Sekolah Dasar Inklusi Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi

7

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan hipotesis.

A. Kajian Pustaka

1. Sekolah Dasar Inklusi

Ilahi 2013:87 menjelaskan sekolah inklusi adalah sekolah regular yang mengakomodasi dan mengintegrasikan siswa regular dan siswa penyandang cacat dalam program yang sama. Stainback dan Stainback dalam Ilahi, 2013:83 mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Pernyataan tersebut didukung oleh perjanjian Salamanca Statement dan Framework for Action dalam Kustawan, 2013: 17 yang menjelaskan bahwa sekolah regular dengan orientasi inklusi merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi sikap diskriminatif, menciptakan masyarakat yang terbuka, membangun suatu masyarakat inklusi dan mencapai pendidikan yang efektif kepada mayoritas anak dalam meningkatkan efisiensi sehingga menekankan biaya untuk keseluruhan sistem pendidikan. Rosilawati 2013:18 menjelaskan sekolah inklusi merupakan tempat bagi setiap anak untuk dapat diterima menjadi bagian dari kelas, dapat mengakomodasikan dan merespon keberagaman melalui kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak dan bermitra dengan masyarakat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Bafadal 2006: 3 menjelaskan bahwa sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun. Dari beberapa pendapat di atas, sekolah dasar inklusi adalah satuan pendidikan enam tahun yang mengakomodasi semua anak dalam satu kelas yang sama tanpa adanya sikap diskriminatif.

2. Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi

a. Penerimaan Peserta Didik Baru PPDB yang Mengakomodasi Semua Anak Kustawan 2013 : 90 – 91 menyatakan bahwa penerimaan peserta didik baru di SDMI pada setiap tahun pelajaran perlu mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki sekolah. Dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru, sekolah membentuk panitia penerimaan peserta didik baru yang dilengkapi dengan pendidik guru pendidik khusus dan atau konselor yang sudah memahami tentang pendidikan inklusi dan keberagaman karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus. Bagi sekolah yang memiliki psikolog atau bekerjasama dengan psikolog, maka psikolog tersebut dapat ikut serta dalam kepanitiaan PPDB. SDMI Penyelenggaraan pendidikan inklusi menerima peserta didik berkebutuhan khusus dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki sekolah dan mengalokasikan kursiquota untuk peserta didik berkebutuhan khusus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Identifikasi Kustawan 2013:93 mengatakan bahwa identifikasi adalah upaya guru pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk menemukan dan mengenali anak yang mengalami hambatankelainanganguuan baik fisik, intelektual, mental, emosional dan sosial dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya. Dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi dalam Kustawan, 2013;93 dituliskan bahwa istilah identifikasi dimaknai sebagai proses penjaringan, sedangkan asesmen dimaknai sebagai suatu upaya seseorang orang tua, guru maupun tenaga kependidikan lainnya untuk melakukan proses penjaringan terhadap anak yang mengalami kelainan penyimpangan fisik, intelektual, sosial, emosional tingkah laku dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Hasil dari identifikasi adalah ditemukannya anak-anak berkebutuhan khusus yang perlu mendapatkan layanan anak berkebutuhan khusus yang perlu mendapatkan layanan pendidikan khusus melalui program inklusi. Dalam buku Modul Pelatihan Pendidikan Inklusi dalam Kustawan, 2013;93 identifikasi dapat diartikan menemukenali. Identifikasi anak berkebutuhan khusus adalah suatu upaya menemukenali anak berkebutuhan khusus, dalam hal ini anak berkelainan dengan gejala-gejala yang menyertainya. Lerner dalam Kustawan, 2013:93 menjelaskan bahwa identifikasi dilakukan untuk lima keperluan yaitu penjaringan sreening , PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pengalihtanganan referral , klasifikasi classification, perencanaan pembelajaran instructional planning, dan pemantauan kemajuan belajar monitoring pupil progress. Selanjutnya Kustawan 2013:95 mengemukakan bahwa tujuan dilaksanakan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi atau data apakah seorang anak mengalami kelainanpenyimpangan dalam pertumbuhanperkembangannya dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya, dimana hasil identifikasi dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran yang disesuiakan dengan kebutuhan khususnya danatau untuk menyususun program dan pelaksanaan intervensipenangananterapi berkaitan dengan hambatannya. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa identifikasi adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk menggali dan mengenali apakah seorang anak mengalami kelainan atau gangguan fisik, emosional, mental, dan potensi atau sangat berbakat. c. Adaptasi Kurikulum Kurikulum Fleksibel Kustawan 2013: 107 mendeskripsikan kurikulum fleksibel yakni mengakomodasi anak dengan berbagai latar belakang dan kemampuan, maka kurikulum tingkat satuan pendidikan akan lebih peka mempertimbangkan keragaman anak agar pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan kebutuhannya. Penjelasan Kustawan didukung oleh Nasution dalam Ilahi, 2013 : 168 yang menjelaskan kurikulum merupakan salah satu komponen penting pada lembaga pendidikan formal yang digunakan sebagai acuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI untuk menentukan isi pengajaran, mengarahkan proses mekanisme pendidikan, tolok-ukur keberhasilan, dan kualitas hasil pendidikan. Pengembangan dan pembenahan kurikulum harus senantiasa dilakukan secara berkesinambungan dan menyesuaikan diri dengan tantangan zaman. Arifin dalam Ilahi, 2013 : 169 menguraikan bahwa kurikulum tidak sekedar dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan anak didik oleh pendidiknya, tetapi juga segala kegiatan yang menyangkut kependidikan dan memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak didik dalam rangka mencapai hakikat tujuan pendidikan yang sebenarnya, terutama perubahan tingkah laku yang menjadi cerminan dari kualitas anak didik yang berkepribadian luhur. Dari beberapa pengertian di atas adaptasi kurukulum kurikulum fleksibel adalah kurikulum yang disusun sebagai acuan untuk menentukan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak namun juga dapat disesuaikan dengan anak-anak yang tidak berkebutuhan khusus. d. Merancang Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran yang Ramah Anak Guru yang baik akan melakukan pembelajaran yang interaktif agar perhatian anak didiknya terpusat penuh kepada guru. Guru juga harus menggunakan metode pembelajaran yang cocok bagi anak didiknya agar anak didiknya mampu berpartisipasi di dalam pelajaran. Jenis materi pelajaran yang digunakan oleh