4.1.6 Data Pemesinan Parameter Orthogonal Merchant
Data  pemesinan  yang  telah  diperoleh  melalui  penelitian  akan  disajikan dalam bentuk tabel dan dapat dilihat pada lampiran A.
4.1.7 Komponen Kecepatan dan Gaya Pembentukan Geram
Berdasarkan proses pemesinan  yang telah dilakukan dengan kondisi  yang sudah ditentukan sebelumnya, maka diperoleh data-data pemesinan pada tabel 4.2,
4.3, 4.4, 4.5 dan 4.6. Data-data ini  selanjutnya digunakan untuk menghitung dan menganalisa komponen kecepatan dan gaya pembentukan geram.
Untuk perhitungan awal, digunakan data pemesinan kondisi I.
Vc   =   227,3 mmin f
=  0,125 mmrev a   =  1,1 mm
n =  1500 rpm
K
r
=  91 
o
=  -6 hc  =  0,23 mm
Dari  kondisi  di  atas,  perhitungan  komponen  kecepatan  dan  gaya  akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Tebal Geram Sebelum terpotong h
mm
2. Lebar Pemotongan b
Universitas Sumatera Utara
3. Rasio Pemampatan Geram
h
4. Sudut Geser
0,511 0,511
27,08
o
5. Sudut Gesek
 Dari Persamaan :
,  dapat disederhanakan menjadi:
6. Kecepatan Pemakanan v
f
7. Kecepatan Geram v
c
Universitas Sumatera Utara
8. Kecepatan Geser pada bidang Geram v
s
9. Gaya potong spesifik referensi K
s1.1
, yaitu:
10. Gaya Potong Spesifik K
s
Dimana: C
k
= 1 untuk K
r
= 91
o
C
VB
= 1,08 untuk V
B
rata-rata = 0,2 mm C
o
= 1,12  untuk 
o
= -6 Cv   = 1,0 untuk v  200 mmin
Maka diperoleh:
11. Gaya potong:
Dimana: A = f.a = h.b
12. Resultan Gaya F
Universitas Sumatera Utara
13. Gaya Makan F
f
Dari persamaan : √
√
14. Gaya Geser F
s
15. Gaya Geser Normal pada bidang geser F
sn
√ √
16. Gaya Gesek pada bidang geram F
17. Gaya Gesek normal pada bidang geram F
n
√ √
Universitas Sumatera Utara
√
Dari model perhitungan di atas, maka diperoleh tabel hasil yang dapat dilihat pada Lampiran B
4.1.8Suhu Pemotongan
Untuk perhitungan awal dapat digunakan data – data sebagai berikut:
Vc   =   227,30 mmin = 3,78 ms f
=  0,125 mmrev a   =  1,1 mm
F
v
=  600,44 N F
=  368,42 N 
h
=  1,84 h
=  0,125 mm =  7850 kgm
3
k   =   42,6WmK c   =  561 JKg.K
1. Energi yang dikonsumsi pada pemotongan logam P
m
2. Laju panas akibat gaya gesek P
f
 
Universitas Sumatera Utara
3. Laju panas akibat gaya geser P
s
4. Thermal Number R
25,03
5. Suhu Zona Deformasi Pertama
= 410,45
o
C
6. suhu rata-rata geram yang dihasilkan dari deformasi kedua
Universitas Sumatera Utara
7. Suhu geram pada saat melewati zona defromasi kedua
Sebelum menghitung suhu ini terlebih dahulu dihitung nilai l
o
:
Maka :
Dari  grafik  hubungan  antara dengan  w
o
,  pada  halaman  33, dimana  nilai w
o
untuk proses ini adalah 0,416 maka :
725,07 K = 452,07
o
C
8. Suhu Maksimum yang terjadi pada saat geram terlepas dari material
o
C
Dari  model  perhitungan  di  atas  dapat  dihitung  suhu  pemotongan  untuk  setiap kondisi pemotongan.Seluruh hasil perhitungan suhu pemotongan ini dapat dilihat
pada Lampiran C.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Pembahasan 4.2.1 Hubungan Gaya Pemotongan dengan Geometri Geram