7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika
Matematika sekolah itu bagian dari matematika yang dipilih antara lain dengan berorientasi pada kependidikan. Dengan demikian dalam pembelajaran
matematika perlu diusahakan sesuai dengan kemampuan kognitif siswa, mengkonkritkan objek matematika yang abstrak menjadi mudah dipahami siswa.
Hal ini disebabkan anak seusia Sekolah Dasar pada umumnya masih membutuhkan pengalaman belajar yang bersifat konkrit, belajar yang
memungkinkan mereka mengutak-atik atau memanipulasi sesuatu. Surya, 2007:1.36.
Dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika, teori Piaget mengacu kepada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta
didik. Sehingga menurut teori ini pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan secara verbal tetapi harus dikonstruksi dan direkonstruksi peserta didik. Sebagai
realisasi teori ini, maka dalam kegiatan pembelajaran peserta didik haruslah bersifat aktif.
Setiap konsep matematika dapat dipahami dengan mudah apabila kendala utama yang menyebabkan anak sulit memahami dapat dikurangi. Dienes
menekankan pentingnya siswa belajar dalam lingkungan yang kaya akan benda- benda konkrit yang ada kaitannya dengan konsep-konsep matematika yang sedang
dipelajari Ruseffendi, 1988:4.
8 Menurut Teori Vygotsky Muhsetyo, 2009:1.11 yang berusaha
mengembangkan model kontruktivistik belajar mandiri Piaget menjadi belajar kelompok, melalui teori ini peserta didik dapat memperoleh pengetahuan melalui
kegiatan yang beraneka ragam dengan guru sebagai fasilitator. Kegiatan itu dapat berupa diskusi kelompok kecil, mengerjakan tugas kelompok dalam waktu yang
sama dan untuk soal yang sama, tugas bersama membuat laporan kegiatan atau mengomunikasikan pendapat atau presentasi tentang sesuatu yang terkait dengan
matematika. Dengan kegiatan yang beragam, peserrta didik akan membangun pengetahuannya sendiri melalui membaca, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok,
pengamatan, pencatatan, pengerjaan dan presentasi. Teori Jerome Bruner Karso, 2007:12 berkaitan dengan perkembangan
mental, yaitu kemampuan mental anak berkembang secara bertahap melalui dari sederhana ke yang rumit, yang nyata konkrit ke yang abstrak. Urutan tersebut
dapat membantu peserta didik untuk mengikuti pelajaran dengan lebih mudah. Urutan bahan yang dirancang sesuai dengan umur usia anak. Lebih jelas Bruner
menyebut 3 tingkatan yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi keadaan peserta didik, yaitu : 1enactive manipulasi objek langsung, 2symbolic
manipulasi simbol, 3iconic manipulasi objek tidak langsung. Contoh : bagi anak kelas IV tentu mereka dalam situasi enactive, artinya matematika lebih
banyak diajarkan secara manipulasi objek langsung dengan memanfaatkan permainan anak berupa dakon, kerikil, manik, kotak, mistar dll, dan dihindari
penggunaan symbol-simbol, huruf dan lambang-lambang operasi yang berlebihan. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai
dengan pengenalan masalah yang sesuai situasi contextual problem. Dengan
9 mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk
menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti
komputer, alat peraga, atau media lainnya Depdiknas, 2008:134.
B. Alat Peraga