Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Otitis Media Superatif Kronis OMSK merupakan lanjutan dari episode inisial otitis media akut dengan karakteristik adanya sekret persisten dari telinga tengah melalui perforasi membran timpani WHO. 2004. Menurut Chole Nason 2009, otitis media kronis terjadi lebih dari tiga bulan dimana pada telinga tengah dijumpai membran timpani cacat permanen. Jika terjadi otore terus menerus disebut sebagai OMSK. Kecacatan membran timpani selain perforasi dari membran timpani termasuk kantong retraksi, atelektasis, trauma membran timpani atau trauma setelah pemasangan pipa timpanostomi Chole Nason 2009. OMSK dapat terus dialami selama bertahun-tahun jika tidak diobati menyebabkan gangguan pendengaran yang berat dan kadang-kadang dapat mengancam kehidupan bila terjadi komplikasi seperti meningitis, abses otak atau sinus trombosis. Gangguan pendengaran berdampak serius pada perkembangan bahasa, kognitif, psikososial dan pendidikan anak Elemraid et al. 2009. Keadaan Ini menjadi masalah penting untuk mengatasi ketulian yang kini menimpa negara berkembang WHO. 2004. Prevalensi OMSK di seluruh dunia menunjukkan beban dunia akibat penyakit ini berkisar 65-330 juta penderita, 60 diantaranya 39- 200 juta mengalami gangguan pendengaran yang signifikan WHO 2004. OMSK adalah penyakit infeksi yang umumnya ditemukan pada negara berkembang dan sedang berkembang. Penyakit ini berpotensi serius menyebabkan komplikasi ekstra dan intrakranial seperti meningitis. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak dengan sosial ekonomi rendah. Penyebab mikroorganisme terbanyak OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Proteus mirabilis, Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, Aspergillus spp dan Candida spp 1 Universitas Sumatera Utara tetapi mikroorganisme ini dapat bervariasi sesuai dengan letak geografis Igbal et al. 2011. Nora 2011 di Medan mendapatkan jumlah kasus baru OMSK yang berobat di RSUP H. Adam Malik sejak Januari - Desember 2008 sebanyak 208 kasus yang terdiri dari penderita laki-laki 50,96 dan penderita perempuan 49,04. Berdasarkan distribusi OMSK menurut umur, kelompok umur 11-20 tahun dan 21-30 tahun merupakan kelompok terbanyak menderita OMSK masing-masing 20,68. Adapun keluhan yang paling sering adalah otore 70,19. OMSK tubotimpanal 77,40, atikoantral 22,60 dimana telinga kanan yang terlibat 38,94, telinga kiri 29,33 dan kedua telinga 31,73. Penatalaksanaan OMSK sebahagian besar dikelola secara medikamentosa 86,54 sedangkan secara pembedahan mastoidektomi radikal 9,13, mastoidektomi sederhana 3,85. Pada OMSK terapi antimikroba digunakan untuk mengeradikasi bakteri penyebab otitis media supuratif kronis tetapi sebahagian besar mikroorganisme pada OMSK telah mengalami resistensi terhadap antibiotika Mansoor et al. 2009. Pengobatan dengan menggunakan antibiotika yang tidak memadai dan kebersihan diri yang buruk berhubungan dengan peningkatan OMSK Singh. 2012. Kuman predominan pada OMSK dan sensitifitas yang berubah dari waktu ke waktu, sehingga memerlukan pengetahuan yang lebih baik serta penelitian secara kontinyu dan berkala terhadap pola kuman penyebab infeksi OMSK agar pengobatan terhadap penyakit ini dapat lebih baik lagi sebagai pedoman dalam pemberian terapi antibiotika Igbal et al. 2011. Pengetahuan tentang spesies dan tingkat resistensi kuman saat ini penting untuk menentukan antibiotika yang tepat untuk OMSK. Pada studi retrospektif dari 1102 pasien OMSK pada enam rumah sakit di Korea dari Januari 2001 - Desember 2005 menunjukkan hasil spesies yang paling sering ditemukan adalah Pseudomonas diikuti selanjutnya oleh methicillin- resistent Staphylococcus aureus MRSA Yeo et al. 2007. Universitas Sumatera Utara Komplikasi pada OMSK sering terjadi sebelum era antibiotika, dimana awalnya dokter memberikan antibiotika tanpa diagnosis penyebab penyakit yang tepat dan penggunaan antibiotika yang tidak rasional menyebabkan munculnya strain bakteri yang resisten sehingga penyakit dapat kembali lagi. Prevalensi dan antibiogram dari organisme telah dilaporkan bervariasi berdasarkan waktu dan wilayah geografis dari tiap benua, mungkin disebabkan penggunaan antibiotika yang tidak sesuai. Oleh karena itu, memperbaharui secara berkala prevalensi dan antibiogram dari mikroorganisme penyebab OMSK akan membantu dalam terapi dan penatalaksanaan pasien Prakast et al. 2013. Pola kepekaan antibiotika sangat penting untuk para dokter agar dapat dengan baik merencanakan secara umum pengobatan pasien dengan OMSK Iqbal et al. 2011. Dengan mengetahui jenis bakteri lebih awal dari semua kasus OMSK maka akan menjamin terapi yang tepat dan akurat. Pemilihan antibiotika dipengaruhi oleh kemanjuran, resistensi, keamanan, toksisitas dan biaya. Pengetahuan tentang pola mikroorganisme dan sensitifitas antibiotika sangat penting untuk merumuskan sebuah protokol terapi empiris Mirza. 2008. Nursiah di Medan 2000 mendapatkan jenis kuman aerob terbanyak adalah Staphylococcus. aureus 36,1 dimana sensitif terhadap antibiotika golongan ciprofloxacin dan dibekacin, resisten terhadap ceftriaxone, diikuti dengan Escherichia coli 27,7 sensitif pada antibiotika golongan ciprofloxacin dan dibekacin, resisten terhadap ceftriaxone dan chloramphenicol, Proteus sp 19,4 sensitif pada golongan ciprofloxacin dan dibekacin, resisten terhadap ceftriaxone, dan Pseudomonas aeruginosa 2,8 hanya sensitif terhadap ciprofloxacin. Penelitian mengenai pola kuman ini masih harus terus diperbaharui kembali, sehingga perlu diteliti perubahan pola kuman dan sensitifitas terhadap antibiotika pada penderita OMSK di RSUP H. Adam Malik Medan sehingga dapat dirumuskan protokol terapi empiris terhadap Universitas Sumatera Utara pasien OMSK khususnya di Departemen THT-KL FK USU RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pola kuman aerob dan uji sensitifitas pada penderita OMSK di Departemen THT-KL FK USU RSUP. H. Adam Malik Medan.

1.2. Perumusan Masalah