Penerapan Tax Planning untuk Pajak Pertambahan Nilai

35 walaupun diperlukan penambahan biaya atau kemungkinan keberhasilan yang sangat kecil. Sepanjang masih besar penghematan pajak tax saving yang bisa diperoleh, rencana tersebut harus tetap dijalankan, karena bagaimanapun juga kerugian yang ditanggung merupakan kerugian minimal.

f. Memantapkan Perencanaan Pajak

Meskipun suatu rencana pajak sudah dijalankan dan proyek sudah berjalan, masih perlu mempertimbangkan setiap perubahan yang terjadi termasuk perubahan undang-undang. Pemantafan suatu perencanaan pajak adalah konsekuensi yang perlu dilakukan. Dengan memperhatikan keadaan saat ini dan perkembangan-perkembangan yang mungkin terjadi, seorang manager akan mampu mengurangi akibat yang merugikan dari adanya perubahan tersebut, dan saat bersamaan dapat mengambil kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial.

4. Penerapan Tax Planning untuk Pajak Pertambahan Nilai

Perencanaan Pajak Pertambahan Nilai dapat dilakukan antara lain, yaitu : 1. Memaksimalkan pajak masukan yang dapat dikreditkan, perusahaan sebaiknya memperoleh Barang Kena Pajak Jasa Kena Pajak dari Pengusaha Kena Pajak, supaya pajak masukannya dapat dikreditkan. Perusahaan perlu mengamati dengan cermat jangan sampai terdapat pajak masukan yang belum dikreditkan lagi. Cara lain yang dapat dilakukan perusahaan untuk memaksimalkan pajak masukan yang dapat dikreditkan antara lain, yaitu meningkatkan 36 jumlah ekspor karena berdasarkan ketentuan atas transaksi ekspor dikenakan tarif sebesar 0 , dengan demikian apabila perusahaan membeli barang untuk diekspor maka pajak masukannya akan lebih besar daripada pajak keluarannya sehingga kelebihan pembayaran pajak tersebut dapat diminta kembali restitusi atau dikompensasikan untuk masa pajak berikutnya. Perusahaan juga dapat mengkreditkan pajak masukannya atas perolehan barang modal seperti misalnya pembelian mesin-mesin pabrik untuk memproduksi barang-barang yang akan diekspor maupun yang akan dijual di dalam negeri, juga pembelian bahan baku untuk proses produksinya. 2. Dalam hal penjualan Barang Kena Pajak Jasa Kena Pajak yang pembayarannya belum diterima, pembuatan faktur pajak dapat ditunda sampai akhir bulan berikutnya setelah penyerahan Barang Kena Pajak Jasa Kena Pajak. Dengan menunda pembuatan faktur pajak ini, maka perusahaan dapat pula menunda pelaporan pajak keluarannya. Penundaan pembuatan faktur pajak ini dapat dilakukan selambat-lambatnya akhir bulan berikutnya setelah penyerahan Barang Kena Pajak Jasa Kena Pajak yang pembayarannya belum diterima setelah bulan penyerahan BKPJKP tersebut kecuali pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya atau pembayaran mendahului penyeharan BKPJKP, maka Faktur Pajak Standar harus dibuat selambat-lambatnya pada waktu penerimaan pembayaran. 37 3. Melaporkan pajak masukannya dalam Surat Pemberitahuan Masa Apabila perusahaan membeli bahan baku untuk keperluan proses produksinya, perusahaan sebaiknya melaporkan pajak masukannya dalam Surat Pemberitahuan Masa karena apabila hal ini tidak dilakukan maka pajak masukan atas pembelian bahan baku tersebut tidak dapat dikreditkan. 4. Melakukan Impor Inden pada Importir yang telah memiliki NPWP Adapun yang dimaksud dengan impor inden adalah suatu kegiatan memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh importir untuk dan atas nama pemesan indentor berdasarkan perjanjian pemasukan barang impor antara importir dengan indentor, yang segala pembiayaan impor antara lain LC, bea, pajak, maupun biaya yang berhubungan dengan impor sepenuhnya menjadi beban indentor dan sebagai balas jasa importir memperoleh komisi dari indentor. Berdasarkan ketentuan mengenai Impor Inden ini maka atas barang yang diberikan dari Importir ke Indentor tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai sedangkan komisi yang diberikan kepada Importir oleh Indentor dikenakan atau terutang Pajak Pertambahan Nilai dan dapat dikreditkan. Dengan demikian impor inden akan menguntungkan perusahaan karena dapat meminimalkan jumlah Pajak Pertambahan Nilai Terutangnya, dan perusahaan juga dapat mengkreditkan komisi yang diberikan kepada importir. 