Mekanisme Pembuatan Faktur Pajak

83 diperhatikan adalah peraturan perpajakan mengenai tarif dan waktu pembayaran serta pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, bersama ini akan dikemukakan beberapa hal yang boleh dilakukan menurut Undang-Undang Perpajakan No 18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, tetapi perusahaan tidak memanfaatkannya dalam melakukan mekanisme perpajakannya terutama yang berhubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai.

a. Mekanisme Pembuatan Faktur Pajak

Dari data-data perusahaan yang diperoleh, dapatlah diketahui bahwa dalam pembuatan faktur pajaknya, perusahaan menyesuaikan dengan tanggal penjualan atau penyerahan barang apabila penjualannya ditujukan kepada Pengusaha Kena Pajak ataupun pengusaha non PKP yang penjualannya berupa penjualan tunai ataupun penjualan kredit yang tidak disertai dengan uang muka pembelian. Tetapi apabila penjualannya ditujukan kepada pemungut PPN ataupun kepada antar cabang, maka perusahaan membuat faktur pajak pada akhir bulan saat terjadinya penjualan. Pada saat faktur pajak dibuat maka perusahaan wajib melaporkan dalam SPT Masa PPN. Perusahaan seharusnya dapat mempertimbangkan cara-cara seperti yang diatur dalam Undang-Undang Perpajakan untuk dapat meminimalkan jumlah Pajak Pertambahan Nilainya atau paling tidak akan berguna untuk menunda pembayaran PPN Terutang, misalnya dengan cara menunda pembuatan faktur pajak karena menurut peraturan perpajakan, faktur pajak paling lambat dapat dibuat sampai akhir bulan berikutnya setelah penyerahan BKP danatau penyerahan keseluruhan JKP yang pembayarannya belum diterima setelah bulan 84 penyerahan BKPJKP tersebut kecuali pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya atau pembayaran mendahului penyerahan BKPJKP, maka Faktur Pajak Standar harus dibuat selambat-lambatnya pada waktu penerimaan pembayaran. Hal ini akan sangat berguna untuk menunda pembayaran Pajak Pertambahan Nilai yang terutang di PT. Wijaya Karya Beton. Selain itu, hal ini akan akan sangat penting bagi perusahaan apabila perusahaan sedang membutuhkan dana untuk membiayai keperluan lain dan untuk menunda pengeluaran perusahaan. Dengan adanya penundaan pembayaran pajak akibat penundaan pelaporan pajak keluaran, maka PT. Wijaya Karya Beton juga dapat menggunakannya untuk investasi. Dari data-data yang ada dapat diketahui bahwa jumlah penjualan secara kredit tanpa uang muka adalah sebesar 30 dari jumlah total keseluruhan Penyerahan, maka dengan demikian PT. Wijaya Karya Beton dapat menunda pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas 30 penyerahan tersebut untuk investasi. Jumlah Pajak Keluaran yang dapat ditunda adalah sebesar 30 dari jumlah total keseluruhan Penyerahan Yang Terutang PPN. Jumlah Pajak Keluaran yang dapat ditunda dapat dihitung : = 30 x Penyerahan Yang Terutang PPN = 30 x Rp 1.047.766.380 = Rp 314.329.914 Jadi, Pajak Keluaran yang dapat ditunda adalah = Rp 31.432.991 dapat dilihat pada tabel 4.6 dan 4.9 85 Apabila diasumsikan bahwa bunga deposito pada Bank Niaga adalah sebesar 12tahun, maka PT. Wijaya Karya Beton dapat memperoleh bunga deposito sejumlah Rp 314.330 apabila PT. Wijaya Karya Beton menunda pembuatan faktur pajak atas penjualan sebesar 30 di atas. Asumsi : Suku Bunga Deposito : 12tahun Jumlah Pajak Keluaran yang dapat ditunda = Rp 31.432.991 Perhitungan : Bunga Deposito per bulan = 12 x Rp 31.432.991 12 = Rp 314.330

b. Penjualan yang Disertai dengan Uang Muka Pembelian