9 Bermacam strategi penyelesaian suatu masalah adalah penting.
10 Siswa tidak harus berpindah secara cepat ke hal yang abstrak.
Matematika terlahir bukan sebagai objek yang terpisah melainkan sebagai suatu ilmu yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pendekatan
RME ini menggunakan suatu konteks yang berorientasi pada permasalahan yang banyak ditemui oleh siswa di kehidupan sehari-harinya. Konteks ini, digunakan
sebagai titik tolak pembelajaran. Dengan menggunakan kondisi sehari-hari siswa sebagai titik tolak pembelajaran, maka siswa dapat mengetahui kegunaan dari
konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Karena untuk apa ilmu pengetahuan itu diajarkan jika tidak mempunyai manfaat bagi kehidupan siswa.
Maka dari itu, melalui pembelajaran matematika realistik ini siswa dapat menemukan kembali matematika secara berarti.
Pendekatan matematika realistik memfokuskan kontribusi siswa terhadap pembelajaran. Siswa mengkontruksikan pengetahuan informal yang dimilikinya
menuju kepada pengetahuan formal melalui pemodelan. Model dapat menjembatani proses kontruksi siswa dari pengetahuan informal menuju kepada
pengetahuan formal. Proses interaksi di kelas sangat dibutuhkan dalam pendekatan RME terutama dalam tahap komunikasi dan representasi.
Masalah yang muncul dalam pembelajaran pun merupakan masalah yang terbuka
open ended problem
. Sehingga dapat dikaitkan dengan materi lain.
3. Karakteristik Pendekatan
Realistic Mathematics Education
Menurut Treffers dalam Wijaya, 2012 terdapat lima karakteristik dari pendekatan
realistic mathematics education
yaitu: 1
Penggunaan konteks Konteks atau permasalahan realistik adalah suatu keadaan yang merupakan
titik awal dari pembelajaran matematika realistik. Konteks tidak harus berupa sesuatu yang nyata, namun konteks bisa disampaikan melalui gambar dan hal lain
yang masih dapat dibayangkan oleh siswa. Penggunaan konteks dimaksudkan agar siswa dapat mengubah pola pikir yang konkret ke hal yang lebih abstrak.
Dengan konteks, siswa dapat mengembangkan berbagai strategi pemecahan masalah yang ditemukan. Sehingga, siswa dapat mengembangkan sisi
kreativitasnya dalam memecahkan suatu permasalahan. Hal tersebut berdampak
pada peningkatan motivasi siswa untuk lebih berpartisipasi dalam pembelajaran. Fungsi konteks tidak hanya sebagai ilustrasi, namun ditujukan untuk membangun
ataupun menemukan kembali suatu konsep matematika melalui proses matematisasi.
2 Penggunaan model untuk matematisasi progresif
Dalam pendekatan RME, model digunakan dalam proses matematisasi secara progresif. Penggunaan model berfungsi untuk menjembatani pengetahuan awal
siswa yang konkret menuju kepada pengetahuan matematika yang lebih formal. Model tidak hanya berupa alat peraga, model ini merupakan alat yang tidak
terlepas dari proses matematisasi dalam RME. Model ini mengantarkan siswa pada level informal menuju level formal. Terdapat dua model dalam pendekatan
RME, yaitu model
of
dan model
for.
Model
of
adalah pemodelan yang dilakukan oleh siswa untuk menggambarkan situasi dalam konteks. Sedangkan model
for
adalah model yang dikembangkan siswa dalam proses pencarian solusi terhadap permasalahan matematika yang dilakukan secara sistematis.
3 Pemanfaatan hasil konstruksi siswa
Mengacu kepada pendapat Freudenthal dalam Wijaya, 2012, hlm. 22 bahwa “Matematika tidak diberikan secara instan melainkan siswa harus diajarkan untuk
membangun suatu konsep matematika melalui proses matematisasi ”. Siswa
memiliki kebebasan untuk menentukan suatu strategi pemecahan masalah sehingga diharapkan terdapat beberapa alternatif pemecahan masalah yang
ditemukan oleh siswa. Hasil kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan konsep matematika. Ketika siswa diberikan
kesempatan untuk memilih dan menemukan solusi terhadap masalah secara bebas, maka hal tersebut dapat mengembangkan kreativitas siswa dalam menentukan
pemecahan masalah melalui metode ilmiah. 4
Interaktivitas Suatu pembelajaran tidak akan terlepas dari proses interaksi sebagai suatu
proses sosial di dalam kelas. Interaksi yang terjadi adalah antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan antar siswa di kelas. Dengan mengkomunikasikan
hasil kerja atau suatu gagasan di depan kelas, maka akan menciptkan suatu proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Suatu interaksi yang terjadi di kelas, dapat bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa. Pendidikan tidak hanya memprioritaskan
keunggulan siswa dalam aspek kognitifnya saja, namun dalam aspek afektif juga harus diprioritaskan. Dalam hal ini, pendekatan RME dapat pula berperan dalam
mengembangkan pendidikan karakter untuk siswa, melalui interaksi sosial yang terjadi di antara siswa ketika bekerja sama menyelesaikan masalah matematika
maupun dalam mempresentasikan suatu hasil penyelesaian masalah yang
dilandasi oleh norma yang berkembang dalam komunikasi matematis.
5 Keterkaitan
Konsep-konsep dalam matematika mempunyai suatu hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Begitu pula dengan pembelajaran matematika yang memang
dalam penyampaian konsepnya memiliki hubungan dan kesinambungan antar konsep yang satu dengan yang lainnya. Pendekatan RME menempatkan
keterkaitan
intertwinement
antar konsep matematika sebagai hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, diharapkan dalam suatu
pembelajaran dapat mengenalkan lebih dari satu konsep yang saling berkaitan secara bersamaan. Sehingga siswa mendapatkan konsep lebih dari satu dalam
suatu pembelajaran secara bersamaan. Keterkaitan ini akan memperluas dan memperkaya pengetahuan siswa.
4. Langkah-langkah Pendekatan