38 5. Membuat faktur pajak dengan lengkap serta melaporkannya tepat waktu Salah satu kriteria umum bahwa suatu pajak masukan dapat dikreditkan adalah tercantum dalam Faktur Pajak Standar atau dalam dokumen yang diperlakukan sebagai Faktur Pajak Standar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Seorang pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak membuat faktur pajak dengan lengkap dan melaporkannya dengan tepat waktu, maka akan dikenai sanksi sebesar 2 dari Dasar Pengenaan Pajak DPP. Hal ini akan merugikan perusahaan karena akan menambah beban pajaknya sehingga bertambah besar. Contoh Tax Planning untuk Pajak Pertambahan Nilai : PT. A merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri sepatu. Adapun data-data perusahaan tersebut pada tahun 2005 adalah sebagai berikut : Penjualan dalam negeri Rp 235.000.000 Penjualan ekspor Rp 325.000.000 Pembelian mesin pabrik dalam negeri Rp 40.000.000 Pembelian bahan baku Rp 150.000.000 Pembelian yang dilakukan PT. A sebagian berasal dari Pengusaha Kena Pajak dan sebagian lagi bukan dari Pengusaha Kena Pajak. Dalam proses penjualannya, PT. A melaporkan semua faktur pajaknya dengan lengkap dan tepat waktu, dan untuk pembelian bahan bakunya, PT. A melaporkannya dalam Surat Pemberitahuan Masa. 39 Dari contoh dapatlah diketahui jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang Terutang dan jumlah pajak yang direncanakan untuk meminimalkan jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang Terutang. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai yang Terutang : Jumlah Pajak Masukan = 10 x Total Pembelian = 10 x Rp 150.000.000 + Rp 40.000.000 = 10 x Rp 190.000.000 = Rp 19.000.000 Jumlah Pajak Keluaran = 10 x Total Penjualan = 10 x Rp 235.000.000 + Rp 325.000.000 = 10 x Rp 560.000.000 = Rp 56.000.000 Jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang Terutang = Jumlah Pajak Keluaran – Jumlah Pajak Masukan = Rp 56.000.000 – Rp 19.000.000 = Rp 37.000.000 Perhitungan Jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang dapat direncanakan : Berdasarkan data-data di atas maka PT. A dapat mengkreditkan Pajak Masukannya dengan Pajak keluarannya untuk hal-hal seperti ekspor, pembelian maesin pabrik, pembelian dari Pengusaha Kena Pajak serta pembelian dengan impor inden, dengan demikian maka jumlah perencanaan pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai yaitu : 40 1. Penjualan Ekspor Dari penjualan ekspor ini, PT. A dapat mengkreditkan semua pajak masukannya yaitu sebesar 10 x Rp 325.000.000 = Rp 32.500.000 karena dalam ekspor dikenakan tarif 0 sehingga PT. A dapat meminta kembali atau mengkompensasi pembayaran pajaknya untuk masa pajak berikutnya. 2. Pembelian Mesin Pabrik PT. A juga dapat mengkreditkan pajak masukannya atas penbelian mesin pabrik ini sebesar Rp 10 x Rp 40.000.000 = Rp 4.000.0000. 3. Pembelian Bahan Baku Dalam Negeri Untuk pembelian bahan baku dalam negeri ini, dapat mengkreditkan pajak masukannya sebesar Rp 10 x Rp 150.000.000 = Rp 15.000.000 karena jumlah tersebut merupakan pembelian dari Pengusaha Kena Pajak. 4. Pembelian dengan Impor Inden Dengan adanya impor inden ini, maka atas penyerahan barang dari Importir ke PT.A tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai, tetapi komisi yang diberikan PT. A kepada Importir terutang Pajak Pertambahan Nilai dan dapat dikreditkan. Dengan demikian, pajak masukan yang dapat dikreditkan adalah sebesar 10 x Rp 5.000.000 = Rp 500.000. Jadi, Jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang Terutang setelah diterapkan Tax Planning adalah: Jumlah Pajak Masukan setelah Tax Planning = Rp 15.000.000 + Rp 4.000.000 + Rp 500.000 = Rp 19.500.000 Jumlah Pajak Keluaran setelah Tax Planning = Rp 32.500.000 41 Jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang Terutang setelah Tax Planning = Jumlah Pajak Keluaran – Jumlah Pajak Masukan = Rp 32.500.000 – Rp 19.500.000 = Rp 13.000.000 Dengan penerapan tax planning tersebut maka terjadi penghematan Pajak Pertambahan Nilai yang Terutang sebesar : = Rp 37.000.000 – Rp 13.000.000 = Rp 24.000.000

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Wijaya Karya Beton Wilayah Penjualan I Sumatera utara yang berlokasi di Jalan Gunung Krakatau No. 15 Medan dan waktu penelitian dimulai pada bulan November 2007 sampai dengan selesainya skripsi ini.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan dalam bentuk bentuk studi kasus yang dilakukan secara langsung mendatangi objek penelitian yaitu PT. Wijaya Karya Beton Wilayah Penjualan I Sumatera Utara Medan guna memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Dimana hasil yang didapatkan dari penelitian ini bertujuan untuk disarankan agar diterapkan dalam perusahaan untuk dapat menerapkan Tax Planning Perencanaan Pajak yang tepat sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

C. Jenis dan Sunber Data

1. Jenis Data Jenis data yang digunakan untuk melakukan Tax Planning sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku adalah data kuantitatif, yaitu jenis data