hanya dapat dibantu dengan menggunakan alat bantu dengar Elemraid et al. 2010.
3. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan radiologi dapat memberikan informasi tambahan
untuk melengkapi pemeriksaan klinis. CT-scan dan MRI dari tulang temporal dapat menggambarkan luasnya penyakit dan dapat
mengidentifikasi kolesteatoma pada pasien yang asimtomatik. Meskipun
CT-Scan dianggap
standar emas
pencitraan kolesteatoma namun CT-Scan mempunyai kekurangan specificity
dalam membedakan kolesteatoma dengan jaringan granulasi atau edema terutama ketika erosi tulang tidak ada Chole Nason.
2009. 4. Pemeriksaan kultur dan sensitifitas sekret telinga
Pemeriksaan kultur dan sensitifitas sekret telinga dapat membantu dalam pemilihan antibiotik untuk pengobatan OMSK Dhingra.
2010. Sekret telinga penting untuk menentukan bakteri penyebab OMSK
sehingga kita dapat menentukan penggunaan antibiotika yang tepat dalam memberikan pengobatan otitis media supuratif kronis Iqbal
et al. 2011, Kenna Latz. 2006.
2.1.10. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan OMSK adalah untuk menyembuhkan gejala dan meminimalkan risiko komplikasi penyakit. Pembedahan adalah
satu-satunya pengobatan yang efektif pada kolesteatoma. Granulasi dan inflamasi mukosa sementara dapat diatasi dengan obat topikal dan aural
toilet untuk mengurangi otorea sambil menunggu operasi Wright Valentine, 2008. Pasien dengan otore dari perforasi sentral dapat diobati
dulu dengan medikamentosa untuk mengontrol infeksi dan menghentikan otore sebagai tujuan jangka pendek sedangkan tujuan jangka panjangnya
Universitas Sumatera Utara
adalah usaha menutup perforasi membran timpani dan memperbaiki pendengaran secara operatif Helmi. 2005.
1. Aural toilet dapat digunakan untuk membersihkan sekret dan debris dari telinga, dapat menggunakan suction dibawah mikroskop, dan
telinga harus dikeringkan kembali setelah diirigasi Dhingra. 2010. 2. Tetes telinga dapat diberikan yang mengandung neomycin,
polymyxin, cloromycetin
atau gentamycin,
dapat juga
dikombinasikan dengan steroid yang mana memiliki efek anti inflamasi lokal, diberikan tiga sampai empat kali sehari. Antibiotika
sistemik juga dapat digunakan untuk OMSK yang mengalami ekserbasi akut Dhingra. 2010.
3. Operasi rekonstruksi dapat dilakukan segera setelah telinga kering, miringoplasti dengan atau tanpa rekonstruksi tulang-tulang
pendengaran yang mana dapat memperbaiki pendengaran. Penutupan dari perforasi dapat mencegah terjadinya infeksi yang
berasal dari telinga luar Dhingra. 2010. Secara umum, infeksi yang mengenai daerah atik dan antrum
biasanya terlalu dalam di telinga untuk dapat dicapai oleh antibiotika. Kolesteatoma berpotensi mendestruksi tulang dan memungkinkan
penyebaran infeksi sehingga diperlukan tindakan operasi Helmi. 2005. Terdapat berbagai macam teknik operasi untuk menangani
kolesteatoma, yang secara umum dapat dibagi atas open cavity canal wall down dan closed cavity intact canal wall mastoidectomy Browning.
2008. 1. Canal wall down procedures
Prosedur ini membersihkan dan mengangkat semua kolesteatoma, termasuk dinding posterior liang telinga, sehingga meninggalkan
kavum mastoid berhubungan langsung dengan liang telinga luar Helmi. 2005, Dhingra. 2010, Merchant, Rosowski Shelton.
2009
.
Universitas Sumatera Utara
2. Intact Canal Wall Procedures Keuntungan intact canal wall mastoidectomy adalah anatomi
normal dinding posterior liang telinga dapat dipertahankan tanpa perlu membuang dan merekonstruksi skutum.
Prosedur ini sering dilakukan pada kasus primary acquired cholesteatoma bila kolesteatoma terdapat di atik dan antrum.
Dilakukan complete cortical mastoidectomy dan antrum mastoid dapat dimasuki. Diseksi matriks kolesteatoma harus dilakukan
dengan hati-hati. Rekurensi dapat terjadi bila fragmen kecil dari epitel berkeratinisasi tertinggal. Sering diperlukan “second look
operation ” setelah 6-12 bulan kemudian disebabkan rekurensi
kolesteatoma Browning. 2008, Chole Nason. 2009.
2.1.11.Komplikasi
Komplikasi OMSK terbagi dua yaitu komplikasi intratemporal dan intrakranial, yaitu Dhingra. 2010
1. Komplikasi intratemporal
a. Mastoiditis b. Petrositis
c. Paralisis fasial d. Labirinitis
2. Intrakranial
a. Abses ektradural b. Abses subdural
c. Meningitis d. Abses otak
e. Tromboflebitis sinus lateralis f. Hidrosefalus otitis
Universitas Sumatera Utara
2.2. Bakteriologi dari OMSK