Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Madekhan. 2006. Orang Desa Anak Tiri Perubahan. Lamongan: Averroes Press.

Asy’arie, Musa. 1997. Islam Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat. Yogyakarta: LESFE

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial, Format- format kuantitatif dan kualitatif. Jakarta: Air Langga Universitas Pers

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

Faisal, Sanafiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

George Ritzer, Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Kontemporer Edisi VI. Jakarta: Kencana

Hikmat, Harry. 2001. Marginalisasi Komunitas Lokal Dalam Perspektif Kontingensi Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Disertasi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Gajah Mada

Kartasasmita, Ginandjar, 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan Dan Pemerataan. Jakarta: Cides

Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(2)

Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat Dan Jaringan Pengaman Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Agistiasari, Risma. 2012. Evaluasi PNPM di Kecamatan Karang Anyer. Skripsi Fakultas Ilmu Sisial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Anggraini, Dewi. 2013. Pemberdayaan Perempuan Melalui Simpan Pinjam

Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Juliarni.2013. Efektivitas Pelaksanaan SPP PNPM-MPd Di Kecamatan Bangun Purba Kab.Deli Serdang. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Novitasari, Dian. 2011. Analisis Program PNPM Mandiri Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Miskin. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Siregar, Julius. 2014. Analisis Efektivitas Pengembalian Dana Pinjaman Kelompok SPP Dalam PNPM-Mpd Kecamatan Argamakmur. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Bengkulu

Rihadini, Mustika. 2012. Efektivitas Pelaksanaan Program PNPM-Mpd Pada Kelompok SPP Di Kecamatan Ranometo Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara Priode 2010. Tesis Ilmu Administrasi Negara Universitas Hasanuddin

Rohim, Abdur. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengenbangan Desa Wisata. Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Sunan Kalijaga


(3)

Wahyudi, Wenny Widya. 2011. Efektivitas Kegiatan Kelompok Simpan Pinjam perempuan Miftahul Janji Dalam Program PNPM-MpdKecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Andalas

Internet dan Sumber lainnya

Modul Pelatihan KPMD/K PNPM-Mpd TA 2014 SOP SPP

www.bps.go.id. Diakses pada 12 Januari 2015 www.pnpm-mandiri.org. Diakses pada 12 Januari 2015


(4)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, juga menjawab pertanyaan sehubungan dengan status subyek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada didalam kehidupan masyarakat yang menjadi objek dalam penelitian ini dan berupaya untuk menarik realitas itu ke permukaan sehingga terlihat bagaimana realitas sosial yang sebenarnya ada dan sedang terjadi dalam kehidupan masyarakat (Bungin, 2007).

Penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata (baik tertulis maupun lisan). Metode penelitian kualitatif ini dipilih karena dapat menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden serta lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2000).

Hasil penelitian lebih ditekankan pada pemberian gambaran secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diselidiki, dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti akan memperoleh informasi atau data yang lebih mendalam mengenai disfungsi yang terjadi dalampelaksanaan Simpan


(5)

Pinjam Perempuan dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Desa Batu Anam Kecamatan Rahuning Kabupaten Asahan.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena Desa Batu Anam telah mengikuti pelaksanaan Simpan Pinjam Perempuan dalam PNPM-Mpd sejak tahun 2010. Berdasarkan kurun waktu yang relatif lama itulah maka peneliti ingin meneliti proses pelaksanaan program tersebut khususnya yang terkait dengan disfungsi yang terjadi dalam program Simpan Pinjam bagi Perempuan.

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit analisis

Unit analisis adalah satuan yang diteliti. Dalam penelitian, biasanya yang menjadi unit analisisnya bisa berupa individu, kelompok yang kemudian disebut sebagai informan atau responden (Koetjaraningrat, 1977). Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisisnya adalah anggota kegiatan Simpan Pinjam Perempuan, fasilitator kegiatan dan staff pekerja di kantor PNPM-Mpd di Desa Batu Anam.

3.3.2. Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian. Informan dianggap sebagai orang yang menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin, 2008). Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :


(6)

1. Anggota Simpan Pinjam Perempuan yang memiliki usaha berjumlah 3 orang, dan yang tidak memiliki usaha berjumlah 3 orang. Dengan keikutsertaan sebagai anggota SPP minimal 2 tahun.

2. KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa) sebagai pendamping anggota SPP berjumlah 1 orang.

3. Staff PNPM-Mpd Kecamatan yaitu tim verifikasi 1 orang dan unit pengelola kegiatan 1 orang.

4. Pemerintahan Desa berjumlah 1 orang. 3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Teknik pengumpulan data primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :

a. Observasi yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, dimana data penelitian itu dapat diamati peneliti. Dalam arti data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan pancaindra (Bungin, 2001). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan langsung ke kantor PNPM-Mpd untuk mendapatkan langsung data anggota simpan pinjam perempuan yang merupakan informan dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya melakukan pengamatan langsung kepada para informan sehingga hasil pengamatan langsung dapat peneliti peroleh. Pengamatan ini meliputi pertemuan yang diadakan di kantor kepala desa antara pihak PNPM-Mpd kecamatan


(7)

dengan beberapa anggota SPP, iuran bulanan yang dilakukan anggota SPP kepada ketua kelompok dan penyaluran hasil iuran oleh ketua ke kantor PNPM-Mpd.

b. Wawancara Mendalam yaitu proses tanya jawab yang dilakukan secara langsung dan mendalam ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan draf pertanyaan yang sudah siapkan dan disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ada, serta menggunakan panduan atau pedoman wawancara dan alat bantu wawancara seperti tape recorder, catatan kecil dan lain-lain untuk memperoleh data dan informasi tentang pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan yang berlangsung di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan.

3.4.2. Teknik pengumpulan data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian dan data yang dapat diambil dari sumber lain atau instansi lain yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian perpustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu menghimpun berbagai informasi dari buku referensi, jurnal, majalah dan internet yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan proses pengolahan data dimulai dari tahap mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti kemudian diolah secara deskriptif berdasarkan apa yang terjadi dilapangan. Menganalisis data menunjuk pada kegiatan mengorganisasikan data ke dalam susunan-susunan


(8)

tertentu dalam rangka penginterpretasikan data (Faisal, 2007). Analisis data ditandai dengan pengolahan dan penafsiran data yang diperoleh dari setiap informasi baik melalui pengamatan, wawancara atau catatan lapangan lainnya yang telah ada melalui penelitian terdahulu yang kemudian dipelajari dan ditelaah. Pada tahap selanjutnya adalah penyusunan data dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorikan. Kategori tersebut berkaitan satu sama lain dan di interpretasikan secara kualitatif.

3.6.1 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah, terkait dengan keterbatasan waktu terutama pada informan membuat peneliti harus membuat jadwal pertemuan. Terlepas dari kendala diatas peneliti menyadari keterbatasan dalam proses penelitian yang dilakukan, meskipun demikian peneliti berusaha untuk melaksanakan penelitian semaksimal mungkin agar mendapatkan hasil yang akurat.


(9)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1 Sejarah Desa

Desa Batu Anam adalah desa baru yang masuk ke dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Rahuning sejak tahun 2011. Awalnya Desa Batu Anam berada dibawah pemerintahan Kecamatan Bandar Pulau. Pindahnya pemerintahan karena pada tahun 2011 diadakan pemekaran daerah. Desa Batu Anam Kecamatan Rahuning berada di Kabupaten Asahan Sumatera Utara, dengan batas wilayah yaitu:

1. Utara berbatasan dengan Desa Mekar Sari, Kecamatan Pulau Rakyat. 2. Selatan berbatasan dengan Desa Perkebunan Kelapa Sawit Gunung

Melayu, Kecamatan Rahuning.

3. Barat berbatasan dengan Desa Gunung Melayu, Kecamatan Rahuning. 4. Timur berbatasan dengan Desa Rahuning, Kecamatan Rahuning.

Sumber data: Data Statistik Desa Batu Anam 2014

Pada wilayah Desa Batu Anam terdapat perkebunan kelapa sawit yaitu PT. Asian Agri. Awalnya seluruh tanah di desa Batu Anam adalah milik warga, namun sejak tahun 1985 masuklah PT Indo Sawit Grup yang membuka lahan perkebunan kelapa sawit yang pernah menyebabkan terjadinya konflik perebutan lahan, dan akhir dari konflik tersebut ialah pembagian batas kepemilikan tanah yang disahkan oleh notaris. Awalnya warga tidak memiliki surat tanah, hanya berdasarkan pemahaman tanah leluhur, oleh karena itu hingga sekarang wilayah


(10)

perkebunan PT. Asian Agri bercampur dengan tanah warga, yang mana dapat dilihat ada rumah warga yang berada di dalam kawasan tanah luas tumbuhan kelapa sawit milik perkebunan.

Umumnya warga menggunakan lahan tersebut untuk tempat tinggal dan menanam umbi-umbian dan sayur-mayur yang kemudian akan di pasarkan ke luar desa, namun dengan hadirnya perkebunan tersebut maka dibukalah lapangan pekerjaan yang besar untuk warga sekitar untuk membantu perekonomian mereka.

Desa Batu Anam terdiri dari 10 dusun yang tiap dusunnya dihuni ± 120 kepala keluarga (kk). Desa batu anam dipimpin oleh kepala desa. Hingga tahun 2014 pemilihan kepala desa sudah terjadi sebanyak 3 kali, namun saat ini posisi kepala desa di isi oleh Plt. Kepala desa yang ditunjuk dari kecamatan Rahuning. Masa kepemimpinan Plt. Kepala desa hingga saat ini menginjak usia 9 bulan dan akan berganti jika pilkades telah selesai dilakukan.

4.1.2 Perhubungan, Sarana dan Prasarana Desa

Desa Batu Anam dapat diakses dengan mudah melalui jalur darat. Terdapat 3 jalan utama yang dapat dilalui untuk masuk ke Desa Batu Anam ini, pertama melalui simpang RGM yang tepat berada di jalur lintas sumatera, kedua melalui desa Simpang Empat Kecamatan Rahuning dan ketiga melalui desa Pinggul Toba Kecamatan Bandar Pulau. Dari ibu kota Asahan yaitu Kisaran membutuhkan waktu 1 jam 30 menit -2 jam perjalanan, sedangkan dari ibu kota sumatera utara yaitu Medan membutuhkan waktu 5-6 jam perjalanan untuk sampai ke desa Batu Anam tersebut.


(11)

Semua perjalanan menggunakan jalur darat, namun untuk masuk ke wilayah desa Batu Anam membutuhkan alat transportasi pribadi karena tidak adanya transportasi umum yang tersedia. Transportasi umum hanya ada di sepanjang jalur lintas sumatera sedangkan lokasi desa Batu Anam itu sendiri masuk kedalam area PT Asian Agri yang membutuhkan waktu 1 jam untuk masuk ke wilayah desa jika ditempuh dari jalan utama yaitu simpang RGM.

