D. Pembahasan
1. Kesesuaian Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kota
Yogyakarta dengan Prinsip Sekolah Inklusi
Peneliti menganalisis kesesuaian antara prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi dengan penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota
Yogyakarta berdasarkan hasil penelitian atau hasil kuesioner yang diperoleh dari keseluruhan responden. Ada 8 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi
yang dijadikan acuan oleh peneliti, yaitu penerimaan peserta didik baru PPDB; identifikasi; kurikulum fleksibel; merancang bahan ajar dan kegiatan
pembelajaran yang ramah anak; penataan kelas yang ramah anak; asesmen; pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif; penilaian dan
evaluasi pembelajaran. Kedelapan prinsip penyelengaraan sekolah inklusi yang dijadikan acuan
oleh peneliti dikembangkan menjadi 100 aitem pertanyaan terbuka yang digunakan untuk mencari informasi mengenai penyelenggaraan sekolah dasar
inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta. Dari 73 kuesioner yang dibagikan ada 43 kuesioner yang kembali dari 7 sekolah dasar inklusi yang ada di Wilayah
Kota Yogyakarta. Peneliti menganalisis dari 7 sekolah dasar inklusi sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh responden untuk mengetahui kesesuaian
penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta dengan 8 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi.
Dari 7 sekolah dasar yang menjadi sampel penelitian, sekolah inklusi yang menerapkan 8 penyelenggaraan sekolah inklusi ada 1 sekolah dasar
inklusi. Sebanyak 2 sekolah dasar inklusi telah menerapkan 7 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. Sebanyak 2 sekolah dasar telah
menyelenggarakan 6 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. Ada 1 sekolah dasar inklusi baru menyelenggarakan 5 prinsip penyelenggaraan sekolah
inklusi, serta 1 sekolah dasar inklusi baru menyelenggarakan 3 prinsip sekolah inklusi. Sekolah dasar inklusi yang belum maksimal atau belum
menyelenggarakan 8 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi tidak berati sekolah tersebut tidak meyelenggarakan sekolah inklusi sesuai dengan prinsip
penyelenggaraan sekolah inklusi. Hanya dalam satu sekolah, belum semua guru menerapkan semua prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi,
dikarenakan tidak ada siswa yang berkebutuhan khusus dalam kelasnya. Dengan demikian, hanya sebagian guru yang menyelenggarakan. Berdasarkan
data yang ada, penyelenggaraan sekolah dasar inklusi yang ada di Wilayah Kota Yogyakarta belum memenuhi prinsip-prinsip penyelenggaraan sekolah
inklusi secara keseluruhan atau tidak sesuai dengan dugaan sementara peneliti yaitu sebesar 50 penyelenggaraan sekolah dasar inklusi yang memenuhi
prinsip-prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. Dari data yang diperoleh peneliti, penyelenggaraan sekolah dasar inklusi yang sesuai dengan prinsip
penyelenggaraan sekolah inklusi hanya sebesar 14,2. Perhitungan ini diperoleh dari jumlah sekolah dasar inklusi yang menerapkan 8 prinsip
penyelenggaraan sekolah inklusi dibagi seluruh sekolah yang menjadi sampel, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemudian dikalikan 100. Data tersebut menunjukkan baru satu sekolah yang sudah menerapkan 8 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. Hal ini
dikarenakan beberapa dari responden tidak menjawab pertanyaan kuesioner dengan detail atau tidak memberikan jawaban sama sekali.
Dapat disimpulkan bahwa sekolah dasar inklusi di wilayah Kota Yogyakarta sudah menerapkan prinsip-prinsip sekolah dasar inklusi namun
belum dilaksanakan secara optimal, seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Ilahi 2013:48-49 bahwa prinsip dasar pendidikan inklusi adalah semua
anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk bersekolah tanpa memandang perbedaan latar belakang kehidupannya. Maka penyelenggaraan
sekolah dasar inklusi harus diselenggarakan sesuai dengan prinsip sekolah inklusi secara optimal.
2. Penerapan Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah
Kota Yogyakarta Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, sekolah
dasar inklusi telah banyak diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh oleh peneliti, bahwa
ada 29 sekolah dasar yang dianggap mampu menerapkan pendidikan inklusi. Peneliti menggunakan 8 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi untuk
mengetahui penerapan penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta yang didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman guru
kelas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta terkait dengan penerimaan peserta didik baru PPDB, syarat utama yang
digunakan pihak sekolah sebagai siswa baru adalah usia minimal 7 tahun. Sekolah mengutamakan usia siswa yang minimal adalah 7 tahun. Sekolah
tidak melakukan proses seleksi yang khusus, proses seleksi hanya dilakukan dengan menggunakan peringkat usia siswa dan apabila kuota yang disediakan
masih ada. Semua tipe anak berkebutuhan khusus yang masih mampu untuk berinteraksi dan dapat dibimbing, diterima di sekolah dasar inklusi yang
diselenggarakan di Wilayah Kota Yogyakarta. Kustawan 2013: 90-91 menyatakan bahwa pelaksanaan penerimaan peserta didik baru, sekolah
membentuk Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru yang dilengkapi dengan pendidik guru pendidik khusus dan atau konselor yang sudah memahami
tentang pendidikan inklusi dan keberagaman karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus.