para guru dapat memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan akademis siswa-siswa penyandang disabilitas Kustawan, 2013 :111. Ilahi 2013 : 172 – 173 menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan mengajar yang telah ditentukan, diperlukan bahan ajar. Bahan ajar tersusun atas topik –topik dan sub–sub topik tertentu yang mengandung ide pokok yang relevan dengan tujuan yang ditetapkan. Dari beberapa pengertian di atas kesimpulan dari merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak adalah guru harus mengupayakan pembelajaran yang menarik dengan merancang bahan ajar yang menarik dan kreatif sehingga mampu menarik perhatian para anak dan pembelajaran dapat tersalurkan dengan baik. e. Penataan Kelas yang Ramah Anak Everton dan Weintein dalam Friend, 2015: 285 menjelaskan pengelolaan ruang kelas mencakup semua hal yang dilakukan oleh para guru demi mengoptimalkan proses belajar-mengajar yang efektif, mulai dari mengatur siswa-siswa, ruang, waktu, hingga materi. Kerr dan Nelson dalam Friend, 2015: 274 menyatakan bahwa cara penataan unsur-unsur fisik dalam suatu ruang kelas dapat berdampak pada proses belajar dan perilaku siswa di sejumlah area. Penjelasan tersebut didukung oleh Friend 2015:270 yang menyatakan bahwa penataan unsur-unsur fisik ruang kelas dapat mempengaruhi kondisi dan suasana belajar bagi anak yang tidak berkebutuhan khusus dan anak yang berkebutuhan khusus. Penataan unsur fisik mencakup penampilan ruang kelas dan pemanfaatan ruang kelas, yaitu meliputi area dinding, pencahayaan, area lantai serta ruang penyimpanan. Dari beberapa pengertian di atas, penataan kelas yang ramah anak itu dilakukan oleh para guru dalam mengoptimalkan proses belajar mengajar, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dimana suasana dan penataan kelas sangat mempengaruhi proses, situasi dan kondisi belajar bagi setiap anak. f. Asesmen Asesmen didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi untuk memantau kemajuan dan mengambil keputusan pendidikan ketika diperlukan Overton dalam Friend, 2015 : 209. Triani 2013 : 25 menjelaskan asesmen merupakan kegiatan secara utuh dan menyeluruh untuk tujuan tertentu, kegiatan yang dilakukan dalam asesmen adalah mengumpulkan data dan informasi yang akan digunakan untuk bahan pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran. 1. Screening Friend 2015: 210 mengemukakan bahwa screening meliputi keputusan untuk menentukan jika proses kemajuan seorang siswa dianggap cukup berbeda dengan teman-teman sekelasnya sehingga patut untuk menerima perubahan pengajaran, atau pada akhirnya, asesmen yang lebih mendalam untuk menetapkan adanya kondisi disabilitas. Tiarni 2013: 22 menambahkan, bahwa screening dilakukan terhadap semua anak di kelas dengan alat identifikasi anak berkebutuhan khusus. 2. Diagnosis Friend 2015: 211menjelaskan bahwa keputusan besar yang terkait dengan diagnosis menyangkut kelayakan atas layanan pendidikan khusus, pertimbangan berdasarkan ketentuan hukum bahwa siswa dianggap layak untuk dianggap menyandang disabilitas atau tidak. 3. Penempatan program Friend 2015: 215 menjelaskan bahwa bagian utama dari keputusan penempatan program berkenaan dengan ranah yang menjadi tempat berlangsungnya layanan pendidikan khusus yang diterima siswa, misalnya saja di ruang kelas pendidikan umum, ruang sumber, atau ruang kelas pendidikan khusus yang terpisah. 4. Penempatan kurikulum Friend 2015: 216 mengemukakan bahwa penempatan kurikulum meliputi keputusan mengenai level mana yang akan dipilih untuk memulai pengajaran siswa. Informasi mengenai penempatan kurikulum tentu juga dapat dijadikan sebagai patokan pengukuran bagi para guru untuk mengetahui sejauh apa siswa-siswa penyandang disabilitas mengakses kurikulum pendidikan umum yang juga menjadi tujuan tegas dari IDEA. 5. Evaluasi pengajaran Friend 2015: 217 menyatakan bahwa keputusan dalam evaluasi pengajaran meliputi keputusan untuk melanjutkan atau mengubah prosedur pengajaran yang telah diterapkan pada siswa. Keputusan ini dibuat dengan memantau kemajuan siswa secara cermat. 6. Evaluasi program Friend 2015: 217 menjelaskan bahwa keputusan evaluasi program meliputi keputusan untuk menghentikan, melanjutkan, atau memodifikasi program pendidikan khusus seorang siswa. g. Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Adaptif Kustawan 2013 : 117 berpendapat bahwa media pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus hakekatnya adalah media yang dirancang, dibuat, dipilih dan digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan, kebutuhan, materi, kemampuan, dan karakteristik anak akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran. h. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran Kustawan 2013 : 124 mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses yang penting dalam bidang pengambilan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasi tersebut agar diperoleh data yang tepat yang akan digunakan pengambilan keputusan dalam memilih diantara beberapa alternatif. Adapun karakteristik evaluasi adalah: 1 mengidentifikasi aspek-aspek yang akan dievaluasi, 2 memfasilitasi pertimbangan-pertimbangan, 3 menyediakan informasi yang berguna, 4 melaporkan penyimpangankelemahan untuk memperoleh remediasi dari yang dapat diukur saat itu juga.

3. Pendidikan Inklusi