Perkembangan Bursa Efek Indonesia

41 nasionalisasi pada tahun 1956. Tidak sampai tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Modal Bapepam, institusi baru di bawah departemen keuangan, kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham mulai meningkat dan mencapai puncaknya tahun1990 seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta. Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta BEJ. Swastanisasi bursa saham menjadi PT. BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM. Tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak baru. Pada tanggal 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System JATS, sebuah sistem perdagangan sistematis yang menggantikan sistem dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual www.jsx.co.id.

4.1.2 Perkembangan Bursa Efek Indonesia

Pasar modal Indonesia telah mengalami perkembangan yang cepat dalam tempo yang relatif singkat. Perkembangan BEI dapat dilihat dari perkembangan jumlah emiten yang menerbitkan sahamnya di BEI. Berdasarkan data, jumlah emiten dan dana yang dihimpun dari penawaran umum IPO mengalami perkembangan yang bervariasi dari tahun ke tahun. Misalnya pada tahun 1978, 1985, 1986, dan 1987, sama sekali tidak ada pertambahan emiten baru yang Universitas Sumatera Utara 42 melakukan emisi. Jumlah saham emisi yang paling banyak terjadi pada tahun 1990 yaitu sebanyak 65 emiten. Perkembangan ini diikuti dengan kapitalisasi pasar yang berkembang lebih cepat lagi. Volume rata-rata perdagangan saham perhari di BEI dari dibawah seratus hingga miliaran rupiah. Pada data yang ada di BEI diketahui bahwa jumlah saham yang tercatat di BEI meningkat pesat, dari 24 saham tahun1988 menjadi 331 pada tahun 2005. Perkembangan teknologi informasi dan tujuan peningkatan kelancaran dan efisiensi perdagangan, BEI mulai mengembangkan suatu sistem perdagangan yang dikenal dengan istilah scripless trading atau sistem perdagangan tanpa warkat adalah sistem perdagangan yang penyelesaian transaksinya dilakukan hanya dengan pemindahbukuan atau book_entry settlement. Artinya, tidak diperlukan lagi sertifikat sekuritas yang secara fisik berpindahtangan dari elektronik dan tersimpan dalam lembaga penyimpanan custodian secara terpusat. Pembeli sekuritas cukup mendapatkan catatan bahwa di rekeningnya sudah tersimpan sekuritas yang dibelinya. Penjual disisi lain akan mendapatkan laporan tambahan dana dalam rekeningnya, senilai sekuritas yang dibelinya. Pasar modal Indonesia selama tahun 2003, mencatat kinerja yang mengesankan, perbaikan berbagai indikator ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi ataupun nilai tukar rupiah yang didukung oleh pasar modal Indonesia dan memicu peningkatan aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara 43 Kinerja BEI sepanjang tahun 2004 sangat memuaskan. Tingkat kepercayaan pemodal terus meningkat dan semua indikator perdagangan mengalami pertumbuhan signifikan. Hal tersebut ditunjukkan oleh peningkatan rata-rata nilai transaksi perdagangan dari Rp. 518 miliar untuk tahun 2003 menjadi 1,024 triliun untuk tahun 2004 dan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG naik dari 691.895 pada akhir 2003 menjadi 1.000.233 pada akhir 2004. Kinerja keuangan juga mengalami pertumbuhan yang menggembirakan bagi Bursa Efek Indonesia, dimana BEI menunjukkan daya tahan yang lebih besar terhadap kondisi perekonomian yang penuh tantangan. Perdagangan saham di BEI terus berkembang dan jumlah perusahaan yang memperdagangkan sahamnya di BEI semakin bertambah. Likuiditas pasar yang baik dari segi volume maupun nilai perdagangan mencatatkan prestasi yang baik sehingga mendukung tercapainya pendapatan operasional maupun hasil usaha yang baik.

4.2 Statistik Deskriptif

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 65 120

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, CURRENT RATIO, RETURN ON ASSET TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 3 20

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Equity Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Pada Periode 2009 – 2011.

0 1 16

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Equity Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Pada Periode 2009 – 2011.

0 1 15

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 0 23

Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009 sampai Tahun 2011.

0 0 21

Pengaruh Debt To Assets Ratio, Deviden Payout Ratio Dan Return On Assets Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 39

PENGARUH CASH POSITION, FIRM SIZE, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR.

0 1 126

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets Terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets Terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009

0 0 10