Di wilayah desa Batu Anam terdapat beberapa sarana umum yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mulai dari sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana rumah ibadah dan juga koperasi yang dimaksudkan untuk membantu perekonomian keluarga, baik dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari maupun usaha simpan pinjam.

4.1.2.1Sarana Pendidikan

Berhasil atau tidaknya pembangunan suatu daerah sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang dimilikinya. Semakin maju pendidikan di suatu daerah maka akan meningkatkan sumber daya manusia yang dimiliki oleh daerah tersebut. Di Desa Batu Anam ini hanya terdapat jenjang sekolah TK hingga SMP, sedangkan tingkat SMA berada diluar desa dan berada dikecamatan lain. Peranan pendidikan sangat penting, maka sudah sewajarnyalah pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat memberikan perhatian yang besar pada bidang ini.


(12)

Tabel 4.2

Sarana Pendidikan Formal di Desa Batu Anam

No. Sarana Frekuensi Persentase (%)

1. TK Swasta 2 28,57

2. SD Negeri 2 28,57

3. SD Swasta 2 28,57

4. SMP Negeri 1 14,29

Jumlah 7 100,00

Sumber data: Data Statistik Desa Batu Anam 2014

Dengan keterbatasan sarana pendidikan formal ini, maka setiap masyarakat di Desa Batu Anam yang berkeinginan melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi harus berani menempuh jarak yang cukup jauh ke kecamatan bahkan jika ingin melanjutkan sampai ke perguruan tinggi harus pergi ke ibukota provinsi dan kabupaten.

4.1.2.2Sarana Kesehatan

Pemenuhan kebutuhan kesehatan di Desa Batu Anam dilengkapi oleh beberapa prasarana kesehatan. Adapun prasarana kesehatan yang terdapat di Desa Batu Anam ini yaitu sebanyak 24 prasarana kesehatan yang terdiri dari 1 puskesmas pemerintah, 13 praktek bidan, dan 10 posyandu. Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan ini, maka sarana kesehatan tersebut didukung beberapa tenaga medis seperti dokter puskesmas satu orang, pembina posyandu sebanyak enam orang, dan pegawai puskesmas sebanyak lima orang. Secara terperinci dapat di lihat pada tabel berikut :


(13)

Tabel 4.3

Sarana Kesehatan di Desa Batu Anam

No. Sarana Frekuensi Persentase (%)

1. Puskesmas 1 4,17

2. Posyandu 10 41,67

3. Praktek Bidan 13 54,16

Jumlah 24 100,00

Sumber data: Data Statistik Desa Batu Anam 2014

4.1.3 Kependudukan

Penduduk merupakan subjek dan objek dalam pembangunan suatu daerah serta berperan penting dalam mengelola unsur-unsur alam yang tersedia. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kepala Desa Batu Anam tahun 2014 jumlah penduduk di Desa Batu Anam berjumlah 4586 jiwa, yang terdiri dari laki-laki berjumlah 2424 jiwa dan perempuan berjumlah 2162 jiwa. Penduduk di desa ini terdiri dari warga negara indonesia atau penduduk pribumi asli. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Desa Batu Anam Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

1. Laki-laki 2424 52,85

2. Perempuan 2162 47,15

Jumlah 4586 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Batu Anam tahun 2014

Pada Tabel 4.4 Desa Batu Anam dengan jumlah penduduk yang cukup banyak dan tersebar kedalam beberapa kategori umur. Berikut data statistik jumlah penduduk berdasarkan kategori umur :


(14)

Tabel 4.5

Jumlah Penduduk Desa Batu Anam Berdasarkan Umur tahun 2014

No. Umur Jumlah Persentase (%)

1. 0-4 Tahun 73 Jiwa 1,59

2. 5-9 Tahun 202 Jiwa 4,40

3. 10-14 Tahun 275 Jiwa 6,00

4. 15-19 Tahun 321 Jiwa 7,00

5. 20-24 Tahun 476 Jiwa 10,38

6. 25-29 Tahun 394 Jiwa 8,60

7. 30-34 Tahun 467 Jiwa 10,18

8. 35-39 Tahun 312 Jiwa 6,80

9. 40-44 Tahun 380 Jiwa 8,30

10. 45-49 Tahun 630 Jiwa 13,74

11. 50-54 Tahun 413 Jiwa 9,00

12. 55-59 Tahun 367 Jiwa 8,00

13. 60-64 Tahun 138 Jiwa 3,00

14. 65-69 Tahun 78 Jiwa 1,70

15. 70-74 Tahun 60 Jiwa 1,31

Jumlah 4.586 Jiwa 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Batu Anam tahun 2014

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, dapat kita lihat bahwa mayoritas penduduk berusia 45-49 tahun yakni 13,7% setelah itu penduduk dengan usia 30-34 yakni 10,2 %, setelah itu juga penduduk dengan usia 25-29 8,6 %. Mayoritas penduduk


(15)

yang berada di Desa Batu Anam ini adalah pada usia produktif yakni usia 15-60 tahun. Dengan banyaknya jumlah penduduk di desa, tentu juga membuat desa ini terdiri dari berbagai suku, akan tetapi yang mendominasi adalah suku jawa.

Etnis Jawa datang ke Desa Batu Anam ini sejak masih berlangsungnya program transmigrasi, sedangkan Batak Pardembanan merupakan batak yang berada di Kabupaten Asahan sejak ratusan tahun lalu. Batak Pardembanan ini menempati daerah sepanjang sungai Asahan yang berasal dari Danau Toba. Salah satu marga tertua yang berasal dari Asahan ialah marga Simargolang yang berasala dari Raja Simargolang salah seorang putra dari ompu sahang matahari.

Kerajaaan Margolang dahulu kala berpusat di pulau raja dengan wilayah kekuasaan Asahan dan Labuhan Batu. Raja terakhir yang menjadi raja yaitu raja Marlau disaat penjajah belanda telah datang. Saat itu belanda menawarkan untuk membangun perkebunan kelapa sawit, akan tetapi tawaran itu ditolak raja dengan alasan bahwa kalau tanah mereka dijadikan perkebunan kelapa sawit maka rakyatnya akan menjadi budak belanda, namun pada akhirnya perkebunan tersebut tetap berdiri.

Penjelasan nyata dengan hadirnya batak pardembanan ini dibuktikan dengan adanya situs sejarah dari raja simargolang I dan II serta makam raja simargolang III di kecamatan bandar pulau (kecamatan dari Desa Batu Anam sebelum mengalami pemekaran daerah). Berdasarkan suku mayoritas yang berada di desa ini, maka agama yang dianut oleh masyarakat desa ini juga mayoritas beragama muslim. Jumlah rumah ibadah di desa ini didominasi oleh mesjid yaitu


(16)

berjumlah 12 unit yang tersebar di beberapa dusun dan memiliki 1 gereja. Berikut Tabel data jumlah penduduk berdasarkan agama :

Tabel 4.6

Jumlah Penduduk Desa Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah Persentase (%)

1. Islam 3527 Jiwa 76,91

2. Kristen 1059 Jiwa 23,09

Jumlah 4586 Jiwa 100,00

Sumber: Kantor Kepala Desa Batu Anam tahun 2014

Berdasarkan data Tabel 4.6 dapat di lihat bahwa mayoritas penduduk Desa Batu Anam beragama Islam yakni sebanyak 76,9% dari total jumlah penduduk yakni sebanyak 3527 jiwa yang ada di desa ini, hanya ada 23,09 % yang beragama Kristen atau sekitar 1059 jiwa, meskipun agama Islam menjadi agama mayoritas, namun tidak menjadikan masyarakat desa ini menjadi masyarakat yang tidak menghargai agama lain. Desa ini juga terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama.

Perbedaan agama itu seperti Agama Islam, Kristen Protestan dan Katolik, dan juga bermacam suku bangsa seperti Batak dan Jawa. Dengan keberagaman yang ada di desa ini masyarakat dapat hidup rukun dan hampir tidak pernah terjadi konflik yang besar di desa ini. Dengan latar belakang desa perkebunan, maka masyarakatnya juga sebagian besar bekerja di perkebunan dan sangat menjunjung tinggi asas kebersamaan.Hal ini dibuktikan tidak pernah ada konflik agama di desa ini. Selain agama yang beragam desa ini juga memiliki masyarakat yang bersuku beragam meskipun suku asli dari desa ini adalah suku Jawa. Berikut data statistik jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa :


(17)

Tabel 4.7

Data Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis

No. Suku Frekuensi Persentase (%)

1. Jawa 3457 75,38

2. Batak Toba 623 13,58

3. Batak Karo 394 8,59

4. Melayu 103 2,25

5. Aceh 9 0,20

Jumlah 4586 100,00

Sumber: Data Statistik Desa Batu Anam tahun 2014

Berdasarkan data Tabel 4.7 di atas, masyarakat yang bersuku Jawa menjadi masyarakat mayoritas dikarenakan memang penduduk asli desa ini adalah suku Jawa sebanyak 75,36%, namun dengan berjalannya waktu desa ini banyak didatangi oleh pendatang dari berbagai daerah maka saat ini banyak suku yang lain, seperti Melayu Pekanbaru sebanyak 2,24%, Suku Batak Toba dengan jumlah 13,6%, Suku Batak Karo sebanyak 8,6% dan terakhir sebagai pendatang yang baru-baru ini adalah Suku Aceh yakni masih 0,20% atau masih sekitar 9 orang.

Mata pencaharian yang ada di desa ini sangat beragam, meskipun dilihat secara geografis desa ini berada daerah perkebunan, yang pasti mayoritas masyarakatnya bekerja di sektor ini namun saat ini sudah mulai berkembang ke sektor lain seperti guru, pedagang, atau bahkan polisi dan PNS yang jenis lain. Berikut data statistik yang di peroleh penulis dari kantor kepala desa :


(18)

Tabel 4.8

Jumlah Penduduk Desa Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1. PNS 3 0,08

2. TNI 2 0,05

3. Pemilik jasa hiburan 3 0.08

4. Buruh jasa hiburan 9 0,25

5. Dokter swasta 4 0,11

6. Bidan swasta 7 0,20

7. Guru swasta 26 0,75

8. Karyawan Perkebunan 2418 69,22

9. BHL Perkebunan 1021 29,22

Jumlah 3493 100,00

Sumber: Data Statistik Desa Batu Anam tahun 2014

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat di lihat bahwa mata pencaharian masyarakat desa saat ini mayoritas bekerja sebagai karyawan perkebunan yakni sebanyak 2418 orang atau sebanyak 69,22% dari jumlah penduduk yang ada. Ada sebanyak 1021 orang atau 29,22% jadi buruh harian di perkebunan. Hal ini dikarenakan lokasi desa yang terdapat dua perkebunan yang cukup besar di Kabupaten Asahan.

4.2 Profil Informan

4.2.1 Anggota SPP yang memiliki usaha

1. Nama : S (bukan nama sebenarnya)

Umur : 41 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Ibu S adalah seorang ibu rumah tangga yang sudah memiliki 2 orang anak, anak sulung kuliah semester 7 di salah satu universitas swasta di Medan dan bungsu sedang mengenyam pendidikan di SMP kelas 3. Selain mengurus rumah


(19)

tangga, ia juga melakukan usaha dagang berupa membuka warung yang menjual segala keperluan sayur mayur (kedai sampah), yang pasokannya ia dapat dari toke yang langsung datang ke kedainya pada pagi hari.

Aktifitas berdagang ia mulai sejak pukul 05.00 sampai 23.00 setiap harinya. Suami beliau bekerja di perkebunan Asian Agri (berada di kawasan Desa Batu Anam) sebagai mandor. Ibu S merupakan salah satu anggota dari kelompok SPP (Simpan Pinjam Perempuan) Cendrawasih. Beliau sudah ikut program SPP sejak 3 tahun lalu dengan proses peminjaman sudah 2 kali dan sekarang sedang menunggu cairnya dana pinjaman ketiga namun mengalami keterlambatan.

Menurut Ibu S awal ia mengetahui adanya program SPP ini adalah di beri tahu dari salah satu anggota KPMD, karena beliau memiliki usaha jadi beliau disuruh untuk membentuk kelompok agar mendapat bantuan dana, maka beliau mencari teman-teman yang mau bergabung dalam kelompok ini. Menurut beliau tidak sulit mencari anggota karena tidak ada persyaratan khusus yang harus di penuhi sehingga dibentuklah sebuah kelompok dan ibu S menjadi salah satu anggota kelompok Cendrawasih bersama 9 anggota lainnya. Dari ke 10 anggota dalam kelompok cendrawasih beliau mengaku hanya ia yang mempergunakan bantuan tersebut sebagai modal usaha, sedangkan anggota lain dari kelompok cendrawasih hanya mempergunakan bantuan pinjaman tersebut sebatas keperluan sehari-hari.

Menurut beliau, dengan adanya program SPP ini dapat membantu usaha dagang beliau dikarenakan mendapatkan pinjaman modal tanpa agunan dan dengan bunga hanya 1%. Hal ini dapat meningkatkan usaha beliau karena


(20)

transaksi jual beli yang diadakan dikedai beliau sering dengan cara kredit (utang) yang akan dilunasi 1 bulan kemudian yaitu ketika gajian oleh pelanggannya, dan tentu saja hal itu akan terasa berat jika modal yang ia miliki terbatas, maka dengan ikut program SPP ini beliau merasa ada kemajuan dalam usaha dagangnya. Menurut beliau juga bahwasannya saat ini pencairan dana mengalami keterlambatan, sampai saat ini alasannya masih belum diketahui oleh dirinya dan berharap akan tetap cair walaupun lama.

2. Nama : M (bukan nama sebenarnya)

Umur : 62 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Ibu M seorang ibu rumah tangga yang sudah memiliki 5 orang anak, yang 4 anak tertua sudah berumah tangga dan hanya anak ke-5 yang belum menikah. Suami ibu M telah pensiun dari Perkebunan Asian Agri sejak 3 tahun yang lalu, dan sekarang ibu M dan suaminya bertempat tinggal di rumah anak keempatnya yang juga masih berada diwilayah Perkebunan Asian Agri. Kondisi ibu M yang menumpang hidup dirumah anaknya dikarenakan mereka belum memiliki rumah pribadi padahal ketika pekerja perkebunan sudah memasuki masa pensiun maka seharusnya ia keluar dari perkebunan, namun dikarenakan ibu M belum memiliki rumah pribadi, maka saat ini beliau bertempat tinggal bersama anak keempatnya yang sudah berumah tangga. Anak keempat dan kelima juga bekerja di Perkebunan Asian Agri tersebut. Anak keempat bekerja sebagai mandor sedangkan anak kelima bekerja sebagai mekanik alat transportasi perkebunan.


(21)

Awalnya suami beliau yang bernama MA bekerja sebagai pemanen di perkebunan, mereka telah tinggal di lokasi perkebunan tersebut sejak 41 tahun yang lalu. Ibu M memiliki usaha yaitu membuka warung makanan seperti misop, lontong, pecel, gorengan. Beliau sudah membuka warung makanan tersebut selama 20 tahun (sejak suaminya menjadi karyawan di perkebunan Asian Agri dan berjualan di rumah) yang lalu guna membantu perekonomian keluarga dan menunjang penghidupan 5 orang anaknya, namun sejak 2 tahun terakhir beliau berjualan di rumah anaknya.

Hal ini juga yang menjadi alasan ibu M tidak ingin mengontrak jauh dari perkebunan dikarenakan mata pencaharian beliau dari sini, jika pindah tentu akan tidak bisa berjualan lagi seperti saat ini. Menurut ibu M, yang masih menjadi tanggungan dalam keluarganya yaitu anak kelimanya yang baru beberapa bulan bekerja yang tentu saja masih perlu mendapatkan bantuan dari beliau. Sama dengan keadaan ibu S, transaksi jual beli yang terjadi diwarung beliau juga dengan cari kredit (utang) dan jikalau ada yang langsung itupun hanya sedikit. Pelunasan kredit (utang) tersebut akan dibayar 1 bulan kemudian ketika memasuki jadwal gajian di perkebunan tersebut.

Hal ini tentu saja akan memperlambat atau bahkan bisa menghentikan usaha beliau jika tidak memiliki modal yang besar, maka ketika ada penyampaian informasi dari KPMD bahwa ada bantuan modal untuk usaha dari PNPM yaitu SPP maka menurut ibu M dia langsung sangat setuju dan ikut menjadi anggotanya. Menurut Ibu M untuk menajadi anggota SPP tidak ada persyaratan khusus yang memberatkan. Dengan ikut program SPP ini ibu M merasa terbantu dikarenakan bunga yang hanya 1% dan pinjaman tanpa agunan. Ibu M merupakan


(22)

salah satu anggota dari kelompok SPP fatmawati yang jumlah anggotanya ada 9 orang.

3. Nama : R (bukan nama sebenarnya)

Umur : 32 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Ibu R seorang ibu rumah tangga yang memiliki 1 orang anak dan masih bersekolah dibangku kelas 4 SD. Suami beliau bekerja di perkebunan asian agri sebagai mandor. Mereka bekerja di PT. Asian Agri sejak 10 tahun lalu. Beliau juga bekeja di Perkebunan Asian Agri sebagai BHL (buruh harian lepas), selain itu beliau juga memiliki usaha berjualan misop, namun tidak berlangsung setiap hari. Beliau berjualan misop hanya jika sedang tidak bekerja sebagai BHL dan pasti berjualan ketika jadwal gajian diperkebunan tersebut.

Berjualan di hari yang sama ketika gajian lebih menguntungkan daripada hari-hari biasa karena pembeli dapat membayar secara tunai tidak kredit seperti hari biasa, hal ini sekaligus membayar utang pembelian di hari sebelumnya. Ibu R berjualan misop sekitar 3 tahun lalu dengan tujuan membantu meningkatkan penghasilan rumah tangga.

Beliau menggunakan bantuan permodalan SPP di tahun kedua ia jualan dan dirasakan cukup membantu usahanya. Awalnya beliau berjualan misop hanya menggunakan steling makanan yang dibuat sendiri dari papan yang berada di teras rumahnya, namun sekarang beliau bisa membuat warung yang posisinya tepat berada disamping rumahnya.


(23)

Menurut beliau hal ini tentu saja dapat menarik pelanggan untuk dapat datang ke warungnya dikarenakan sudah tersedianya tempat makan yang layak. Itu semua dapat terwujud di saat peminjaman pertama dari program SPP dan terus berlanjut hingga sekarang. Seperti yang dipaparkan ibu M dan ibu S, bahwa ketika ingin bergabung di SPP tidak ada persyaratan yang khusus hanya saja kita punya usaha atau ingin membuat usaha.

Menurut Ibu R awalnya ia juga merasa terbebani dengan transaksi jual beli yang sering terjadi secara kredit (akan lunas 1 bulan kemudian ketika jadwal gajian di perkebunan) dan jika memiliki modal yang sedikit maka usahanya akan bisa berhenti, namun dengan ikut program SPP ia merasa terbantu dikarenakan pinjaman dengan bunga 1% dan tanpa agunan. Ibu R merupakan salah satu anggota kelompok SPP delima. Jumlah anggota kelompok delima sekitar 10 orang.

4.2.2 Anggota SPP yang tidak memiliki usaha

1. Nama : MS (bukan nama sebenarnya)

Umur : 35 tahun

Agama : Kristen

Pendidikan : SMP

Ibu MS adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 orang anak, anak pertama kelas 1 SMP, anak kedua kelas 2 SD, anak ketiga masih berusia 5 tahun dan yang terakhir 3 tahun. Suami beliau bekerja di Perkebunan Asian Agri sebagai pemanen. Mereka bekerja di Perkebunan Asian Agri sejak 8 tahun lalu.


(24)

Awalnya mereka adalah petani di Siantar lalu mereka pindah ke Desa Batu Anam. Ibu MS merupakan salah satu anggota kelompok SPP pisang. Ia mengikuti program SPP sejak 2 tahun yang lalu.

Menurut ibu MS, untuk ikut menjadi anggota SPP tidak harus memiliki usaha, cukup bergabung kedalam satu kelompok ada dua atau tiga orang saja yang memiliki usaha, selebihnya hampir tidak ada yang memiliki usaha. Menurut ibu MS uang pinjaman yang diperoleh itu juga biasa mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari. Ibu MS mengatakan bahwa selama dalam waktu yang dijanjikan yakni dalam satu periode yaitu satu tahun, pinjaman tersebut sudah harus selesai dilunasi.

Keberadaan SPP ini sangat membantu bagi para kaum ibu, karena jika ada keperluan mendadak untuk urusan anak sekolah dan lainnya, mereka mempunyai uang dan nantinya dari gaji suami setiap bulannya disimpan untuk pembayaran iuran pinjaman tersebut selama satu tahun. Menurut ibu MS uang yang diterima dalam setiap anggota itu berbeda meskipun berada di dalam satu kelompok. Hal ini disesuaikan dengan keinginan dari setiap anggota serta kesanggupan dalam membayarnya nanti ketika sampai pada akhir periode, tentu menurut ibu MS, hal ini sangat membantu para kaum ibu yang ada di desa ini, maka dari itu ibu MS akan tetap ikut setiap tahunnya dalam program SPP ini. Hal positif dengan mengikuti SPP ini ibu MS mengaku telah mempunyai banyak tabungan yang berupa beberapa ekor lembu yang tentunya digunakan beliau sebagai investasi keluarganya.


