Penanganan Tindak Pidana Korupsi

10. Heregistrasi atau pencatatan ulang kekayaan perseorangan yang menyolok, dengan pengenaan pajak yang tinggi. Kekayaan yang statusnya tidak jelas dan diduga menjadi hasil korupsi. Ringkasnya, tindak korupsi itu merupakan tindak pidana yang sangat merugikan bangsa dan Negara, dan menjadi hambatan utama dalam pembangunan. Walupun demikian korupsi juga mempunyai fungsi yang positif yaitu : 1. Mencegah meluasnya ketidak puasan karena adanya distribusi kekuasaan dan kekayaan yang tidak merata. 2. Sekaligus juga menjadi pengaman bagi munculnya revolusi sosial, khususnya mencegah keresahan dan revolusi di daerah urban. Salah satu tugas Negara adalah menghadapi bahaya-bahaya subversi dan ancaman dari luar dengan sarana angkatan bersenjata. Maka tugas lainnya yang teramat penting ialah mampu menyusun task forcekekuatan riil untuk menanggapi bahaya dari dalam ialah korupt.

D. Penanganan Tindak Pidana Korupsi

Pengungkapan tindak pidana korupsi harus diakui memang ruwet, maka penangananya memerlukan konsentrasi dan kecermatan disamping pemahaman yang benar-benar terhadap undang-undang No. 20 Tahun 2001. Syarat-syarat pada dakwaan tindak pidana korupsi adalah perumusan perbuatan waktu dan tempat yang dilakukan. Selain itu juga identitas terdakwa untuk dapat merumuskan surat dakwaan. Universitas Sumatera Utara Penuntut umum harus benar-benar memahami kasus posisi agar dengan demikian, secara satu persatu dapat dipersatu dapat dirumuskan rentetan perbuatan terdakwa. Perbuatan terdakwa tersebut diformulasikan pada pasal-pasal yang didakwakan atau unsur-unsur pasal yang didakwakan. Barulah kemudian diteliti alat-alat bukti yang sah yang mendukung pembuktian unsur tindak pidana korupsi tersebut. Menurut Laden Marpaung dalam Daniel Marshal yang menyatakan pada harian Berita Buana terbit pada hari Jumat 26 Juli 1991: “Kesulitan menjerat tersangka pelaku tindak pidana korupsi karena gagalnya Jaksa memberikan alat bukti yang bukti yang menyakinkan hakim, sering mengundang pendapat agar sitem pembuktian dalam perkara korupsi menggunakan sistem pembuktian yang terbalik. 25 Seiring terjadinya, menurut opini umum, tersangka benar-benar melakukan perbuatan korupsi yang didakwakan karena melihat keadaan perekonomiannya yang jauh diatas penghasilan resminya. Tapi karena tali temali korupsi sering begiru ruwet disamping pintarnya terdakwa menghilangkan jejak, jaksa tidak berhasil menyakinkan hakim akan tuduhannya. 26 Pengungkapan tindak pidana korupsi harus diakui memang ruwet, maka penangananya memerlukan konsentrasi dan kecermatan disamping pemahaman yang benar-benar terhadap UU No. 20 Tahun 2001. Syarat-syarat dakwaan dalam tindak pidana korupsi adalah perumusan perbuatan, waktu dan tempat perbuatan 25 Laden Marpaung.Op.Cit.,Hal. 162 26 Ibid Universitas Sumatera Utara dilakukan, selain itu juga identitas terdakwa. Untuk merumuskan surat dakwaan, penuntut umum harus benar-benar memahmi kasus posis dengan demikian, secara satu persatu dapat dirumuskan rentetan perbuatan terdakwa. Perbuatan terdakwa tadi diformulasikan kepada pasal yang didakwakan atau unsur-unsur yang didakwakan. Barulah kemudian diteliti alat-alat bukti yang sah yang mendukung pembuktian unsur tindak pidana korupsi tersebut. Untuk memudahkan terlampir contoh materi ringkas Matrik yang kemungkinannya dapat digunakan untuk factor membantu agar jelas kelihatan unsur mana yang lemah pembuktiannya. Penanganan tindak pidana korupsi selalu berasaskan “praduga tak bersalah” presumption of innocence. Seiring oleh opini umum, sebagaimana yang ditulis oleh Daniel Marshall, bahwa karena keadaan Perekonomian seseorang jauh di atas penghasilan formal, masyarakat menilai yang bersangkutan koruptor. Hal yang demikian yang harus dicegah dan tidak boleh terjadi pada penanganan tindak pidana korupsi. Penanganan tindak pidana korupsi memerlukan pemahaman tentang perbuatan-perbuatan terdakwa, pemahaman ini htidak hanya mencakup perbuatan terdakwa tetapi juga terhadap peraturan-peraturan terkait dengan perbuatn terdakwa tersebut misalnya pengelolaan keuangan dan atau proyek, harus memahami Kep. Pres No. 14 A Tahun 1980 jo Kep. Pres. No. 18 Tahun 1981 dan Kep. Pres. No. 29 Tahun 1984. Demikian juga masalah manipulasi tanah Negara, perlu memahami PERMENDAGRI No. 5 Tahun 1973. Universitas Sumatera Utara

BAB III BENTUK-BENTUK KORUPSI PADA ERA MODERNISASI