Film sebagai Media Komunikasi Massa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Film sebagai Media Komunikasi Massa

Film adalah media komunikasi massa berisi gambar bergerak yang terbuat dari celluloid transparan dalam jumlah yang banyak, yang apabila digerakkan melalui cahayanya yang kuat akan tampak seperti gambar yang hidup. Siregar, 1989:9 Film adalah medium komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Pentingnya pemanfaatan film dalam pendidikan sebagian didasari oleh pertimbangan bahwa film memiliki kemampuan mengantar pesan secara unik. Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. Kehadiran film sebagian merupakan respon terhadap penemuan waktu luang di luar kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu senggang secara hemat dan sehat bagi seluruh anggota keluarga Mc Quail, 1991:13-14 Menikmati cerita dalam film berbeda dengan buku. Dalam buku, cerita disajikan melalui huruf-huruf secara mati dan hanya akan mempunyai arti dalam alam sadar. Sedangkan film mempertunjukkan 10 11 dengan jelas tingkah laku pelaku dan dapat mendengarkan suara, sehingga apa yang dilihat dalam film seolah-olah kejadian yang nyata dan terjadi di depan matanya Effendy, 2000:207. Sehubungan dengan ini, terdapat identifikasi psikologi yakni dengan melihat dan menghayati sebuah film. Seringkali penonton mengidentifikasikan seluruh pribadinya dengan salah seorang pemegang peranan dalam film itu. Bahkan karena penonton tenggelam dalam upayanya untuk memahami dan merasakan apa yang dipikirkan atau dialami si tokoh, ia mengira bahwa ia sendiri yang berada pada posisi tokoh tersebut Effendy, 2000 : 207-208. 2.1.1.1.Jenis-jenis film Film dibedakan berdasarkan sifatnya yang umumnya terdiri dari jenis- jenis sebagai berikut: 1 Film Cerita Story Film Film cerita jelas adalah film yang mengandung suatu cerita, yaitu yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang film nya yang tenar. Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita. Sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Film yang bersifat auditif visual, yang dapat disajikan kepada publik dalam bentuk gambar yang dapat dilihat dengan suara yang dapat didengar, dan yang merupakan suatu hidangan yang sudah 12 masak dinikmati, sungguh merupakan suatu medium yang bagus untuk mengolah unsur-unsur tadi. Unsur-unsur seks dan kejahatan adalah unsur-unsur cerita yang menyentuh rasa manusia, yang dapat membuat publik terpesona, yang dapat membikin publik terpesona, terisak-isak, dapat membuat publik dongkol, marah, terharu, iba, bangga, gembira, tegang, dan lain-lain. 2 Film Berita Newsreel Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita newsvalue. 3 Film Dokumenter Documentary Film Titik berat dari film dokumenter adalah fakta aau peristiwa yang terjadi. Bedanya dengan film berita adalah film berita yang harus mengenai sesuatu yang mempunyai nilai berita news value untuk dihidangkan kepada penonton apa adanya dan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Film berita sering dibuat dalam waktu yang sangat tergesa-gesa, karena itu mutunya sering tidak memuaskan. Sedang untuk membuat film dokumenter dapat dilakukan dengan pemikiran dan perencanaan yang matang. Berbeda pula dengan film cerita yang dapat diolah dengan unsur kejahatan dan seks, film dokumenter tidak demikian. Karena itu film dokumenter sering menjemukan. Akal untuk mengolahnya sehingga dapat mempesona 13 publik terbatas sekali. Tetapi meskipun demikian usaha ke rah itu harus dilakukan, tetapi tidak boleh dipaksakan sehingga dipertunjukkan menjadi tidak logis. 4 Film Kartun Cartoon Film Timbulnya gagasan untuk menciptakan film kartun ini adalah dari para seniman pelukis. Ditemukannya cinematography talah menimbulkan gagasan kepada mereka untuk menghidupkan gambar-gambar yang mereka lukis. Dan lukisan-lukisan itu bias menibulkan hal yang lucu dan menarik. Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis, dan setiap lukisan memrlukan ketelitian. Effendy, 2000: 210-216 Dewasa ini, kualitas film semakin tidak bermutu, baik dilihat dari segi cerita, adegan, maupun pemeran nya. Adapun kriteria film bermutu, yaitu: a Memenuhi tri fungsi film Fungsi film adalah hiburan, pendidikan dan penerangan. Filmnya sendiri sudah merupakan sarana hiburan. Orang menonton film tentunya untuk mencari hiburan, apakah film itu membuat ketawa, mencucurkan air mata, atau bikin gemetar ketakutan. Jikalau film membawakan pesan yang sifatnya mendidik atau memberikan penerangan, barangkali dapat dinilai sebagai memenuhi salah satu unsur film bermutu. 14 b Konstruktif Film yang bersifat konstruktif ialah kebalikan dari yang bersifat destruktif yaitu, film dimana perilaku si aktor atau aktris serba negatif yang bisa ditiru yang bisa ditiru oleh masyarakat. Terutama muda-mudi ataupun anak-anak. c Artistik – Etis – Logis Film memang harus artistik. Itulah sebabnya, film sering disebut hasil seni. Jika saja sebuah film membawakan cerita yang mengandung etika, lalu penampilannya memang logis, film seperti itu dapat dinilai sebagai memenuhi ciri ketiga film bermutu. d Persuasif Film yang bersifat persuasif adalah film yang ceritanya mengandung ajakan secara halus, dalam hal ini sudah tentu jakan berpartisipasi dalam pembangunan “national and character building” yang sedang dilancarkan pemerintah. Effendy, 2000: 226-227

2.1.2. Terpaan Film

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA MOTIF BERPRESTASI DENGAN INTENSI BERWIRASWASTA PADA MAHASISWA Hubungan Antara Motif Berprestasi Dengan Intensi Berwiraswasta Pada Mahasiswa.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA MOTIF BERPRESTASI DENGAN INTENSI BERWIRASWASTA PADA MAHASISWA Hubungan Antara Motif Berprestasi Dengan Intensi Berwiraswasta Pada Mahasiswa.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA MOTIF BERPRESTASI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA Hubungan Antara Motif Berprestasi dengan Minat Berwirausaha.

1 2 14

PENGARUH OLAHRAGA KOMPETITIF TERHADAP MOTIF BERPRESTASI: STUDI KOMPARATIF ANTARA SISWA ATLET DAN SISWA NON-ATLET.

0 4 77

HUBUNGAN ANTHROPOMETRIK DAN KONDISI FISIK DENGAN PRESTASI ATLET BULUTANGKIS JUNIOR JAWA BARAT.

0 0 42

Hubungan Antara Kemandirian Dengan Motif Berprestasi.

0 0 1

HUBUNGAN TERPAAN BERITA PENCULIKAN ANAK DI TELEVISI DENGAN KEWASPADAAN IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA (Studi Korelasional Kuantatif Tentang Hubungan Terpaan Berita Penculikan Anak di Televisi Dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga di Surabaya).

0 2 114

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI ATLET TAEKWONDO JUNIOR PADA PROGRAM LATIHAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI

0 2 96

HUBUNGAN TERPAAN FILM “KING” DENGAN MOTIF BERPRESTASI ATLET BULUTANGKIS JUNIOR (Studi Korelasional Kuantatif Tentang Hubungan Terpaan Film “KING” Dengan Motif Berprestasi Atlet Bulutangkis Junior di PB Suryanaga Surabaya).

0 0 23

HUBUNGAN TERPAAN BERITA PENCULIKAN ANAK DI TELEVISI DENGAN KEWASPADAAN IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA (Studi Korelasional Kuantatif Tentang Hubungan Terpaan Berita Penculikan Anak di Televisi Dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga di Surabaya).

0 0 31