Pengadaan Sapi Bakalan TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengadaan Sapi Bakalan

Sapi potong yang berkembang di Indonesia, merupakan bangsa sapi tropis dan sub tropis, terdiri dari sapi lokal dan sapi impor Sarwono dan Arianto, 2002. Menurut Sugeng 2000, ciri-ciri bangsa sapi tropis yaitu memiliki gelambir, kepala panjang, dahi sempit, ujung telinga runcing, bahu pendek, garis punggung berbentuk cekung, kaki panjang, tubuh relatif kecil, dengan bobot badan 250-650 kg, tahan terhadap suhu tinggi dan gigitan caplak. Sedangkan bangsa sapi sub tropis tidak memiliki kelaza kepala pendek, ujung telinga tumpul, garis punggung lurus, kaki pendek, bulu panjang dan kasar, tidak tahan terhadap suhu tinggi, banyak minum dan kotorannya basah, cepat dewasa kelamin, bentuk tubuh besar. Jenis sapi yang banyak dipelihara oleh peternak di Indonesia adalah sapi Ongole, sapi Bali, sapi Madura, sapi Aberdeen Angus, sapi Brahman, sapi Brangus Brahman dan Aberdeen Angus, sapi peranakan Ongole PO dan sapi Simmental Djarijah, 1996. Pemilihan bangsa sapi yang akan dipelihara perlu diperhatikan dengan mempertimbangkan lokasi, tujuan peternakan, serta sifat- sifat setiap bangsa sapi dan harus mempertimbangkan harga serta performan dari bakalan tersebut Santoso, 2005. Peternak lebih memilih sapi Simmental dan peranakan Charolise untuk digemukkan dibanding PO karena pertambahan bobot badan, tingkat konversi pakan, dan presentase karkas lebih tinggi, walaupun harganya relatif mahal Hadi dan Ilham, 2000. Menurut Murtidjo 1990 penilaian terhadap keadaan individual sapi potong pada prinsipnya didasarkan pada umur, bentuk tubuh, luas tubuh, daya pertumbuhan dan temperamen. Dianjurkan pula mengetahui sejarah yang berkaitan dengan penyakit. Namun secara praktis pada umumnya penilaian individual dilakukan dengan mengamati bentuk luar sepeti bentuk tubuh umum, ukuran vital dari bagian-bagian tubuh, normal tidaknya pertumbuhan, dan organ kelamin. Prioritas utama untuk memilih sapi bakalan adalah 3 3 bertubuh kurus, berusia remaja sapi dara dan sepasang giginya telah tanggal Sarwono dan Arianto, 2002. Menurut Santoso 2002 sapi yang paling baik untuk digemukkan adalah sapi jantan, karena mempunyai bobot lahir dan pertambahan bobot badan harian yang tinggi. Bakalan yang akan digemukkan dapat berasal dari sapi lokal atau sapi impor yang belum maksimal pertumbuhannya Sarwono dan Arianto, 2002. Dapat juga bersumber dari berbagai jenis sapi yang telah ada di Indonesia termasuk sapi perah jantan Siregar, 2003. Sapi yang sudah lama terdapat di Indonesia dan telah berkembang secara turun temurun dikenal dengan sebutan sapi lokal. Sapi lokal ini tersebar hampir di seluruh daerah Indonesia, tetapi ada pula yang hanya terdapat di daerah tertentu saja Siregar, 2003.

B. Manajemen Pemberian Pakan