(25)

2. Nama : SA (bukan nama sebenarnya)

Umur : 35 tahun Agama : Islam Pendidikan : SMA

Ibu SA adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki 3 orang anak, anak pertama kelas 6 SD, anak kedua kelas 4 SD dan anak terakhir masih berusia 5 tahun. Beliau juga bekerja sebagai BHL di perkebunan kelapa sawit Asian Agri dan suami beliau juga bekerja diperkebunan yang sama sebagai sopir dari staf perkebunan. Ibu SA merupakan salah satu anggota kelompok SPP Semangka.

Menurut ibu SA, meskipun tidak memiliki usaha, beliau dan anggota yang lain yang ingin ikut bisa mengikuti program tersebut, tetapi sejauh ini menurut ibu SA hanya orang-orang tertentu yang ikut SPP, karena kurang menyebarnya informasi. Ibu SA mengatakan bahwa beliau tahu adanya SPP ini dari teman satu kelompoknya yang memang mencari tambahan anggota untuk memenuhi syarat memiliki anggota 10 orang.

Ibu SA sendiri tidak pernah mengetahui bagaimana mekanisme yang harus di lewati hingga dana tersebut bisa cair ke tangan anggota SPP. Menurut beliau yang terpenting adalah beliau mendapat bantuan ini dan setelah itu beliau akan berusaha untuk membayarnya pada akhir periode nanti. Menurut ibu SA hal seperti ini sangat membantu masyarakat dikarenakan bunganya yang rendah dan juga tidak perlu menggunakan anggunan, akan tetapi menurut ibu SA terkadang program ini tidak tepat sasaran juga, seharusnya ada kelompok yang berhak


(26)

mendapat bantuaan pinjaman SPP tetapi malah tidak mendapat informasi sama sekali tentang program ini.

3. Nama : A (bukan nama sebenarnya)

Umur : 38 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Ibu A seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 orang anak, anak pertama kelas 1 SMP, anak kedua kelas 1 SD, anak ketiga berusia 6 tahun dan anak ke empat berusia 3 tahun. Beliau juga bekerja sebagai pengasuh anak dari karyawan yang bekerja di Perkebunan Asian Agri yang mana anak asuhannya berjumlah 3 orang yang masih dalam kategori balita. Ibu A mengasuh anak-anak tersebut mulai dari jam 06.30 hingga 14.00 di rumahnya sendiri dengan upah Rp 10.000/hari, dan pembayarannya dilakukan per hari. Suami beliau bekerja sebagai pemanen di Perkebunan Asian Agri.

Ibu A salah satu anggota kelompok SPP rambutan, beliau baru satu tahun ikut atau baru satu priode mengikuti program SPP ini. Selama ini menurut ibu A tidak ada informasi yang sampai kepada dirinya tentang adanya program ini, baru-baru ini saja karena ada teman yang mencari tambahan anggota sehingga beliau diajak. Menurut ibu A beliau tidak pernah tahu apa isi proposal yang diajukan ke PNPM yang berada dikecamatan, beliau hanya disuruh ikut dan ketika pencairan dana ke tiap-tiap anggota beliau mendapatkan bagiannya.


(27)

Pada pinjaman ini beliau mendapatkan pinjaman sebesar Rp.5.000.000 yang diakui beliau karena tidak adanya usaha maka beliau hanya berani meminjam uang sebesar itu, karena khawatir jika meminjam terlalu banyak akan susah membayarnya di kemudian hari, walaupun ada teman satu kelompoknya bisa mendapatkan pinjaman sampai dengan puluhan juta walaupun tidak memiliki usaha juga. Menurut ibu A, beliau tidak begitu mempermasalahkan hal tersebut karena beliau juga merasa kalau terlalu besar akan membuat dirinya sulit memikirkan bagaimana bisa mengembalikannya karena tidak memiliki usaha.

4.2.3 KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa)

Nama : SM (bukan nama sebenarnya)

Umur : 47 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Ibu SM seorang ibu rumah tangga yang memiliki 3 orang anak, anak pertama sudah menikah, anak kedua kuliah dan anak ketiga masih sekolah kelas 3 SMA. Ibu SM juga bekerja sebagai guru SD yang berada dalam lokasi Perkebunan Asian Agri. Beliau bekerja sejak 27 tahun lalu dan menjabat sebagai KPMD sejak 5 tahun terakhir. Jabatan sebagai KPMD ditunjuk langsung melalui musyawarah masyarakat dan pemerintahan desa yang salah satu tugasnya yaitu mengawasi dan mendampingi keberlangsungan program SPP.

Suami beliau juga bekerja sebagai guru SD di sekolah berbeda dengan beliau dan berada diluar wilayah Desa Batu Anam. Menurut Ibu SM program SPP


(28)

ini adalah program yang bertujuan untuk memberikan pinjaman modal agar para kaum ibu yang memiliki usaha rumahan dapat berkembang untuk bisa menghidupi keluarganya tanpa harus lagi hanya bergantung pada penghasilan suami.

Ibu SM terpilih menjadi kader dalam program pemberdayaan ini karena hasil musyawarah, sehingga sudah 5 tahun belum ada pergantian, biasanya ini akan diganti jika sudah dilakukan kembali musyawarah yang dilakukan oleh pemerintah desa. Ibu SM mengatakan bahwa saat ini informasi kurang menyebar karena memang keterbatasan dari SPP sendiri bahwa dalam satu periode itu tidak lebih dari 10 kelompok yang akan menerima pinjaman dari SPP.

Bukan karena adanya unsur kesengajaan yang dilakukan oleh pihaknya ataupun pihak SPP sendiri. Menurut beliau justru jika tidak ada batasan ini ingin sekali rasanya beliau mengajak semua kaum ibu, karena adanya batasan tersebut, terkadang beliau dianggap tidak adil dalam lingkungan masyarakat, oleh karena itu saat ini beliau telah mencoba setiap tahunnya untuk mengganti kelompok-kelompok yang akan ikut. Kelompok yang sebelumnya sudah pernah ikut di usahakan tidak akan mendapat lagi, karena seharusnya mereka sudah bisa memutar modal yang diperoleh diperiode sebelumnya sehingga bisa memberikan kesempatan untuk masyarakat lain yang memiliki usaha untuk mendapatkan pinjaman modal.


(29)

4.2.4 Staf PNPM-Mpd di Kecamatan

1. Nama : D (bukan nama sebenarnya)

Umur : 27 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Ibu D adalah sekretaris ketua UPK (unit pengelola kegiatan) di Kecamatan Rahuning. Beliau menjabat sebagai sekretaris ketua UPK sejak tahun 2009. Beliau mengaku bahwa bisa bekerja disini dengan mengikuti seleksi sebagai calon karyawan PNPM dan di tempatkan dalam posisi ini untuk menjadi bagian pengelolaan kegiatan. Menurut beliau pekerjaannya saat ini tidak menyulitkan beliau sebab dalam masa perkuliahannya dulu beliau juga sudah sering membuat kegaitan yang berbasis pemberdayaan seperti ini, apalagi dalam kerjanya beliau hanya ikut serta dalam rapat-rapat kegiatan PNPM baik tingkat kecamatan dan kabupaten serta membuat laporan tiap akhir bulannya.

Menurut beliau kegiatan SPP ini sudah banyak dilakukan di beberapa desa di berbagai daerah dan memberikan hasil yang positif, sehingga ketika program ini dibuat di desa ini, beliau juga sangat senang menyambut antusias para kaum ibu yang ada untuk mengembangkan usahanya.

Kaum ibu di berbagai desa yang ada di kecamatan ini banyak sekali yang memiliki jiwa pengusaha tetapi terbentur dipermodalan maka dengan hadirnya program ini sangat membantu. Menurutnya pengelolaan kegiatan ini tidak banyak mengalami hambatan, hanya saja perlu keseriusan agar tetap bisa memantau


(30)

kegiatan yang dilakukan oleh kaum ibu dalam pengembangan usahanya dan terus mengingatkan kepada kaum ibu meskipun tidak ada agunan tetapi tetap harus dibayar, karena hal ini bersifat panjang dan akan ada kelompok lain yang akan memperoleh diperiode selanjutnya.

2. Nama : A (bukan nama sebenarnya)

Umur : 45 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Bapak A adalah anggota tim verifikasi yang sudah bekerja sejak 2012 hingga sekarang. Beliau sudah memiliki 2 orang anak, anak pertama SMP kelas 1 dan anak kedua kelas 2 SD, selain sebagai anggota tim verifikasi beliau juga bekerja di perkebunan Asian Agri sebagai pegawai pabrik pengolahan kelapa sawit. Bertugas menjadi tim verifikasi menurut pak A tidak menyulitkan beliau untuk menentukan kelompok mana yang akan lolos untuk memperoleh dana.

Hal ini dikarenakan menurutnya SPP ini akan meluluskan kelompok yang ikut mengajukan proposal dan telah memenuhi syarat memiliki anggota 10 orang, hanya saja terkadang yang diloloskan tersebut dana yang diminta tidak sesuai dengan dana yang dicairkan sebab akan ada pertimbangan dari tim. Hal ini menurut beliau menjadi hal yang wajar sebab nantinya jika terlalu besar diberikan akan menyulitkan mereka juga.

Tim verifikasi sendiri menurut pak A selain bertugas menentukan siapa yang lolos memperoleh dana juga sebagai tim yang akan terus mengawasi hingga


(31)

para kaum ibu nantinya diakhir periode dapat membayar pinjamannya sesuai dengan yang telah ditentukan. Untuk itu pak A disini hadir dalam setiap desa bukan untuk menjadi sosok orang yang menakutkan dan juga menjadi sosok yang bersikap tidak adil dengan memilih siapa yang diluluskan. Menurut beliau mencoba merangkul masyarakat khususnya kaum ibu bahwa dengan dana yang dipinjamkan SPP itu akan bermanfaat dan terus dapat berputar modalnya sehingga tidak akan menyulitkan kaum ibu tersebut.

4.2.5 Pemerintahan Desa

Nama : B (bukan nama sebenarnya)

Umur : 46 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Pak B adalah Kepala Desa Batu Anam sejak 5 tahun yang lalu, saat ini beliau sudah digantikan oleh pejabat sementara dikarenakan beliau akan ikut mencalonkan diri lagi pada pemilihan kepala desa yang akan datang. Beliau memiliki 3 orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Masing-masing anaknya sudah lulus dari SMA dan saat ini yang paling besar sudah bekerja di perkebunan dan yang lainnya sedang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di provinsi.


(32)

Menurut beliau program SPP ini mulai ada sebelum masa pemerintahannya yakni sekitar tahun 2009. Sejak di buka hingga sekarang antusias masyarakat khususnya kaum ibu sangat luar biasa, karena hal ini didasari oleh banyaknya kaum ibu yang memiliki usaha tetapi tidak memiliki modal yang cukup besar.

Menurut Pak B, program SPP ini adalah program yang bersifat mengembangkan usaha rumahan agar usaha itu menjadi usaha yang mandiri dan memberikan penghasilan untuk para kaum ibu, dengan pinjaman yang diberikan, pihak pemerintah pusat berharap setiap desa akan memiliki usaha rumahan yang maju dan akan memberikan tambahan pendapatan untuk desanya masing-masing.

Informasi tentang program SPP ini menurut pak B sudah menyebar keseluruh warganya, hanya saja saat ini SPP membatasi setiap periodenya, hanya sampai 10 kelompok saja, oleh karena itu setiap periodenya beliau berusaha agar masyarakat yang memperoleh pinjaman berasal dari orang yang berbeda-beda.

Pak B mengatakan bahwa sistem yang dibuat oleh SPP sangat meringankan masyarakat, tidak ada beban yang begitu besar harus ditanggung, sehingga program ini mendapat respon yang sangat baik. Beliau berharap agar program ini dapat terus berjalan dan bisa memberikan bantuan pinjaman lebih banyak lagi.

4.3 Pelaksanaan dan Mekanisme SPP di Desa Batu Anam

Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat desa yang dibawah naungan PNPM-Mpd. Program ini bertujuan untuk mengurangi jumlah rumah tangga miskin dengan cara memberi


(33)

bantuan pinjaman permodalan dengan bunga 1% dan tanpa agunan. Desa Batu Anam itu sendiri terdaftar sebagai desa peminjam dana SPP terbesar di antara desa-desa lain yang berada di Kecamatan Rahuning. Berikut data pinjaman di Kecamatan Rahuning tahun 2014 :

Tabel 4.9

Jumlah Pinjaman Tiap Desa Di Kecamatan Rahuning Tahun 2014

Sumber: Kantor PNPM-Mpd Kecamatan Rahuning

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa Desa Batu Anam terdaftar sebagai desa yang paling banyak mendapatkan pinjaman yaitu berjumlah Rp 230.000.000 dengan jumlah kelompok 10 kelompok. 10 kelompok SPP di Desa Batu Anam yang beranggotakan 7-10 orang per kelompok. Penggunaan pinjaman SPP pada hakekatnya adalah untuk bantuan permodalan usaha baik skala besar maupun kecil, namun penggunaan pinjaman SPP di desa Batu Anam ini hanya untuk usaha skala kecil seperti kedai kebutuhan rumah tangga sehari-hari (kedai sampah) dan warung makanan. Beberapa anggota SPP yang memiliki usaha dan menggunakan pinjaman tersebut antara lain Ibu S, Ibu M dan Ibu R.

Mereka adalah anggota SPP yang merasakan langsung dampak positif dari kegiatan program SPP ini dalam meningkatkan dan mempertahankan usaha

No. Nama Desa Jumlah Pinjaman (Rp)

1. Rahuning 115.000.000

2 Rahuning I 82.000.000

3. Rahuning II 95.000.000

4. Perkebunan Aek Nagagak 150.000.000 5. Perkebunan Gunung Melayu 117.000.000

6. Gunung Melayu 200.000.000

7. Batu Anam 230.000.000


(34)

mereka, walaupun tidak dipungkiri beberapa anggota SPP lainnya yang tidak menggunakan pinjaman dengan semestinya, hal ini sesuai dengan pernyataan yang di sampaikan oleh informan kepada peneliti sebagai berikut :

Ibu R

“ saya sangat bersyukur bisa mendapatkan pinjaman dari spp, karena sangat membantu sekali untuk usaha saya apalagi bunganya sangat rendah dan tidak menggunakan agunan sama sekali sehingga kami sangat terbantu. Dananya yang kami peroleh juga tergolong cukup besar meskipun usaha kami masih usaha rumahan yang kecil”

Ibu S

“ sangat berpengaruh banyaklah spp ini nak untuk usaha saya, sebabkan orang-orang disini kalau belanja utang, jadi modal itu kurang berputar makanya kami perlu ada pinjaman modal dari pihak luar tetapi modal yang tidak memberatkan kami juga nak. Jadi alhamdulilah sekarang ada spp ini jadi benar-benar terbantu”

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan tersebut, dapat diketahui bahwa para informan yang memiliki usaha merasakan langsung dampak postif dari program SPP ini. Pelaksanaannya yang mudah serta syaratnya yang tidak memberatkan sangat memberikan bantuan untuk para kaum ibu. Pelaksanaan ini berlangsung sangat cepat prosesnya dari sejak pengajuan proposal sampai pencairan dana hanya memakan waktu kurang lebih tiga bulan, tentu hal ini bisa dianggap bahwa pelaksanaannya sangat ringan dan tidak memberatkan bahkan tidak ada pengawasan yang begitu ketat selama pelaksanaan program ini berlangsung.

Penelitian mengenai pelaksanaan SPP juga dilakukan oleh Agistiasari (2012), yang mana dalam hasil penelitiannya ditemukan bahwa mayoritas anggota


(35)

SPP yang berada di desa Kalanganyar Kab. Lebak Bulus pada tahun 2011 khususnya yang memiliki usaha merasakan langsung dampak baiknya dari keberadaan program SPP yang tentu saja meningkatkan usaha mereka menjadi berkembang dan lebih stabil.

Dalam meningkatkan peran serta masyarakat terutama kelompok miskin dan perempuan dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian program SPP, ada beberapa ketentuan dan mekanisme tetap dari kegiatan SPP itu sendiri yang tertera di modul pelatihan tim verifikasi Kecamatan Rahuning tahun 2014, yaitu :

1. Pengajuan tetap melalui kelompok bukan secara perorangan.

2. Kelompok beranggotakan perempuan yang mempunyai ikatan persatuan dan saling mengenal serta memiliki administrasi yang sederhana.

3. Alokasi dana kegiatan SPP maksimal 25% dari alokasi dana BLM.

4. Kegiatan SPP tidak diperkenankan adanya syarat agunan yang cenderung memberatkan bagi masyarakat miskin.

Berikut langkah-langkah dalam kegiatan SPP :

Pembentukan kelompok pereperempuan

Pembuatan proposal

Pencairan Pengajuan & diperiksa tim verifikasi


(36)

4.3.1 Pembentukan Kelompok

Langkah utama dalam pelaksanaan program SPP ini adalah terbentuknya kelompok-kelompok perempuan yang akan nantinya diberi pinjaman dana oleh SPP. Pembentukan kelompok haruslah beranggotakan perempuan secara keseluruhan, mempunyai ikatan persatuan, saling mengenal diantara anggotanya. Serta seharusnya adalah yang memiliki usaha, akan tetapi pada kenyataanya berdasarkan hasil wawancara dengan para informan sebagai berikut :

Ibu A

“awal mula pembentukan kelompok ini nak kan karena informasinya gak merata kesemua orang khususnya ibu-ibu yang memiliki usaha maka ya anggota di setiap kelompok gak semuanya memiliki usaha, bahkan ada yang sama sekali gak buat usaha apa-apa dia. Jadi ya itu pembentukan kelompoknya didasari sama orang yang kita kenal dan deket ajalah nak. maka tidak heran jika saat ini walaupun ada bantuan ya tetap aja masih ada yang kekurangan modal usaha.

Ibu M:

“pembentukan kelompok ini berdasarkan sosialisasi yang kita dapetin kan, terus ya kita disuruh bentuk kelompok, nah dari kelompok ini katanya nanti kita dikasih bantuan dana untuk modal usaha. Jadi kelompok ini ya suka ati sesuai kemauan kita siapa kawan kita satu kelompok nak. Ada pun satu kelompok, cuma tiga orang yang miliki usaha selebihnya baru akan buat usaha sama untuk bantu kebutuhan sehari-hari.

Pembentukan kelompok ini jumlah minimal anggota per kelompok adalah 5 orang dan maksimal 10-12 orang. Ikatan persatuan dalam kelompok SPP baik berupa berada dalam 1 wilayah tempat tinggal ataupun persatuan serikat keagamaan (perwiritan). Di Desa Batu Anam itu sendiri pada umumnya kelompok SPP berdasarkan persatuan perwiritan meskipun mereka ada yang tidak memiliki usaha.


(37)

Temuan data ini juga terkait dengan penelitian Pirdani (2013) yang dilakukan di Kecamatan Serasan Timur Kabupaten Natuna yang mana dalam jurnal ini penulis melihat implementasi atau pelaksanaan program SPP ini masih belum dirasakan oleh keseluruh masyarakat umum. Ada ketidak merataan dimana proses kegiatan yang dialami dari tahapan yang paling awal yakni pembentukan kelompok saja tidak ada pemberitahuan ke semua pihak terutama yang memiliki usaha, sehingga kelompok yang terbentuk sangat tidak efektif bagi para kaum perempuan yang memiliki usaha kecil dan perlu bantuan dana, maka dapat penulis simpulkan bahwa struktur yang ada tidak berjalan fungsional bahkan melahirkan fungsi-fungsi yang baru di masyarakat.

4.3.2 Pembuatan Proposal

Proposal adalah usulan dari anggota SPP yang mengharapkan bantuan permodalan dari PNPM-Mpd. Proposal dibuat 1 per kelompok dan menyertakan segala berkas-berkas yang diperlukan yaitu foto copy KTP dan surat izin suami / pihak pemerintahan desa. Proposal juga menyertakan jumlah pinjaman dari tiap-tiap anggota SPP dan penjelasan jenis usaha anggota SPP. Pembuatan proposal seharusnya dibuat oleh anggota SPP itu sendiri dan KPMD hanya sebatas pendamping mengenai tata cara penulisan proposal tersebut, namun pada praktiknya di Desa Batu Anam tersebut pembuatan proposal sepenuhnya di buat oleh KPMD dengan alasan anggota SPP yang tidak mengerti.

Pembuatan proposal berdasarkan hasil wawancara dengan para anggota SPP adalah sebagai berikut:


(38)

Ibu M

“ setelah kami bentuk kelompok, terus kami buat proposal satu untuk perkelompok dan proposal itu yang buat bukan kami tapi KPMD karena kami gak bisa buat sendiri, walaupun anggota kami gak semua memiliki usaha, tapi di proposal dibuat aja ada usaha karenakan memang syaratnya gitu. Setelah proposal siap, lalu dikasih ke bagian PNPM dan siap itu kalau dananya udah cair barulah kami dikabari lagi”.

Ibu A

kalau proposalnya bukan kami yang buat tapi KPMD jadi kami tinggal buat kelompok sama buat nama usahanya terus tinggal nunggu pencairan dana dan setelah itu ya kami siap-siap untuk bayar di akhir periodenya nanti, karna kalau kami yang buat gak pande dek, gak siap-siaplah nanti“.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa penelitian ini berkaitan dengan penelitian Damaianus (2014). Penelitian ini menggambarkan tentang bagaimana Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Noha Boan Kecamatan Long Apari Kabupaten Mahakam Ulu yaitu kegiatan di bidang Simpan Pinjam Perempuan(SPP). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara umum efektivitas pelaksanaan PNPM-MP di Desa Noha Boan secara khusus program simpan pinjam perempuan (SPP) belum cukup efektif, hal ini masih dibuktikan dengan pembuatan proposal yang bukan hasil buatan para masyarakat sehingga masyarakat hanya tau dalam hal uang atau pinjamannya saja tetapi prosesnya mereka banyak yang tidak memahami.


(39)

Hal ini juga terjadi di desa ini kebenarannya bahwa pembuatan proposal dibuat oleh KPMD, padahal seharusnya proposal itu dibuat oleh kelompok yang mengajukan pinjaman dan posisi KPMD hanya sebatas pendamping pembuat proposal, namun pada kenyataannya pembuatan proposal diserahkan sepenuhnya kepada KPMD. Bahkan diakui anggota bahwa ada beberapa anggota yang memalsukan usaha yang mereka jalani guna memudahkan pencairan pinjaman SPP yang pada prinsipnya diberikan kepada anggota yang telah memiliki usaha.

4.3.3 Pengajuan Proposal Dan Diperiksa Tim Verifikasi

Proposal yang telah dibuat maka selanjutnya akan diserahkan ke kantor PNPM-Mpd yang berada di kecamatan dan proposal tersebut akan ditindak lanjuti oleh tim verifikasi. Setelah pembuatan proposal maka selanjutnya proposal tersebut di serahkan kepada tim verifikasi. Sesuai dengan SOP tim verifikasi Bab IV pasal 15 terdapat tahap verifikasi usulan kegiatan, yaitu :

1. Pembahasan awal : tim verifikasi melakukan pemerikasaan kebenaran usulan, kelengkapan usulan dan legalitas usulan.

2. Jika usulan ditemukan hal-hal yang ganjil seperti : belum lengkap atau belum di tanda tangani semua pihak, maka tim verifikasi membuat rujukan kepada UPK untuk segera dilakukan perbaikan usulan.

3. Kunjungan lapangan : tim verifikasi melakukan kunjungan lapangan sesuai jadwal yang telah diberitahukan kepada pengusul. Di Dalam kunjungan lapangan melakukan pengamatan langsung ke titik lokasi, menganalisa potensi dan kendala, melakukan wawancara langsung dengan pengusul.


(40)

4. Pembahasan akhir : tim verifikasi melakukan rapat internal tim untuk membahas hasil temuan lapangan, menganalisa kesesuaian antara data yang tertulis dengan kondisi lapangan.

5. Membuat rekomendasi akhir : tim verifikasi membuat rekomendasi terhadap semua usulan, dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kondisi kebutuhan lapangan.

6. Menyampaikan rekap rekomendasi akhir kepada forum MAD.

Tinjauan langsung kelapangan guna mengecek kebenaran daftar usaha dari tiap-tiap anggota SPP pada praktiknya sama sekali belum pernah terlaksana. Berdasarkan temuan data dilapangan, diketahui bahwa kinerja dari tim verifikasi tidak dirasakan kehadirannya dilapangan oleh anggota SPP di Desa Batu Anam.

Seperti yang dikemukakan oleh ibu Z :

“ gak pernah ada kok orang PNPM yang datang kemari, pokoknya kami hanya buat proposal abis itu diserahkan ke KPMD terus KPMD yang ngantar ke kantor kemudian kami tinggal nunggu kelanjutan kabarnya. Kalau keluar ya kami ke kantor PNPM buat tanda tangan serah terimanya. Sejauh ini memang belum pernah ada yang kesini baik untuk melihat usaha atau sekedar hanya berkunjung aja tidak pernah ada, karena untuk urusan SPP kami cuma berurusan sama KPMD, setelah itu KPMD yang akan berurusan ke Kecamatan. Makanya kalau dilihat lihat ya SPP ini sangat enak sekali nak, kami gak direpotkan sama sekali soal pengurusannya kami hanya membentuk kelompok dan menunggu pencairan dana udah itu saja”

Hal senada juga disampaikan oleh ibu S :

“ siapa yang jadi tim verifikasi aja kami gak tau dek, soalnya dari awal gak pernah ada yang begitu untuk datang melihat atau bahkan menyeleksi kami, yang penting kami punya kelompok dan punya proposal. Bahkan gak akan ada itu yang mengawasi apakah benar uangnya untuk modal usaha atau tidak, jadi jangan suatu hari nanti masyarakat yang di bilang melakukan manipulasi data atau apapun. Karena pada awalnya juga tidak ada tim yang melakukan pengawasan atau apapun ke desa kami ini. Ibu memang pernah denger kalau untuk ikut SPP ini nanti ada tim yang datang buat ngecek kepastian usaha kita, tapi selama 2 kali ibu udah dapat pencairan SPP gak ada kok tim yang datang buat survei usaha”.


(41)

Berdasarkan temuan data tersebut maka terlihat disfungsi yang terjadi dalam tahapan pengajuan dan pemeriksaan oleh tim verifikasi yaitu tim verifikasi tidak menjalankan kinerja secara maksimal sesuai dengan SOP program yang harus tinjauan langsung kelapangan guna mengecek kebenaran usaha dan identitas anggota. Kelanjutan dari tindakan tim verifikasi yang bekerja tidak efektif menyebabkan anggota SPP merasa aman dalam mencantumkan jenis usaha mereka dalam proposal, karena berdasarkan pengalaman mereka selama ini memang tidak ada kunjungan dari tim verifikasi.

4.3.4 Pencairan

Tahapan selanjutnya yaitu pencairan pinjaman yang dilakukan dengan cara pemberian uang cash serta penanda tanganan semua anggota kelompok ke kantor PNPM-Mpd yang berada dikecamatan.

Dalam Anggraini (2013) menyatakan dari hasil penelitiannya bahwa minimnya pendamping dan pengawasan pelaksanaan program SPP di desa Taskombang menjadikan anggota SPP yang ikut menggunakan bantuan modal dengan sesuka hati dan tanpa manajemen keuangan yang baik sehingga berakibat buruk bagi anggota yang melakukannya. Pinjaman yang didapat hanya digunakan untuk keperluan yang konsumtif bahkan ada yang menimbulkan terlilitnya anggota SPP dengan hutang dan iuran yang semakin banyak karena terlalu sering menunggak.

Pada umumnya semua program yang diluncurkan oleh pemerintah bermanfaat dan diharapkan dapat membantu meningkatkan masyarakatnya, hal ini juga yang diharapkan dari PNPM-Mpd khususnya program SPP agar dapat


(42)

mengurangi jumlah RTM (rumah tangga miskin). Bantuan pinjaman modal usaha yang dilakukan melalui program SPP memberikan pengaruh yang baik bagi anggota SPP yang mengikuti program SPP di desa Batu Anam. Peningkatan perekonomian keluarga dan kemajuan usaha sangat mereka rasakan, apalagi dengan bunga yang sedikit dan pinjaman tanpa agunan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang di sampaikan oleh informan kepada peneliti sebagai berikut :

Ibu R

“ Alhamdulillah, sejak ibu ikut dalam kelompok SPP jualan ibu jadi lancar, karenakan modal yang ibu dapat lebih jelas jumlahnya, jadi tinggal pandai-pandai ibu ajalah mengelolanya. Kalau waktu dulu jualan buat jualan besok harinya aja ibu sudah bingung cari modal dari mana, karenakan semua yang beli pada hutang, bahkan kadang ibu mau pinjam uang ke rentenir-rentenir itu. Memang rugi sih, tapi mau gimana lagi modal ibu juga gak ada pada saat itu. Tapi sekarang sudah bisa terbantu nak, soalnya susah juga kalau jualan modalnya terbatas apalagi kalau sistem masyarakat rata-rata ada yang bayar mingguan ada yang bayar bulanan bahkan nak. Bersyukur sekalilah selain untuk bantu modal juga dananya bisa dibuat memperbaiki warung biar lebih terlihat bagus. Saya rasa bukan saya aja yang merasakan bahwa bantuan ini sangat bermanfaat, pasti setiap yang memiliki usaha ngerasa bermanfaat kali soalnya bunganya tidak besar dan juga tidak pakai agunan tentukan ini sangat meringankan sekali bagi kami.”

Ibu S

“ Dulu ketika saya belum ikut anggota SPP semua isi dari warung saya ini (bahan jualan) diantar oleh along-along (pengecer produk) karena selain belanja keluar desa yang jauh juga karena saya terbatas modal (uang) buat belanja. Kalau sama along-alongkan saya bisa ngutang, sedangkan kalau belanja dipasar besar itu tidak boleh ngutang, jadi bisa dibilang warung saya ini jadi tempat titipan semua along-along baik yang menjual sayur-mayur, jajan-jajanan bahkan segala jenis sembako, lalu pada keesokkan harinya hasil penjualan baru saya serahkan dan sedikit untung yang saya dapat. Saya mendapat sedikit untung karena sebenarnya harga yang ditawarkan along-along sudah cukup tinggi, jadi kalau saya mengambil untung banyak maka gak ada yang mau beli diwarung saya, namun setelah saya ikut SPP masalah keterbatasan modal buat warung


(43)

saya menjadi teratasi, dikarenakan uang yang ada sama saya sudah jelas jumlahnya. Hanya tinggal bagaimana cara saya mengatur keuangan itu buat waktu lama, dan karena sekarang saya lebih sering langsung belanja ke pasar besar maka untung yang saya dapat lebih banyak”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan tersebut, dapat diketahui bahwa jika para informan yang memiliki usaha merasakan langsung dampak postif dari program SPP ini. Adapun dampak atau pengaruh yang dirasakan oleh para anggota yang memiliki usaha yaitu sebagai berikut:

1. Penambahan Modal Usaha

Menurut beberapa informan bahwa pengaruh yang paling besar bagi mereka adalah penambahan modal yang cukup besar dan dengan proses yang mudah tanpa harus melewati persyaratan yang rumit. Dengan kata lain mendapat pinjaman tanpa jaminan apapun seperti meminjam di Bank, selain itu penambahan modal ini berguna untuk banyak hal seperti membangun warung atau membeli peralatan perlengkapan untuk diwarung serta modal sehari-hari dikarenakan banyak pembeli yang masih bayar mingguan atau bulanan.

2. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan

Pengaruh ini dirasakan oleh para kaum perempuan sejak hadirnya SPP di desa ini, kaum ibu ini merasa pengetahuannya bertambah tentang simpan pinjam, jika dulu mereka hanya mengenal meminjam pada Bank dan rentenir yang akan kesusahan pada saat akan pembayaran. Para ibu diajarkan bagaimana menulis untuk merancang berapa dana yang akan diajukan dan berapa yang harus mereka bayar selama satu periode, sehingga hal ini membuat kaum ibu merasa semakin bertambah ilmunya dan keterampilan mereka jika ingin membesarkan usaha dagang rumahannya.


