3 Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada
siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
4 Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada
siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dalam usaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep
matematika dengan bantuan pihak lain yang sudah lebih tahu misalnya guru.
6. Kekurangan Pendekatan
Realistic Mathematics Education
Adanya standar tertentu bagi keberhasilan pendekatan realistik ini justru memunculkan kesulitan tersendiri pada pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan. Menurut Suwarsono dalam Panji, 2013 kesulitan-kesulitan tersebut,
yaitu.
1 Tidak mudah untuk merubah pandangan yang mendasar tentang berbagai hal,
misalnya mengenai siswa, guru dan peranan soal atau masalah kontekstual, sedangkan perubahan itu merupakan syarat untuk dapat diterapkannya RME.
2 Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut
dalam pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap pokok bahasan matematika yang dipelajari siswa, terlebih-lebih karena soal-
soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan bermacam-macam cara. 3
Tidak mudah bagi guru untuk mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara dalam menyelesaikan soal atau memecahkan masalah.
7. Pembelajaran Luas dan Keliling Jajargenjang dengan menggunakan
Pendekatan
Realistic Mathematics Education
Tahap pembelajaran tersebut dapat dilakukan melalui penerapan pendekatan
realistc mathematics education
dalam materi luas dan keliling jajargenjang. Tahap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
realistic mathematics education
pada materi luas dan keliling jajargenjang dilakukan dengan langkah berikut ini:
1 Guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar dengan mengucapkan salam
dan be rdo’a secara serempak.
2 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah pembelajaran yang
akan dilakukan.
3 Guru menyampaikan konteks kepada siswa sebagai titik awal pembelajaran.
Konteks yang disampaikan berupa masalah yang berkaitan dengan luas dan keliling jajargenjang yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari siswa.
4 Tahap penyelesaian masalah, siswa diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan masalah yang disampaikan oleh guru sesuai dengan pemikiran masing-masing. Diharapkan siswa mempunyai pemecahan masalah yang
berbeda-beda sesuai dengan pemikirannya masing-masing. 5
Tahap penalaran, siswa memberikan penjelasan lebih rinci mengenai pemecahan masalah yang ditemukan oleh siswa. Siswa memberikan argumen
yang kuat terhadap penyelesaian masalah yang ditemukan. 6
Tahap komunikasi a
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. b
Setiap kelompok diberikan satu lembar LKS yang berisi masalah yang harus dicari penyelesaiannya.
c Siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi mengenai pemecahan
masalah yang diberikan. d
Siswa melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya atau dengan guru. Siswa diperbolehkan untuk bertanya atau memberikan pendapat
terhadap penyelesaian masalah. 7
Tahap kepercayaan diri a
Siswa menyampaikan pemecahan masalah yang ditemukan oleh kelompoknya.
b Setiap anggota kelompok harus menyampaikan ide secara bergantian.
c Siswa harus menyampaikan argumen yang dapat memperkuat
penyelesaian masalah yang ditemukan. 8
Tahap representasi, siswa diberikan kasussoal yang serupa namun siswa diberikan kebebasan untuk menggunakan pemecahan masalah yang beragam
yang telah ditemukan dalam tahap sebelumnya. 9
Guru mengingatkan kepada siswa untuk lebih teliti dalam menentukan jawaban terhadap kasus yang diberikan.
10 Siswa menyimpulkan pembelajaran secara bersama-sama.
F. Hasil Penelitian yang Relevan