Berdasarkan informasi yang ada di lapangan, tenaga kependidikan sebagai sumber daya pendidik disediakan oleh pemerintah atau Dimas
Pendidikan Kota Yogyakarta yaitu berupa pendamping khusus. Guru khusus ini hanya menangani dan membimbing siswa berkebutuhan khusus, apabila
guru kelas tidak bisa atau belum mampu melakukan dan menjadi konsultan bagi siswa. Kualifikasi khusus untuk sumber daya pendidik yang diterima
sekolah adalah minimal memiliki S1 pendidikan, lulus tes pegawai, dan melihat ijazah yang dimiliki. Sumber biaya yang didapatkan sekolah hanya
berasal dari BOS dan BOSDA yang dikelola oleh tim keuangan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bendahara sesuai dengan RAPBS. Seluruh sampel yang diteliti telah melaksanakan prinsip penerimaan peserta didik baru PPDB.
Identifikasi dilakukan sekolah untuk mengetahui dan menemukenali hambatan serta gejala-gejala yang muncul dari siswa berkebutuhan khusus
maupun siswa yang tidak berkebutuhan khusus, yang dilakukan dengan kegiatan observasi berdasarkan kegiatan sehari-hari. Selama melakukan
kegiatan observasi pihak sekolah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Hasil dari identifikasi yang dilakukan guru dijadikan sebagai
dasar penyusunan program pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing siswa terkait hambatan yang dialami. Didukung dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Kustawan 2013: 93 yang menyatakan bahwa identifikasi adalah upaya guru pendidik dan tenaga kependidikan
lainnya untuk menemukan dan mengenali anak yang mengalami hambatankelainangangguan baik fisik, intelektual, mental, emosional, dan
social dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya. Semua sampel penelitian telah melaksanakan prinsip
identifikasi. Sekolah inklusi merupakan sekolah yang mengakomodasi semua anak
baik yang berkebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan khusus untuk belajar secara bersama-sama, maka sudah seharusnya kurikulum
fleksibel diberlakukan untuk semua siswa, dimana didukung dengan pernyataan Kustawan 2013: 107 prinsip pengembangan kurikulum fleksibel
harus dijadikan acuan oleh para guru untuk siswa berkebutuhan khusus yakni PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kurikulum umum yang diberlakukan untuk siswa pada umumnya perlu diubah atau dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa
berkebutuhan khusus. Dari semua sampel yang dipilih, semua responden sudah menyadari akan adanya kurikulum yang harus dimodofikasi guna
memenuhi dan menyesuaikan dengan kebutuhan para siswa yang berkebutuhan khusus, namun hanya ada 3 sampel yang melaksanakan prinsip
kurikulum fleksibel. Menjadi seorang guru, sudah seharusnya dapat menerapkan berbagai
metode pembelajaran yang menarik dan kreatif agar tercipta situasi pembelajaran yang kondusif dan ramah anak. Penyampaian materi dan
pendampingan diberikan sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing siswa, agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan tujan
pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Penjelasan tersebut didukung dengan pernyataan Ilahi 2013: 172-173 bahwa untuk mencapai tujuan
mengajar yang telah ditentukan, diperlukan bahan ajar. Kustawan 2013: 111 menambahkan, bahwa jenis materi pelajaran yang digunakan oleh para guru
dapat memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan akademis siswa- siswa penyandang disabilitas. Enam Sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota
Yogyakarta sudah melaksanakan prinsip merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak.
