arif Yulianto yang menyimpulkan bahwa Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah secara parsial berpengaruh positif dan


(3)

signifikan terhadap Kinerja SKPD.

6.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel bebas untuk menerangkan variasi variabel terikat. Hal ini dapat dilihat dengan kecilnya nilai adjusted R2 yang hanya sebesar 38,20%. Kecilnya nilai adjusted R2 menunjukkan masih adanya variabel independen lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja SKPD diantaranya Motivasi, Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Sarana Pendukung dan Penolakan untuk Berubah (Resistance to Change) sebagaimana yang pernah diteliti oleh Warisno (2009) serta efektivitas penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

6.3. Saran

Dari hasil penelitian ini dan juga keterbatasannya, disarankan:

1. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan untuk menambah variabel bebas lainnya yang diperkirakan dapat mempengaruhi Kinerja SKPD seperti Motivasi, Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Sarana Pendukung dan Penolakan untuk Berubah (Resistance to Change) serta efektivitas penerapan SPIP.

2. Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun agar bersama-sama dengan legislatif memperhatikan ketepatan waktu penetapan Rancangan APBD menjadi Perda APBD sesuai peraturan yang berlaku dan memperkuat SDM pengelola keuangan SKPD dengan SDM yang berlatar belakang pendidikan akuntansi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), 2009, Modul Diklat Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Jakarta.

Baridwan, Zaki, 2003, Pengukuran Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah dan Akuntabilitas Publik, Makalah Seminar Nasional “Pengukuran Kinerja Satuan

Kerja Pemerintah Daerah”, Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan

Yogyakarta, 28 Juni 2003.

Bastian, Indra, 2006, Sistem Akuntansi Sektor Publik, Edisi: 2, Salemba Empat, Jakarta.

Departemen Dalam Negeri, 2002, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah Serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Jakarta. ---, 2006, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta.

---, 2007, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta.

Erlina dan Mulyani, Sri, 2007, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, USU Press, Medan.

Erlina, 2008, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, USU Press, Medan.

Flynn, Morman, 1997, Public Sector Management, Prentice Hall.

Hatry, Harry, 1999, Performance Measurement, The Urban Institute, Washington D.C.

Hooks, Jill and Coy, David and Davey, Howard, 2002, The Information Gap in Annual Reports, Accounting, Auditing & Accountability Journal, 2002.


(5)

Julianto, 2009, Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah Kota Tebing Tinggi.

Kuncoro, Mudrajad, 2003, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta.

Laudon, Kenneth C., and Jane P. Laudon, 2000, “Organization and Technology in The Networked Enterprise” Management Information System, Six Edition, International Edition. www. prenhall.com/laudon.

Lubis, Ade Fatma, et. al, 2007, Aplikasi SPSS untuk Penyusunan Skripsi dan Tesis, USU Press, Medan.

Lubis, Ade Fatma, 2008, Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis, Program Magister Akuntansi, Sekolah Pascasarjana, USU, Medan.

Makhfatik, Ahmad, 1997, Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah: Study Kasus Pemerintah Daerah Tingkat II di Daerah Instimewa Yogyakarta, Laporan Hasil Penelitian Tidak Dipublikasikan, Yogyakarta.

Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit ANDI Yogyakarta.

Mardiasmo, 2006, Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance, Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol. 2. No.1.

Nunnally, J. C., 1978, Psychometric Theory, 2nd ed. McGraw-Hill, New York.

Parker, Wayne C., 1993, Performance Measurement in the Public Sector. State of Utah.

Pemerintah Kabupaten Simalungun, Peraturan Bupati Simalungun Nomor 14 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Simalungun.

Priyono, Medi, 2003, Implementasi Model Pengukuran Kinerja Satuan Kerja di Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo, Prosiding Seminar Nasional Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah, UAD Press, Yogyakarta.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.


(6)

---, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. ---, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

---, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

---, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Schiavo-Campo, S., and Tomasi, D., 1999, Managing Government Expenditure, Asia Development Bank, Manila.

Smith, Peter, 1996, Measuring Outcome in Public Sector, Taylor & Francis Publisher, London.

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.

Tuasikal, Askam, 2007, Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi dan Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, Vol.08, No.01, Februari 2007.

Umar, Husein, 2003, Metode Riset Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Warisno, 2009, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi.

Whittaker, James, 1995, The Government Performance & Result Act of 1993, ESI, Virginia.

Yulianto, Arif, 2009, Model Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah Berbasis Partisipasi Pengguna untuk Meningkatkan Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah.

Yusriati, 2008, Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja SKPD di Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal.

Zimmerman, J., 1997, Accounting for Decision Making and Control, Boston Irwin/McGraw Hill.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Medan

11 164 102

Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah dan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Publik

0 5 12

PENGARUH ANGGARAN BERBASIS KINERJA, SISTEM AKUNTANSI KEUANGANDAERAH, DAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Penilaian Kin

0 4 19

PENGARUH ANGGARAN BERBASIS KINERJA, SISTEMAKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, DAN SISTEM Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Penilaian Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (St

0 2 18

PENDAHULUAN Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Penilaian Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Surakarta).

0 2 8

PENGARUH PENGAWASAN, PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, DAN PENGELOLAAN Pengaruh Pengawasan, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

0 2 15

PENGARUH PENGAWASAN, PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA Pengaruh Pengawasan, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

0 5 16

ANALISIS PENGARUH PEMBERLAKUAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus Di Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung).

0 1 102

PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA SKPD DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2014.

0 0 23

PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH

0 3 14