Teori Perkembangan Jean Piaget

dengan menulis, siswa akan mengkomunikasikan pemikiran mereka terhadap konsep yang diajarkan. Menurut LACOE dalam Mahmudi, 2009, hlm. 4 “Cara lain untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematik siswa adalah dengan berdiskusi kelompok”. Diskusi kelompok memungkinkan siswa berlatih untuk mengekspresikan pemahaman, dan mengklarifikasi pemahaman atau ketidakpahaman mereka. Menurut NCTM dalam Mahmudi, 2009, hlm. 4 “Ketika siswa berpikir, merespon, berdiskusi, mengelaborasi, menulis, membaca, mendengarkan, dan menemukan konsep-konsep matematika, mereka mempunyai berbagai keuntungan, yaitu berkomunikasi untuk belajar matematika dan belajar untuk berkomunikasi secara matematik”. Pada penelitian ini, terdapat beberapa indikator yang menjadi fokus pengembangan. Indikator tersebut adalah a menggunakan bahasa matematik untuk mengekpresikan konsep luas dan keliling jajargenjang melalui gambar atau benda dari konsep yang dimaksud dengan jelas, b mengkomunikasikan pemahaman matematika dengan jelas kepada orang lain dengan menggunakan kata-kata sendiri, baik secara lisan maupun secara tertulis mengenai pemahamannya terhadap konsep luas dan keliling jajargenjang, c menyatakan peristiwa sehari-hari yang berkaitan dengan luas dan keliling jajargenjang, d melakukan diskusi kelompok mengenai luas dan keliling jajargenjang.

C. Teori yang Mendukung Pendekatan

Realistic Mathematics Education Teori ahli yang mendukung pendekatan realistic mathematics education ini dapat digunakan sebagai acuan guru untuk memahami kondisi siswa yang dihadapi. Berikut terdapat beberapa teori pembelajaran yang mendukung dipergunakannya pendekatan realistic mathematics education sebagai salahsatu pendekatan pembelajaran yang paling efektif untuk dilaksanakan, yaitu:

1. Teori Perkembangan Jean Piaget

Menurut Ruseffendi dalam Maulana, 2011 teori Jean Piaget menetapkan ragam dari tahap perkembangan intelektual manusia dimulai dari sejak lahir hingga dewasa serta ciri-cirinya dari setiap tahap tersebut. Menurut Jean Piaget dalam Maulana, 2011, hlm . 70 terdapat empat tahap perkembangan mental manusia yaitu: 1 Tahap sensori motor dari lahir sampai umur sekitar 2 tahun. 2 Tahap praoperasional umur dari sekitar 2 tahun sampai sekitar 7 tahun. 3 Tahap operasional konkret umur dari sekitar 7 tahun sampai sekitar 12 tahun. 4 Tahap operasional formal umur dari sekitar 12 tahun sampai dewasa. 1 Tahap sensorimotori Tahap sensorimotor ini diklasifikasikan oleh Jean Piaget pada rentang umur 0 sampai 2 tahun. Pada tahap ini, manusia masih sangat bergantung pada orang lain terutama terhadap orang-orang terdekatnya. Menurut Maulana 2011, hlm. 70 terdapat beberapa ciri pada tahap sensorimotor ini yaitu: a Anak belajar mengembangkan dan menyelaraskan gerak jasmaninya. b Anak berpikirbelajar melalui perbuatan dan gerak. c Anak belajar mengaitkan simbol benda dengan konkretnya, hanya masih sukar. Misal: mengaitkan penglihatan mentalnya dengan penglihatan real dari benda yang disembunyikan. d Mulai mengotak-atik benda. 2 Tahap pra operasional Tahap ini diklasifikasikan oleh Jean Piaget pada rentang usia anak 2-7 tahun. Menurut Maulana 2011, hlm. 70 “Pada tahap ini, anak sudah menggunakan bahasa untuk menyatakan suatu ide, tetapi ide tersebut masih sangat tergantung pada persepsinya. Pada tahap ini anak telah mulai menggunakan simbol, dia belajar untuk membedakan antara kata atau istilah dengan objek yang diwakili oleh kata atau istilah tersebut”. Menurut Budhiningsih 2004 tahap prakonseptual ini berada pada usia 2-4 tahun, sedangkan untuk tahap intuitif berada pada rentang usia anak 4-7 tahun atau 8 tahun. Menurut Budhiningsih 2004, hlm. 39 karakteristik tahap prakonseptual ini adalah: a Self counter nya sangat menonjol. b Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok. c Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda. d Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria yang benar. e Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan. Menurut Ruseffendi, 1991 dan Bybee, 1982 dalam Maulana, 2011 pada tahap praoperasional, anak telah menunjukan perilaku seperti mengaitkan pengalaman yang ada pada dunia luar dengan pengalaman pribadinya, mengira bahwa benda tiruan memiliki sifat benda sebenarnya, anak tidak dapat membedakan mana kejadian yang sebenarnya dengan khayalan, sulit memikirkan dua aspek atau lebih dari suatu benda secara serempak, dan mampu memanipulasi benda. 3 Tahap operasional konkret Anak tingkat sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret yaitu pada umur sekitar 7 tahun sampai sekitar 12 tahun. Menurut Budhiningsih 2004, hlm. 38 “ Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya”. Menurut Maulana 2011 ciri-ciri dalam tahap ini adalah: a anak mengembangkan konsep dengan menggunakan benda konkret untuk menyelidiki hubungan dan model-model ide abstrak, b anak sudah mulai berpikir logis, c anak mampu melihat sudur pandang orang lain dan mengetahui mana yang salah dan mana yang benar, d anak mulai senang membuat benda bentukan atau alat-alat mekanis seperti mobil-mobilan dari bambu atau dari kulit jeruk. Berkaitan dengan pembelajaran matematika, dalam tahap operasional konkret siswa sudah mulai bisa mengembangkan suatu konsep melalui benda-benda yang konkret lalu membuat suatu hubungan dengan hal yang abstrak sehingga pada proses lebih lanjut siswa dapat membentuk suatu konsep matematika yang abstrak. Prosedur tersebut dapat dilakukan dengan pembelajaran realistik matematik. Pendekatan realistik matematik ini dapat memfasilitasi terbentuknya suatu konsep matematika yang dibangun sendiri oleh siswa melalui hal-hal yang konkret. Pembelajaran realistik matematika yang disajikan dapat mengantarkan siswa agar lebih memahami hal-hal yang abstrak melalui hal-hal yang konkret. 4 Tahap operasional formal Pada tahap ini, manusia berada pada usia mulai dari 12 tahun hingga dewasa. Menurut Maulana 2011, hlm. 75 anak yang berada pada tahap ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a Anak sudah mampu berpikir secara abstrak, tidak memerlukan lagi perantara operasi konkret untuk menyajikan abstraksi mental secara verbal. b Dia dapat mempertimbangkan banyak pandangan sekaligus, dapat memandang perbuatannya secara objektif dan merefleksikan proses berpikirnya, serta dapat membedakan antara argumentasi dan fakta. c Mulai belajar menyusun hipotesis perkiraan sebelum melakukan suatu perbuatan. d Dapat merumuskan dalilteori, menggeneralisasikan hipotesis, serta mampu menguji bermacam-macam hipotesis.

2. Teori Vigotsky