14 2. Kita akan menentukan FPB dari 12 dan 18
Caranya: 1 Letakkan biji–biji dakon di lubang baris pertama sesuai dengan nomor lubang
dakon dan faktor dari 12, yaitu 1, 2, 3, 4, 6, 12 2 Kemudian saat menjabarkan faktor dari 18, siswa meletakkan biji dakon di
lubang–lubang baris kedua sesuai nomor lubang dakon dan faktor dari 18, yaitu 1, 2, 3, 6, 9, 18
3 Karena dari baris lubang pertama dan kedua, biji dakon pada nomor lubang 6 letaknya satu kolom atau berada pada nomor lubang dakon yang sama, maka
dapat ditentukan FPB dari 12 dan 18 adalah 6.
C. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif banyak mengilhami lahirnya model-model pembelajaran mutakhir yang berpusat pada siswa. Pembelajaran kooperatif berasal
dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.
Slavin mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 12
18
15 yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa
lebih bergairah dalam belajar. Isjoni, 2009:22 Menurut Johnson Johnson pembelajaran kooperatif mengandung arti
bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa
dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Isjoni, 2009:23
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif itu adalah kerja kelompok yang terorganisir dan
terkelola dimana siswa secara kooperatif dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri daru 4-6 orang untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran
kooperatif itu mengutamakan kerja sama diantara siswa dalam kelompok- kelompok kecil sehingga tercipta masyarakat belajar learning community
dengan tujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Model ini dirancang pada umumnya untuk menunjang proses pembelajaran siswa yang berkaitan
dengan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan dan keragaman, serta pengembangan keterampilan sosial siswa. Siswa belajar dan saling
membantu belajar satu sama lain, energi sosial siswa dimanfaatkan untuk berdiskusi, berdebat dan menggeluti ide-ide, saling menghargai, dan saling
mengambil tanggung jawab satu sama lain sehingga tercipta suatu suasana pembelajaran yang produktif.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tehnik yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas Isjoni, 2009:67, yaitu ;
1tehnik mencari pasangan make a match, 2tehnik bertukar pasangan, 3tehnik
16 berpikir berpasang berempat think-pair-square, 4tehnik berkirim salam dan
soal, 5tehnik kepala bernomor, 6tehnik kepala bernomor terstrutur, 7tehnik dua tinggal dua tamu two stay two stray, 8tehnik keliling kelompok, 9tehnik
kancing gemerincing, 10tehnik keliling kelas, 11tehnik lingkaran kecil lingkaran besar inside-outside cirle, 12tehnik tari bambu, 13tehnik jigsaw, dan 14tehnik
bercerita berpasangan paired stotytelling. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif
dengan teknik “Berpikir–Berpasang–Berempat Think-Pair-Square”. Teknik ini dikembangkan oleh Frank Lyman Think-Pair-Share dan Spencer Kagan Think-
Pair-Square. Teknik ini bisa memberikan kebebasan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan teman. Keunggulan teknik ini adalah
optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka
kepada orang lain. Teknik ini prakteknya dalam kelas adalah siswa diarahkan untuk duduk berpasangan empat–empat untuk setiap kelompoknya. Disamping itu
akan lebih meningkatkan prestasi belajar siswa. Berpikir–Berpasang–Berempat selain merupakan teknik dalam pembelajaran kooperatif diharapkan bisa
mengoptimalkan dan memotivasi belajar siswa. Terdapat kata kunci yaitu “bekerja bersama” menempatkan siswa dalam
suatu kelompok selanjutnya meminta mereka bekerja bersama. Meskipun mereka sudah dikelompokkan, diberi tugas, lalu bekerja bersama, pembelajaran kooperatif
ini bukan bermaksud untuk menggantikan pendekatan kompetitif persaingan. Nuansa kompetitif dalam kelas akan sangat baik bila diterapkan secara sehat.
Untuk menciptakan pembelajaran sedemikian, sehingga siswa bekerja secara
17 kooperatif antara mereka, perlu dipahami dan diperhatikan komponen–komponen
essensialpenting antara lain, 1Saling ketergantungan positif, 2tanggung jawab individu atau kelompok, 3tatap muka, 4komunikasi antar anggota dan
5evaluasi proses kelompok. Cara teknik “Berpikir–Berpasang–Berempat” adalah sebagai berikut :
1. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberi tugas, pembagian kelompok didasarkan pada kemampuan dalam bidang akademik.
2. Setiap siswa memikirkan serta mengerjakan tugas sendiri–sendiri. 3. Siswa berpasangan dengan salah satu teman dalam kelompok dan berdiskusi
dengan pasangannya. 4. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa memiliki
kesempatan untuk membagi hasil kerjanya dengan kelompok lain. Dengan pembelajaran teknik Berpikir–Berpasang–Berempat
ini diharapkan akan terjadi interaksi antar siswa dalam kelompok. Dengan cara ini
setiap indivuidu akan merasakan bahwa sebenarnya belajar matematika itu tidak sulit, karena bisa dilakukan bersama–sama dengan teman sebaya. Keadaan ini
sejalan dengan tingkat perkembanagn anak seusia Sekolah Dasar yang senang bermain bersama.
Untuk pelaksanaan agar terjadi efisiensi waktu selama proses pembelajaran, bangku sudah ditata sedemikian rupa sehingga sudah membentuk
kelompok. Penataan bangku memainkan peran penting dalam kegiatan belajar model pembelajaran kooperatif sehingga semua siswa bisa melihat guru atau
papan tulis dengan jelas. Disamping itu, harus bisa melihat dan menjangkau rekan-rekan kelompoknya dengan baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya
18 dengan merata. Penataan bangku yang bisa dipakai dalam pembelajaran
kooperatif teknik Berpikir–Berpasang–Berempat adalah sebagai berikut : Gambar 1 Meja Klasikal Kelompok
Gambar 2 Meja Berbaris
Gambar 3 Meja Individu
Gambar 2.2 Penataan Bangku Kelas
Penggunaan meja kelompok dan meja klasikal gambar1 dapat menempatkan siswa dalam kelompok secara berdekatan. Sedangkan penggunaan
meja berbaris gambar 2 dapat menempatkan dua kelompok duduk dalam satu meja sedangkan penataan terbaik dan relatif lebih mudah adalah dengan
menempatkan bangku individu dengan meja tulisnya gambar3. Dalam penelitian tindakan ini, peneliti dalam proses pembelajaran di kelas
penataan bangkunya menggunakan “Meja Individu” karena sesuai dengan model pembelajaran kooperatif teknik Berpikir–Berpasang–Berempat dan lebih efektif
dalam pembelajaran dengan alat peraga berupa Dakon KPK dan FPB.
19
D. Hasil Belajar