Penataan kelas yang ramah anak yaitu penataan kelas yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa seperti, pencahayaan di dalam kelas, sirkulasi udara,
posisi tempat duduk, warna dinding, serta hasil karya siswa atau gambar- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gambar yang dapat mendukung proses pembelajaran. Pernyataan tersebut didukung dengan penyataan yang dikemukan oleh Friend 2015: 270
menerangkan bahwa penataan unsur-unsur fisik ruang kelas dapat mempengaruhi kondisi dan suasana belajar bagi anak yang tidak
berkebutuhan khusus dan anak yang berkebutuhan khusus. Selain penataan kelas, peran guru dalam mengatur proses pembelajaran juga penting, seperti
pembentukan kelompok yang dapat menunjang proses pembelajaran dan adanya tutor sebaya yang dapat membantu peran guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran kepada siswa, akan tetapi disisi lain akan ada kerugian yang dialami, seperti tidak semua anak dapat bekerja dan suasana kelas
menjadi sedikit gaduh dan sulit dikondisikan. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Everton Weintein 2015: 285
yang mengemukakan bahwa pengelolaan ruang kelas mencakup semua hal yang dilakukan oleh para guru demi mengoptimalkan proses belajar-mengajar
yang efektif, mulai dari mengatur siswa-siswa, ruang, waktu, hingga materi. Dari semua sampel yang dipilih, semua sudah menyelenggarakan prinsip
penataan kelas yang ramah anak dan guru-guru yang ada di sekolah dasar inklusi juga menyediakan tempat penyimpanan khusus untuk hasil karya
siswa dan media pembelajaran yang sudah dibuat. Overton mengemukakan bahwa asesmen merupakan proses pengumpulan
informasi untuk memantau kemajuan dan mengambil keputusan pendidik ketika diperlukan dalam Friend, 2015: 209 dan diperkuat dengan pendapat
Triani 2013: 25 yang menjelaskan bahwa asesmen merupakan kegiatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
secara utuh dan menyeluruh untuk tujuan tertentu, kegiatan yang dilakukan dalam asesmen adalah mengumpulkan data dan informasi yang akan
digunakan untuk bahan pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran. Dari 7 sekolah dasar inklusi yang ada di Wilayah Kota
Yogyakarta, baru 1 sekolah dasar inklusi yang sudah menyelenggarakan prinsip asesmen.
Kustawan menjelaskan bahwa media pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus hakekatnya adalah media yang dirancang, dibuat,
dipilih, dan digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok dalam kegiatan pembelajaran 2013: 117 Dari 7 sekolah
dasar inklusi yang ada di Wilayah Kota Yogyakarta 5 diantaranya sudah menerapkan prinsip pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif
yang disusun dan dirancang sesuai dengan kebutuhan dari semua siswa, sehingga media yang digunakan dapat membantu proses pembelajaran siswa
dan menunjang nilai akademik para siswa. Guru-guru dari 5 sekolah dasar inklusi yang ada di Wilayah Kota Yogyakarta merancang media pembelajaran
sesuai dengan kreativitas masing-masing dan memanfaatkan barang-barang disekitar secara maksimal yang disesuaikan dengan indikator dan KD yang
ingin dicapai. Pada prinsip yang ke-8 yaitu penilaian dan evaluasi pembelajaran. Dalam
prinsip ini, dapat diketahui bagaimana cara guru dalam menenutukan KKM bagi siswa yang berkebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan
khusus dan disesuaikan dengan kemampuan dari masing-masing siswa. Dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7 sekolah dasar inklusi yang sudah dipilih 6 diantaranya sudah menyelenggarakan prinsip penilaian dan evaluasi pembelajaran. Penentuan
KKM yang dilakukan oleh para guru di 6 sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta yaitu dengan menggunakan kompleksitas, intake, dan daya
dukung. Selain itu tidak ada perbedaan KKM antara siswa berkebutuhan khusus dengan siswa yang tidak berkebutuhan khusus, yang membedakan
hanya bobot soal yang diberikan. Para guru dari 6 sekolah dasar inklusi, melaksanakan kegiatan evaluasi untuk mengetahui kemampuan dari setiap
siswa baik siswa yang berkebutuhan khusus maupun siswa yang tidak berkebutuhan khusus. Selanjutnya hasil yang sudah diperoleh, ditindaklanjuti
oleh guru untuk meningkatkan hasil prestasi siswa. Dalam kegiatan evaluasi peran orang tua juga dibutuhkan seperti, mendampingi siswa saat belajar dan
mengerjakan tugas di rumah. Pernyataan tersebut, didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Kustawan 2013: 124 bahwa evaluasi merupakan
proses yang penting dalam bidang pengambilan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasi tersebut agar
diperoleh data yang tepat dan akan digunakan pengambilan keputusan dalam memilih di antara beberapa alternatif.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa penyelenggaraan sekolah inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta sudah
mencakup prinsip penerimaan peserta didik baru PPDB; identifikasi; kurikulum fleksibel; merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang
ramah anak; penataan kelas yang ramah anak; pengadaan dan pemanfaatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
media pembelajaran adaptif; penilaian dan evaluasi pembelajaran. Namun untuk prinsip asesmen masih belum diselenggarakan secara maksimal. Dari 8
prinsip terkait penyelenggaraan sekolah dasar inklusi yang diteliti oleh peneliti menambahkan informasi baru terkait dengan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Tarmansyah 2015 tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Tarmansyah adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan
pendidikan inklusi yang diselenggarakan di SD Negeri 03 Alai Padang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN