HUBUNGAN TERPAAN BERITA PENCULIKAN ANAK DI TELEVISI DENGAN KEWASPADAAN IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA (Studi Korelasional Kuantatif Tentang Hubungan Terpaan Berita Penculikan Anak di Televisi Dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga di Surabaya).

(1)

Penculikan Anak di Televisi Dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga di Surabaya).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan terpaan berita penculikan anak di televisi dengan kewaspadaan ibu rumah tangga di Surabaya.

Peneliti menggunakan Teori S-O-R. Terpaan berita penculikan anak di televisi (variabel x) diukur melalui indikator frekuensi dan durasi dalam menyaksikan tayangan berita penculikan anak. Sedangkan kewaspadaan ibu rumah tangga (variabel y) setelah mendapat terpaan berita penculikan anak di televisi, operasionalisasinya dapat diukur melalui indikator yang meliputi; waspada dengan tidak mudah percaya pada orang asing / yang belum dikenal , dan waspada dengan selalu mendampingi anak.

Metodologi penelitian yaitu korelasi kuantitatif dengan populasi penelitian Ibu rumah tangga di Surabaya, yakni ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah,maupun juga ibu rumah tangga yang murni mengurusi pekerjaan rumah tangga dan tidak bekerja secara langsung tetapi memberikan dukungan bagi anggota yang lain pencari nafkah untuk memanfaatkan peluang kerja yang ada. Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik probability sampling dengan tipe multistage cluster random sampling. Dengan jumlah populasi 100 ibu rumah tangga maka peneliti akan mengambil semua populasi sebagai sampel peneliti.

Teknik pengukuran data menggunakan skala likert dengan kriteria sistem skor; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t dimana tingkat signifikansi (α) dalam penelitian ini adalah 5%.

Kesimpulannya, berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan terpaan berita penculikan anak di televisi dengan kewaspadaan ibu rumah tangga di Surabaya walau memiliki tingkat hubungan yang rendah.

Kata Kunci : Hubungan Terpaan, Berita Penculikan Anak , Kewaspadaan


(2)

SURABAYA) Oleh :

INDRA YUDHA KUSUMA NPM. 0643010077

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional ”Vete an” Jawa Timur r Pada 12 November 2010

Pembimbing Tim Penguji:

1. Ketua

Dra. Sumardjjati, M.Si Dra. Sumardjjati, M.Si

NIP. 19620323 199309 2 00 1 NIP. 19620323 199309 2 00 1 2. Sekretaris

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si NIP. 19641225 199309 2 00 1

3. Anggota

Zainal Abidin A. M.Si, M.Ed NPT. 3 7305 99 0170 1

Mengetahui, Dekan

Dra. Hj. Suparwati, M.Si


(3)

(4)

segala karunia serta rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Hubungan Terpaan Berita Penculikan Anak Di Televisi Dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga Di Surabaya”

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, tidak akan berjalan lancar dan berwujud baik tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sumardjijati, DRA, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga terselesaikannya skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Syaifudin Zuhri, S.Sos., M.Si. selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.

4. Bapak Ibu dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran “ Jawa Timur.

5. Bapak dan Ibu serta keluarga yang turut membantu baik dukungan maupun materiel hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.


(5)

v

dari segi teknis maupun dalam segi penyusunannya. Untuk itu, penulis senantiasa bersedia dan terbuka dalam menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.

Besar harapan penulis agar laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk bagi kita semua, Amin.

Surabaya, November 2010


(6)

HALAMAN PENGESAHAN..………... ii

KATA PENGANTAR………... iv

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

ABSTRAKSI ...xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ………..………...1

1.2. Perumusan Masalah ……….………...18

1.3. Tujuan Penelitian ……..…………...18

1.4. Kegunaan Penelitian …..………….………...18

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 20

2.1. Landasan Teori ………..………...…………...20

2.1.1. Televisi sebagai Media Elektronik...……....………...20

2.1.2. Berita Penculikan Anak di Televisi………...21

2.1.3. Terpaan Media...…………..………...34

2.1.4. Teori S – O – R ...35


(7)

2.3. Hipotesis Penelitian ...48

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...49

3.1.1. Definisi Operasional...49

3.1.2. Pengukuran Variabel...53

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel…………...59

3.2.1. Populasi ………...59

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel………...60

3.3. Teknik Pengumpulan Data………...67

3.4. Metode Analisis Data………...68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...72

4.1. Gambaran Obyek Penelitian ...72

4.2. Penyajian Data ...73

4.2.1. Identitas Responden ...73

4.2.2. Rekapitulasi Hasil Penyebaran Kuesioner ...75

4.2.2.1. Variabel Terpaan Berita Penculikan Anak Di Televisi ...75

4.2.2.2. Variabel Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga Di Surabaya ...79

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis ...93

4.3.1. Analisis Data ...94


(8)

viii

5.1. Kesimpulan ...98

5.2. Saran ...99

DAFTAR PUSTAKA………...100


(9)

xi

 

Gambar 2.1. Teori S – O – R ...36 Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Hubungan Terpaan Berita Penculikan Anak di

Televisi Dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga di Surabaya …48 Gambar 3.1. Bagan Multistage Cluster Random Sampling ...62


(10)

ix

 

Tabel 3.1. Wilayah Surabaya Timur dan Surabaya Selatan ...64

Tabel 3.2. Jumlah Sampel ...67

Tabel 3.3. Tabel Penolong Perhitungan Rank Spearman ...69

Tabel 3.4. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ...70

Tabel 4.1. Identitas Responden Berdasarkan Usia ...74

Tabel 4.2. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...74

Tabel 4.3. Rekapitulasi Jawaban Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Berita Penculikan Anak Di Televisi ...75

Tabel 4.4. Rekapitulasi Jawaban Responden Berdasarkan Durasi Menonton Berita Penculikan Anak Di Televisi ...76

Tabel 4.5. Rekapitulasi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Untuk Variabel Terpaan Berita Penculikan Anak Di Televisi (X) Secara Keseluruhan ...78

Tabel 4.6. Responden Berpesan Pada Anak Agar Jangan Mau Diajak Pergi Dengan Orang Yang Belum Dikenal ...79

Tabel 4.7. Responden Memberitahu Anak Agar Selalu Menjaga Jarak Dengan Orang Asing ………...81

Tabel 4.8. Responden Setelah Mengajarkan Anak Agar Tidak Menerima Atau Menkonsumsi Apapun Yang Diberikan Orang Lain ...82


(11)

x

 

Tabel 4.10. Responden Memberitahu Pada Anak Agar Jangan Memberikan Alamat Rumah Dan Nomor Telepon Kepada Orang Yang Belum Dikenal ...85 Tabel 4.11. Responden Akan Mengantar Jemput Anak Apabila

Jarak Sekolah Dan Rumah Cukup Jauh ...86 Tabel 4.12. Responden Akan Memperketat Pengawasan Anak Jika Pergi Ke

Tempat Umum Yang Ramai Pengunjungnya ...87 Tabel 4.13. Responden Tidak Akan Membiarkan Anak Mengangkat Telepon Atau Membukakan Pintu ...89 Tabel 4.14. Responden Memastikan Bahwa Pintu Dan Jendela

Tertutup Dan Terkunci Untuk Mencegah Terjadinya Penculikan Anak ...90 Tabel 4.15. Responden Akan Lebih Banyak Mencari Informasi Tentang

Pencegahan Terjadinya Penculikan Anak ...91 Tabel 4.16. Rekapitulasi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Untuk

Variabel Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga (Y) Secara


(12)

xii

 

Lampiran 1 Kuesioner ...103

Lampiran 2 Tabulasi Hasil Kuesioner ...107

Lampiran 3 Tabel penolong Rank Spearman ...112

Lampiran 4 Tabel Distribusi Nilai t ...115


(13)

1.1 Latar Belakang Masalah

Media massa adalah bagian yang tidak terpisahkan oleh masyarakat.Karena media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi, sedangkan masyarakat sendiri adalah bagian dari bahan pemberitaan atau informasi yang diberikan oleh masyarakat itu sendiri. Fakta yang akurat dan aktualisasi masyarakat merupakan sebuah perwujudan dari informasi yang seimbang. Karena itu setiap perspektif media dalam mengelola berita dan informasi akan selalu berbeda dalam kemasannya serta yang paling penting penampilannya. Hal ini bisa jadi dikarenakan visi, misi serta manajemen perusahaan yang dibangun oleh perusahaan media itu sendiri berdasarkan segmentasinya.

Media massa dibedakan menjadi dua yakni media cetak dan elektronik. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa pers termasuk bagian dari media massa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya pers, masyarakat dapat mengakses informasi sebagai bagian pertimbangan dalam membatasi kekuasaan, memberdayakan yang tertindas dari tindakan anarkis (Suroso, 2001 : 176).

Pers mempunyai dua (2) pengertian, yakni pers dalam arti sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya.


(14)

Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa elektronik antara lain radio siaran dan televisi siaran. (Effendy, 2000 : 90).

Adapun Djajakusumah mengartikan televisi sebagai salah satu bentuk media massa elektronik yang dapat memancarkan suara dan gambar, yang berarti sebagai reproduksi dari suara dan gambar yang disiarkan melalui gelombang – gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat – pesawat penerima di rumah – rumah. (Djajakusumah, 1991 : 163). Dan hal inilah yang menjadikan salah satu alasan mengapa televisi begitu amat diminati oleh masyarakat dalam pemilihan program acara.

Banyaknya program acara televisi yang ditayangkan di televisi memiliki sasaran segmentasi pada umumnya. Serta program acara televisi juga dapat menjadikan acara favorit tersendiri bagi khalayaknya. Tidak terkecuali dalam acara berita (news program), acara berita di televisi mempunyai sasaran bagi khalayak umum, dan sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar atau ditonton, jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu berita dengan berita yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat tergantung pada pertimbangan timeliness (waktu), proximity

(kedekatan), prominance (orang yang terkemuka), consequence (konsekuensi atau akibat), conflict (konflik), development (pembangunan), disaster and crime (bencana dan kriminal), weather (cuaca), sport (olahraga), human interest (kisah-kisah yang membangkitkan emosi manusia). (Muda, 2003 : 29 -39).


(15)

Kasus penculikan anak adalah fenomena yang tengah terjadi di masyarakat saat ini.Berita kasus penculikan anak ini menjadi suatu hal yang sangat mengkhawatirkan dan membuat resah bagi masyarakat khususnya ibu rumah tangga. Dapat dilihat di media,dari tahun ke tahun jumlah kasus penculikan anak selalu meningkat. Pun,beritanya juga selalu ada (bertambah banyak). Akan tetapi, tokoh pemerhati anak, seperti Afrinaldi, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) Seto Mulyadi, dan Sekjen Komnas Anak Arist Merdeka Sirait percaya bahwa angka riilnya jauh lebih banyak yang tak terungkap atau dilaporkan. Kasus-kasus yang mencuat selama ini ibaratnya baru puncak dari gunung es. Dari yang dilaporkan ke kepolisian pun, hanya sebagian kecil yang terungkap. Berdasarkan data Biro Analisa Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri, dari 765 kasus selama empat tahun terakhir, hanya 371 kasus atau sekitar 48 persen yang terungkap. (http://www.opensubscriber.com/message/forum-pembaca

kompas@yahoogroups.com/7678802.html).

Jumlah kasus penculikan anak berdasarkan data yang dimiliki jajaran Kepolisian Daerah Jawa Tengah tiap tahunnya mengalami peningkatan. “Pada tahun 2007 tercatat 15 kasus penculikan bayi dan anak serta di tahun 2008 ada 17 kasus penculikan dengan rata-rata jumlah yang terselesaikan sebanyak sepuluh kasus,” kata Direktur Reserse Kriminal Polda Jateng, Kombes Pol Edy Mulyono, di Semarang. (http://koranindonesia.com/2010/01/25/kasus-penculikan-anak-meningkat/)


(16)

Aksi penculikan terhadap anak-anak dan bayi sepertinya mulai marak di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia. Jika selama ini yang menjadi sorotan aparat keamanan dan pemerhati masalah anak-anak adalah kerentanan penculikan terhadap anak jalanan, sebagai orangtua harus menyikapi kerentanan itu bagi anak-anak secara umum. Kekhawatiran akan terjadinya penculikan terhadap anak-anak harus ditunjukkan para orangtua secara bersama-sama dengan cara mengawasi anak-anak mereka lebih ketat. Pengawasan harus dilakukan sejak anak-anak keluar dari pagar rumah hingga kembali ke dalam rumah lagi.

Kerentanan cukup tinggi bisa dilihat saat anak sedang bermain di luar rumah atau sedang bersekolah. Saat anak berangkat dan pulang sekolah merupakan saat yang paling rentan. Sebab, dalam keadaan ini, biasanya anak sudah tidak berada dalam jangkauan pengawasan orangtua, namun juga belum masuk dalam tanggungjawab pihak sekolah.

Di sinilah kemungkinan terjadinya penculikan lebih tinggi. Pelaku, dengan gaya dan cara yang bisa menarik anak-anak, biasanya bisa meyakinkan calon korbannya. Apalagi dalam situasi berangkat sekolah seperti ini, anak-anak biasanya masih terlalu gembira. Sedangkan saat pulang sekolah,anak-anak dalam kondisi terlalu capek. Situasi psikis semacam ini bisa membuat anak-anak terlena. Karena itu, sebagai orangtua harus sama-sama menjaga anak-anak mereka. Keamanan anak-anak kita akan lebih baik jika mereka dalam pengawasan orangtua sendiri. (http://bataviase.co.id/detailberita-10510043.html)


(17)

Dari sekian banyak peristiwa yang menarik dan memiliki nilai berita, ada beberapa contoh berita kasus penculikan anak antara lain seperti akan dikemukakan berikut ini. Sepanjang 2009 tercatat ada 102 kasus penculikan. Jumlah ini meningkat jauh dibandingkan tahun lalu sebanyak 87 kasus. Rata-rata motif penculikan karena alasan sulitnya perekonomian.

Belum selesai kasus penculikan terhadap Michael Anthoni Gracia, bocah berusia empat tahun, di Bekasi, Jawa Barat, terjadi lagi penculikan di Semarang, Jawa Tengah. Korbannya seorang bayi yang baru dua hari lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Semarang. Modus pelaku pura-pura sebagai keluarga bayi. Jika penculikan Michael dilatarbelakangi perebutan anak, kasus di Semarang justru diduga terkait dengan praktik perdagangan bayi. Komisi Nasional Perlindungan Anak mengakui banyak motif di balik kasus penculikan anak. Kebanyakan ujung-ujungnya duit. Penjualan anak, khususnya bayi, dilakukan secara berlapis. Harga seorang bayi pun semakin mahal. Apabila tangan pertama atau si penculik menjual Rp 6 juta untuk seorang bayi, di level berikutnya bayi bisa dijual Rp 20 juta.(http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2009/10/27/9 2947).

Lalu ada pula berita kasus penculikan anak yang baru dilahirkan di Puskesmas Kembangan, Jakarta Barat. Yang lebih memprihatinkan, sang pelaku begitu mudahnya dalam menjalankan aksi sehingga nyaris tak diketahui orang-orang di lokasi kejadian. Mendengar berita itu,kita kian miris saja.Apalagi, kasus dengan modus hampir serupa juga pernah terjadi


(18)

di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Semarang,22 Oktober 2009. Hingga sekitar tiga bulan berjalan, sang pelaku juga tak kunjung tertangkap.Kasus pun masih tertutup rapat karena seperti halnya yang terjadi di Jakarta, polisi begitu kesulitan mencari jejak pelaku.

Begitu rapinya aksi-aksi mereka, tak salah jika muncul dugaan perbuatan kriminal ini melibatkan orang-orang dalam atau pegawai rumah sakit. Prediksi ini tak berlebihan karena memang dengan berkembangnya teknologi, modus perdagangan anak ini kian, canggih terorganisasi,dan rapi. Dalam buku Pedoman Penegakan Hukum dan Perlindungan Korban dalam Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang yang diterbitkan oleh

International Organization for Migration (IOM), disebutkan bahwa modus operandi perdagangan anak memang beragam.

Di antaranya adalah anak diculik pada saat pulang sekolah, lalu dibius dan dipindahkan untuk kemudian dilacurkan; anak-anak dikirim ke kota-kota besar atau ke luar negeri dengan alasan training/ pelatihan atau TKW, tetapi ternyata dipaksa bekerja di hotel; bahkan ada yang ditawari sebagai duta budaya kemudian dilacurkan. Selain itu, anak dijadikan pengantin pesanan di mana anak perempuan remaja dijanjikan dinikahkan dengan warga negara asing, tetapi kemudian oleh suaminya dijadikan pembantu rumah tangga atau dilacurkan. Tren perdagangan anak terakhir adalah dengan mencuri mereka sejak masih bayi. ( http://www.fpkb- dpr.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1292:menguak-tabir-perdagangan-anak-&catid=104:a&Itemid=476).


(19)

Terhitung sejak awal 2010 saja, sudah 13 kasus penculikan anak terjadi di Jabodetabek. Ironisnya, sebagian besar dari mereka diculik di sekitar tempat tinggal. Untuk perbandingan, data 2009 menunjukkan, 102 anak diculik dan hanya 8 anak yang kembali ke orang tuanya . Ini berarti, sekitar 10 anak diculik setiap bulan di jabodetabek.

Kasus penculikan baru-baru ini menimpa Nurhasanah. Ia mendatangi Polsek Tebet, Jakarta Selatan, untuk melaporkan putra tunggalnya, Muhammad Nur Ilman. Ilman yang baru berusia dua tahun itu sudah hampir tiga bulan menghilang. Nurhasanah sudah mencari sang buah hati ke mana-mana, termasuk mendatangi panti-panti asuhan, namun tak membuahkan hasil. Kasus penculikan lain terjadi empat hari setelah Ilman menghilang. Eka Dwi Lestari, bocah berusia tiga tahun diculik dekat rumahnya di Pasar Darurat Kapuk, Jakarta Barat. Dalam kasus ini, sang ayah, Ade Suryana, menerima SMS dari penculik yang isinya meminta tebusan uang.

(http://berita.liputan6.com/hukrim/201002/262233/Penculikan.Anak.Kemba li.Marak).

Lalu ada pula berita dimana personel Kepolisian Sektor Cibadak berhasil mengungkap kasus penculikan Muzayanah, warga kompleks Pasir Indah Cinanggung, Serang, Banten, baru-baru ini. Bocah perempuan berusia tiga tahun ini ditemukan tengah menangis di balik rumpun ilalang di tepi Jalan Raya Cibadak. Kasus penculikan terungkap ketika polisi yang sedang berpatroli menghampiri Muzayanah yang tengah menangis di tepi Jalan


(20)

Cibadak Raya. Saat bersamaan, muncul Raden Sholeh alias Ujang yang mencoba menghampiri korban setelah buang air. Ujang yang melihat polisi berusaha melarikan diri. Namun, polisi yang curiga langsung meringkus tersangka. Belakangan Ujang mengaku menculik Muzayanah. Bocah ini hilang sejak empat hari silam. Saat diculik, anak bungsu dari empat bersaudara tersebut sedang bermain tanpa pengawasan orang tua. Sang ayah sibuk bekerja sedangkan ibunya pergi ke pasar.

