Pengaruh Pajak Masukan yang seharusnya dapat Dikreditkan tetapi

87 3 Pembelian aktiva yang berhubungan dengan usaha Dari data-data yang di dapat penulis dari perusahaan, ternyata PT. Wijaya Karya Beton tidak mengkreditkan pajak masukannya atas pembelian aktiva tetap yang berhubungan dengan kegiatan usaha, yaitu pembelian generator listrik. Pembelian generator listrik Harga Perolehan : Rp 78.625.000 Pajak Masukan dari Pembelian generator listrik yang belum dikreditkan perusahaan : PM Pajak Masukan = Rp 7.862.500 lihat tabel 4.4 dan 4.7 Dalam peraturan perpajakan, PT. Wijaya Karya Beton seharusnya dapat mengkreditkan semua pajak masukannya atas pembelian aktiva yang berhubungan dengan usaha, oleh karena itu sebaiknya PT. Wijaya Karya Beton mempertimbangkan peraturan tersebut agar dapat meminimalkan jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang terutang oleh PT. Wijaya Karya Beton.

e. Pengaruh Pajak Masukan yang seharusnya dapat Dikreditkan tetapi

tidak Dikreditkan Oleh Perusahaan Dengan adanya pembelian generator listrik yang seharusnya pajak masukan atas pembelian barang modal yang ada hubungannya dengan usaha tersebut dapat dikreditkan namun tidak dikreditkan oleh perusahaan adalah kurang menguntungkan bagi perusahaan karena apabila pajak masukannya tidak dikreditkan mak akan terjadi kurang bayar sebesar Rp 62.591.199 tetapi apabila 88 perusahaan mengkreditkan pajak masukan atas pembelian barang modal tersebut, maka pajak yang harus dibayar berkurang menjadi Rp 23.295.708. Berikut perhitungan pajak masukan atas pembelian barang modal yang dapat dikreditkan : Pembelian generator listrik : Rp 78.625.000 Pemakaian untuk usaha : 100 Pemakaian untuk hal di luar usaha : 0 Perusahaan dapat mengkreditkan pembelian atas barang modal tersebut sebesar 100 dari harga perolehan, karena semuanya dipakai untuk kegiatan usaha. Oleh karena itu jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan oleh perusahaan yaitu sebesar 10 x Rp 78.625.000 = Rp 7.862.500, sehingga pajak yang harus dibayar oleh perusahaan berkurang menjadi Rp 23.295.708 lihat pada tabel 4.4 dan 4.7. Hal ini akan sangat berguna bagi perusahaan karena akan meminimalkan jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar oleh perusahaan. Sebelum dilakukan perhitungan atas Tax Planning terhadap pajak masukan yang seharusnya dapat dikreditkan, maka dapat diketahui bahwa hutang PPN adalah sebesar Rp 62.591.199, dalam neraca diketahui bahwa total aktiva sebesar Rp 5.947.294.325 dan akumulasi penyusutan aktiva sebesar Rp 185.759.329. Dalam laporan laba rugi dapat diketahui besarnya biaya penyusutan aktiva yaitu sebesar Rp 54.183.438 dan laba bersih sebesar Rp 3.604.911.131. Setelah dilakukan perhitungan atas Tax Planning, maka dapat diketahui bahwa hutang PPN menjadi Rp 23.295.708, dalam neraca diketahui bahwa total 89 aktiva sebesar Rp 5.940.728.968 dan akumulasi penyusutan aktiva sebesar Rp 184.776.516. Dalam laporan laba rugi dapat diketahui besarnya biaya penyusutan aktiva yaitu sebesar Rp 53.200.625 dan laba bersih sebesar Rp 3.606.208.274.

3. Pajak Pertambahan Nilai yang Dibayar dengan Penerapan Tax