(44)

Peningkatan pengetahuan dan kemudahan usaha mereka rasakan dikarenakan ketika sudah menjadi anggota SPP mereka memiliki modal yang jelas dalam keberlangsungan usaha mereka. Peningkatan usaha mereka hanya tinggal mengandalkan kepintaran mereka dalam mengatur keuangan ataupun permodalan yang di dapat dari SPP.

Tujuan utama program SPP yang memberikan bantuan modal untuk anggota yang ikut SPP tidak sepenuhnya berjalan secara keseluruhan, masih ada anggota dari SPP yang menggunakan uang dari program SPP ini untuk keperluan di luar usaha, seperti yang terjadi di Desa Batu Anam ini, masih ada beberapa yang menggunakan bantuan permodalan dari SPP itu untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikatakan oleh informan :

Ibu MS

“ kalau ditanya manfaatnya yang sangat ada nak, ya ibu dulu itu tidak punya hewan peliharaan lembu ini nak. Ibu kan gak punya usaha jadi kemarin ibu cuma minjem sedikit aja hanya lima juta lalu ibu beli lembu betina supaya nanti bisa berkembang, ya syukur sekarang sudah mulai nambah ada anaknya, kan pasti bisa jadi tabungan untuk sekolah anak ibu, jadi ya walaupun gak punya usaha, ya setidaknya uang itu tidak ibu buat untuk hal yang tidak berguna. Sayang kali rasanya kalau ibu sia-sia kan uangnya nak, jadi ya ibu buat saja untuk beli hewan ternak agar jadi tabungan, dan kalau untuk dijadikan modal usaha seperti buka warung ibu juga gak bisa karena ibu juga gak punta keahlian, nanti kalo dipaksakan buka warung malah takut bangkrut”.

Ibu A

“ uang pencairan SPP itu ibu pakai buat keperluan bangun rumah. Ibu memang sudah lama bangun rumah untuk persiapan pensiun dari perkebunan ini, tetapi kemarin berhenti karena uangnya kurang, jadi karena ibu tau ada SPP ini ibu ikut aja, tapi uangnya buat tambahan bangun rumah, jadi sekarang rumah ibu udah siap, udah lebih tenanglah sekarang ibu kalo seandainya nanti suami saya sudah pensiun kami sudah punya rumah sendiri. Kalau untuk membayar uang pinjaman ke SPP itu kami pakai uang gaji suami ibu nak, kan ibu simpan setiap bulannya dari


(45)

pada nunggu gaji suami kan pasti lama nak rumah kami siapnya. Jadi alhamdulilah rumah udah siap jadi tinggal simpan duitnya aja untuk bayar ke SPP”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan tersebut, dapat diketahui bahwa para informan yang tidak memiliki usaha juga merasakan pengaruh yang baik atau dampak positif dari program SPP ini, walaupun bukan membuat mereka lebih mandiri dengan menggunakan uang tersebut untuk membuat usaha, dapat disebutkan berdasarkan keterangan para informan bahwa pengaruhnya untuk mereka adalah sebagai berikut :

1. Modal untuk membuka usaha baru. 2. Membantu keuangan keluarga.

3. Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Mereka mengunakan untuk memenuhi kebutuhan lainnya yang dianggap lebih penting, seperti membangun rumah dan menabung melalui ternak lembu untuk kesejahteraan hidup mereka selanjutnya. Temuan data yang sama juga terjadi pada penelitian Siregar (2014) yang mana dalam praktik pelaksanaan SPP di Desa Angamakmur tahun 2014 penggunaan dana SPP diluar tujuan utama SPP yaitu untuk modal usaha, yakni banyak anggota SPP yang mempergunakan dana pinjaman untuk keperluan sehari-hari bagi anggota SPP. Penggunaan dana SPP yang dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari tentu saja tidak berpengaruh baik pada program SPP karena dianggap gagal dalam melaksanakan tugas sesuai SOP, visi misi dan ketetapan sasaran target pengembangan kemandirian masyarakat.


(46)

4.4 Disfungsi Pelaksanaan SPP

Ketidaksesuaian berjalannya program dalam hal ini adalah ketidaksesuaian SOP pelaksanaan program dengan kenyataan pelaksanaan program, menimbulkan permasalahan-permasalahan baru akan muncul yang tentu saja harus diselesaikan. Dengan harapan program-program yang telah dibuat sedemikian rupa dapat berdampak baik dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

4.4.1 Pembentukan Kelompok : Manipulasi Usaha Yang Digeluti

Dalam pelaksanaan SPP yang tertuang dalam SOP, tertulis bahwa syarat anggota untuk membuat kelompok SPP adalah anggota kelompok baru minimal 5 orang dan maksimal 10 orang, sedangkan untuk kelompok lama maksimal 15 orang, dan di desa Batu Anam ini masing-masing kelompok beranggotakan 7 – 10 orang per kelompok. Pembentukan kelompok ini juga harus dengan syarat tidak adanya ikatan persaudaraan (keluarga) dalam satu kelompok.

Setiap anggota yang ikut program SPP haruslah sudah memiliki usaha dan jenis usaha yang digeluti, haruslah dilampirkan dalam pembuatan proposal pinjaman, namun pada kenyataannya masih ada beberapa anggota yang sama sekali tidak memiliki usaha yang tentu saja dalam pembuatan proposal pinjaman menyertakan manipulasi keterangan usaha. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikatakan oleh informan:

Ibu A

“ Anggota dikelompok SPP ibu ada 10 orang. Tapi hanya 2 orang saja yang memiliki usaha yaitu kedai sampah. Yang lainnya dipakai buat kebutuhan sehari-hari termasuk juga ibu, tapi ibu pakai buat tambahan dana bangun rumah. Ya waktu buat proposal ibu bilang saja ibu punya


(47)

usaha jualan gorengan, karenakan kalau dibuat diproposal buat tambahan dana bangun rumah mana dikasih, jadi intinya ya pinter-pinter kami aja nak untuk membuat proposal bersama KPMD yang penting nanti pas dana uda cair kan gak ada pengawasan jadi gak akan ketahuan dan pas diakhir nanti ya dibayar saja uang pinjamannya sesuai yang kita pinjam berapa. Kalau dipikir sih memang salah tapi kan dari pihak spp nya sendiri juga gak melakukan pengawasan atau bahkan pas saat pemeriksaaan proposal kenapa gak turun kelapangan dulu untuk melakukan pengecekan, tapi malah main dicairkan saja. Ya sudah kan berarti masyarakat gak salah. Namanya juga butuh duit nak cari pinjaman tanpa agunan pasti susah kan”

Ibu SA

“ Anggota kelompok ibu ada 10 orang. Ibu saja bergabung di kelompok semangka karena diajak ibu-ibu yang lainnya karena merasa kurang anggota. Ya ibu ikut saja, kan lumayan uangnya dipakai buat kebutuhan sehari-hari. Dari total pinjaman Rp 50.000.000 ibu cuma pinjam Rp 3.000.000, karena bunga yang cuma 1% makanya ibu ambil, kan sedikit cicilan pembayaran yang harus saya bayar. Cukuplah diambil dari gaji saya sebagai BHL buat bayar cicilannya. Kalau masalah jenis usaha apa yang tertera di proposal saya bilang saja kalau pinjamannya itu nanti saya gunain buat modal usaha jualan bensin eceran.”

Bapak A

“ Saya tahu sebenarnya ada beberapa anggota SPP yang bohong dalam menyantumkan usaha mereka dalam proposal. Tapi mau gimana, namanya tetangga satu kampung kan susah kalau seandainya terlalu diusik. Yang penting selagi dia saya anggap mampu untuk melunasi hutangnya ya diberikan saja, daripada dana dari pemerintah ini ngangkrak (berhenti) di rekening PNPM kan bagus berputar”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan tersebut, dapat diketahui bahwa para informan yang bergabung menjadi anggota SPP tidak sepenuhnya sepenuh hati atau dengan kesadaran ingin merubah kesejahteraan hidup melalui kegiatan usaha yang menjadi tujuan utama SPP. Bahkan ada beberapa anggota yang ikut hanya karena diajak atau sekedar ikut-ikutan dan dana dari SPP itu tidak diatur dengan baik. Bahkan dengan frontal anggota SPP tersebut menyampaikan manipulasi usaha yang tercantum di propoal pinjaman.


(48)

Walaupun dari keanggotaan tiap kelompoknya tidak ditemukan masalah adanya satu keluarga ataupun hanya numpang nama.

Penelitian Juliarni (2013) juga menemukan fenomena seperti diatas yang mana dalam pelaksanaan SPP di Bangun Purba tahun 2012 terkesan kejar target demi terpakainya seluruh alokasi bantuan langsung masyarakat, manipulasi jenis usaha di proposal serta penggunaan dana bantuan hanya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan bayar hutang, padahal seharusnya SPP merupakan suatu pemberdayaan masyarakat, dimana pemberdayaan adalahserangkaian proses kegiatan untuk memperkuat keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.

4.4.2 Pelaksanaan Sosialisasi : Belum Menyeluruh

Sebagai agen sosialisasi resmi untuk menginformasikan mengenai program SPP ini yang ditunjuk oleh pihak kecamatan ke desa adalah KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa). Masing-masing setiap desa ditunjuk 1-2 orang, dan di Desa Batu Anam memiliki KPMD sebanyak 1 orang yaitu ibu SM yang memiliki tanggung jawab menginformasikan mengenai program SPP ke 10 dusun yang berada di Desa Batu Anam.

Beliau memberikan sosialisasi program SPP melalui bantuan keberadaan kepala dusun di setiap dusun yang berada di desa Batu Anam, hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikatakan oleh informan:


(49)

Ibu SM

“ Awalnya saya mengetahui program SPP ini dari rapat rutin yang dilaksanakan di kantor desa, lalu saya yang sejak dulu memang sudah menjadi KPMD di kegiatan posyandu ditunjuk sebagai KPMD yang menangani program SPP, dan kegiatan posyandu sebelumnya saya alihkan ke rekan yang lain. Untuk urusan mensosialisasikan kegiatan ini ke masyarakat, saya minta bantuan dari tiap-tiap kepala dusun disetiap dusunnya, kerena jujur saja kalau saya yang bekerja sendirian maka akan tersebar dengan memakan waktu yang lama, apalagi jarak tiap dusunnya yang relatif jauh, namun disini saya juga berperan aktif dalam mensosialisasikan kegiatan ini, baik menjelaskan maksud dan tujuan serta fungsi dari program ini. Saya juga ambil andil dalam pembuatan beberapa proposal tiap kelompok, karena bisa dibilang anggota yang ikut tidak paham dengan mekanisme pembuatan proposal dan juga keterbatasan pengetahuan serta waktu mereka”.

Ibu M

“ Awalnya saya tau program SPP ini dari ibu KPMD. Beliau menginformasikan melalui perwiritan yang rutin kami laksanakan hari kamis, jadi waktu itu ibu SM menyampaikan mengenai SPP ini ketika perwiritan telah selesai dilakukan, namun hanya menjelaskan SPP secara umum saja, penjelasan selanjutnya setelah kami dan beberapa ibu-ibu lain yang tertarik ingin bergabung menanyakan secara langsung kepada ibu SM dan berkunjung kerumahnya, setelah itu barulah bapak B (kepala dusun) yang menyampaikan mengenai SPP kepada saya dan beberapa ibu-ibu lainnya yang datang ke warung saya, jadi bisa dibilang sosialisasi yang kami terima dan menyebar melalui kabar dari mulut ke mulut. Kalau informasi melalui pengumuman keseluruh ibu-ibu dan ditempatkan dalam 1 ruangan itu belum pernah”

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan tersebut, dapat diketahui bahwa para informan mendapatkan informasi mengenai SPP ini melalui KPMD yang memang agen sosialisasi utama dari program ini, dan sejauh ini keberadaan KPMD memang dirasakan keberadaannya ditengah-tengah masyarakat khususnya yang ikut menjadi kelompok SPP.

Keberadaan KPMD ini dirasakan anggota SPP selain sebagai agen sosialisasi juga sebagai pendamping dalam pembuatan proposal pinjaman kelompok, dan sebagai agen kedua dalam mensosialisasikan program SPP adalah


(50)

kepala dusun yang dari wawancara beberapa informan kurang dirasakan kehadirannya, karena masih ada beberapa informan yang mengaku tidak mendapatkan informasi program SPP ini.

Temuan data ini juga terkait dengan penelitian Rihadini (2012) yang dilakukan di Ranometo yang mana dalam pelaksanaan sosialisasi program SPP ini masih belum terakses keseluruh masyarakat umum, baik karena keterbatasan KPMD itu sendiri ataupun hal-hal yang disengaja seperti penyebaran info hanya berdasarkan keakraban dan kekeluargaan saja. Jika di pahami proses sosialisasi adalah merupakan suatu tahapan utama dalam pelaksanaan sebuah program, dan dalam kajian sosiologi proses sosialisasi dapat dilakukan oleh berbagai media, diantaranya antar individu secara langsung atau melalui media cetak ataupun elektronik. Dalam bersosialisasi khususnya dalam suatu program sangat dibutuhkan, agar tujuan dari program itu dapat tersampaikan dengan baik. Berikut fungsi manifest dari pelaksanaan sosialisasi :

1. Memperkenalkan maksud dan tujuan dari program keseluruh masyarakat. 2. Disampaikan oleh pihak pembuat program kepada seluruh lapisan

masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam program.

Pada kenyataannya, pada Desa Batu Anam fungsi manifest dari sosialisasi ini tidak berjalan baik, bahkan muncul fungsi baru dari sosialisasi tersebut berdasarkan hasil wawancara berikut:

Ibu S

“ kalau sosialisasi gak pernah dilakukan secara terbuka atau secara umum begitu nak, biasanya KPMD itu yang mendatangi rumah kami satu-satu untuk menyampaikan ini, itupun hanya beberapa saja, nanti yang mendapat informasi itu disuruh mencari temannya sendiri, jadi


(51)

informasinya ini gak tersebar keseluruh masyarakat bahkan hanya yang dekat sama KPMD sajalah yang tau informasi.”

Ibu SM

kalau sosialisasi tentang SPP kami lakukan, tetapi tidak kami kumpulkan masyarakat seluruhnya, kami hanya menyampaikan kepada kepala dusun atau kami pilih orang-orang yang berkualitas dan memiliki usaha untuk mengajak temannya mengikuti program ini, karena jika dikumpulkan semua susah dek, toh juga tidak semuanya paham maksud dari program ini, hanya beberapa orang saja yang paham jadi ya mereka yang kita pilih dek, karena kita kan mengetahui bahwa kaum ibu di pedesaan itu gak semuanya tamat sekolah dek”.

Berdasarkan hasil yang disampaikan informan diatas bahwa sosialisasi telah memiliki fungsi yang tidak diharapkan yakni fungsi Latent yang disebut disfungsi. Fungsi yang tidak diharapkan itu adalah:

1. Informasi program disampaikan kepada masyarakat atau kelompok tertentu saja, baik tetangga maupun orang terdekat KPMD saja.

2. Agen sosialisasi tidak bekerja secara maksimal.

Penelitian Wahyudi (2011) yang juga melakukan penelitian tentang program SPP di Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam, menjelaskan juga bahwa SPP bisa berjalan secara efektif dikarenakan struktur yang ada bekerja secara fungsional. Proses sosialisasi menjadi pokok utama dari keberlangsungan program ini. Berdasarkan penelitiannya Wahyudi melihat bahwa dalam tahapan ini jika terjadi ketimpangan maka program ini hanya akan diisi oleh orang-orang yang seharusnya tidak mendapatkan pinjaman. Dapat dikatakan tidak tepat sasaran sehingga tidak berjalan secara efektif.


(52)

4.4.3 Penggunaan Dana SPP : Kurang Transparan Dan Kurang Sesuai Dengan SOP SPP

Ketidaksesuaian berjalannya program dalam hal ini ketidaksesuaian SOP pelaksanaan program dengan kenyataan pelaksanaan program menimbulkan permasalahan-permasalahan baru, diantaranya adalah transparansi penggunaan dana oleh setiap anggota yang dinyatakan memperoleh pinjaman dari SPP yang tentu saja harus diselesaikan. Dengan harapan program ini akan berlanjut secara waktu yang panjang dan tidak merugikan pihak manapun.

Keberadaan beberapa anggota yang ikut hanya karena diajak atau sekedar ikut-ikutan guna memenuhi syarat dalam pembuatan proposal disadari menjadi pemicu utama terjadinya ketidaktransparan dalam penggunan dana oleh masing-masing kelompok. Dana dari SPP itu tidak diatur dengan baik oleh setiap kelompok dimulai dengan pembagian dana kesetiap anggota yang tidak sesuai dengan jumlah pijaman yang tertera di proposal.

Menurut mereka setiap dana yang mereka terima adalah sesuai permintaan masing-masing sesuai kemampuan yang dimiliki, hal ini dilakukan agar setiap anggota tidak merasa diberatkan pada saat pembayaran di akhir periode, hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan

Ibu S

“Kalau masalah uang digunakan untuk apa dan kemana biasanya hanya kami itu nak yang tau, masa orang lain harus tau juga. Kira-kira bisa dikatakan ini rahasia kami lah, sedangkan peranggota dapat berapa aja masing-masing kelompok lain tidak boleh tau hanya kami teman sekelompoknya saja yang tau, bahkan kadang yang kami tulis diproposal hanya sekedar coret coret aja,bukan itu sebenernya jumlah dana yang kami pakai perorangnya. Jujur nak sebenarnya ini salah cuma kalau gak


(1)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya sampaikan kepada Allah SWT karena atas izin dan kasih sayangnya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan

(SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) Di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai sarjana S1 Sosiologi di Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan nasihat baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dosen Pembimbing dan juga Dosen Penasehat Akademik saya selama kuliah yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan masukan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Ria Manurung, M.Si selaku dosen penguji II saya.

4. Seluruh Dosen, staf dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(2)

kesabaran, serta memberikan doa dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan juga menyelesaikan skripsi ini dan juga kepada kakak adik saya.

6. Terima kasih juga saya ucapkan kepada seluruh warga Desa Batu Anam yang sudah berkenan menjadi informan dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada teman dekat Ismi Andari, Nur Balqis Nst, Sari Rezeki, Sri Rizky Zebua, Ziyara Marwah dan teman-teman Sosiologi 2011 dan terima kasih juga kepada Ikhsan Dian Nugraha yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pada pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penilis sendiri.

Medan, Desember 2015 Penulis,

Poppy Septiani Putri NIM. 110901008


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Definisi Konsep ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional ... 9

2.2 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) ... 13

2.3 Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Sebagai Solusi Penurunan Jumlah Keluarga Miskin ... 16

BAB III Metode Penelitian 3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Lokasi Penelitian ... 21

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 21

3.3.1 Unit Analisis ... 21

3.3.2 Informan ... 21

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 22


(4)

3.5 Interpretasi Data ... 23

3.6 Keterbatasan Peneliti ... 24

BAB IV Temuan Data dan Interpretasi Data 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 25

4.1.1 Sejarah Desa ... 25

4.1.2 Perhubungan, Sarana dan Prasarana Desa ... 26

4.1.2.1 Sarana Pendidikan ... 27

4.1.2.2 Sarana Kesehatan ... 28

4.1.3 Kependudukan ... 29

4.2 Profil Informan ... 34

4.2.1 Anggota SPP yang memiliki usaha ... 34

4.2.2 Anggota SPP yang tidak memiliki usaha ... 39

4.2.3 KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa) ... 43

4.2.4 Staf PNPM-Mpd di Kecamatan ... 45

4.2.5 Pemerintahan Desa ... 47

4.3 Pelaksanaan dan Mekanisme SPP di Desa Batu Anam ... 48

4.3.1 Pembentukan Kelompok ... 52

4.3.2 Pembuatan Proposal ... 53

4.3.3 Pengajuan Proposal dan diperiksa Tim Verifikasi ... 55

4.3.4 Pencairan ... 57

4.4 Disfungsi Pelaksanaan SPP ... 62

4.4.1 Pembentukan Kelompok: Manipulasi Usaha yang digeluti ... 62

4.4.2 Pelaksanaan Sosialisasi : Belum Menyeluruh ... 64

4.4.3 Penggunaan Dana SPP: Kurang Transparan dan Kurang Sesuai dengan SOP SPP ... 68

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 73


(5)

DAFTAR PUSTAKA ... 76 Dokumentasi Lapangan ... 79


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Tahun

2000-2013 Di Indonesia ...2

Tabel 2 : Sarana Pendidikan Formal Di Desa Batu Anam ...28

Tabel 3 : Sarana Kesehatan Di Desa Batu Anam ...29

Tabel 4 : Jumlah Penduduk Desa Batu Anam Menurut Jenis Kelamin ...29

Tabel 5 : Jumlah Penduduk Desa Batu Anam Berdasarkan Umur Tahun 2014 ...30

Tabel 6 : Jumlah Penduduk Desa Berdasarkan Agama ...32

Tabel 7 : Data Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis ...33

Tabel 8 : Jumlah Penduduk Desa Berdasarkan Jenis Pekerjaan ...34

Tabel 9 : Jumlah Pinjaman Tiap Desa Di Kecamatan Rahuning Tahun 2014 ...49


Dokumen yang terkait

Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

8 81 118

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

1 44 87

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

2 64 128

Efektivitas Pelaksanaan Program Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

5 58 146

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin

4 69 162

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

0 0 8

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

0 0 1

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

0 0 8

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

0 0 11

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

0 0 3