Tersangka adalah warga Way Kanan, Lampung Timur. Di hadapan polisi, Ujang mengatakan berniat membawa korban ke Lampung untuk dijual dengan harga Rp 3 juta. Namun, ketika membawa korban dirinya salah menaiki bus yang justru membawanya ke daerah Cibadak. Berdasarkan keterangan pelaku, personel Polsek Cibadak menduga tersangka termasuk dalam jaringan penculikan anak. Orang tua Muzayanah kemudian dipertemukan dengan anaknya. Ketika mereka bertemu, Muzayanah sempat tidak mengenali wajah ibunya. Wajah Muzayanah tampak pucat dan suhu badannya panas. Sebab selama diculik Muzayanah tidak pernah diberi makan. Kembalinya Muzayanah tidak hanya membahagiakan kedua orang tuanya. Warga di kompleks langsung berebut menggendong bocah tersebut.

Sementara itu, tersangka kini mendekam di tahanan Markas Kepolisian Resor Serang, Banten, untuk pemeriksaan lebih lanjut. Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Serang Ajun Komisaris Polisi Jules Abraham Abas, kasus penculikan dengan modus perdagangan


(21)

anak kini semakin marak. Umumnya pelaku tidak meminta uang tebusan kepada orang tua korban, melainkan membawa untuk diperdagangkan. (http://buser.liputan6.com/berita/200507/105956/Pelaku.Penculikan.Anak.D ibekuk.di.Serang).

Ada pula berita yang dikutip dari situs resmi Indosiar,yakni berita bocah perempuan 6 tahun putri seorang anggota TNI Angkatan Darat di Jakarta yang menjadi korban penculikan akhirnya ditemukan disebuah rumah kontrakan di Serang, Banten. Nika, nama bocah yang tinggal di Bulaksari, Pasar Rebo, Jakarta Timur ditinggalkan begitu saja oleh penculiknya di sebuah rumah kontrakan mereka di Cimuncang, Banten. Setelah sempat beberapa hari menghilang, Maharani Nuranika, bocah 6 tahun siswa TK Mekar yang diculik dari rumahnya di Jalan Bulaksari, Pasar Rebo, Jakarta Timur akhirnya ditemukan.

Putri anggota staf intel Mabes TNI Angkatan Darat ini dibawa kabur Teguh Yudha, kenalan orangtuanya ke kawasan Serang, Banten. Disini Yudha menyewa sebuah rumah di Komplek Widara, Cimuncang, Serang, Banten. Selama di rumah kontrakan, Teguh Yudha mengakui Maharani sebagai adiknya. Terakhir Yudha menitipkan Maharani kepada ibu kostnya dengan alasan hendak membeli es. Tapi ternyata Yudha tidak pernah kembali. Para tetangga yang memang curiga terhadap keberadaan Yudha dan Maharani akhirnya melaporkan hal ini ke pihak kepolisian. Setelah dicek, Maharani ternyata memang dilaporkan hilang karena diculik


(22)

beberapa hari sebelumnya. (http://www.indosiar.com/patroli/76568/penculikan-anak-anggota-tni).

Di TvOne ada berita penculikan lagi,yaitu Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya memeriksa intensif Febriari Irianto (18 tahun) sebagai tersangka penculikan gadis di bawah umur, Marieta Nova Triani (14 tahun). "Keduanya masih menjalani pemeriksaan untuk mengungkap motifnya," kata Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Boy Rafli Amar di Jakarta Selatan. Nova sudah menjalani visum di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), namun Boy menuturkan, korban mengaku sudah melakukan berhubungan intim sebanyak tiga kali bersama tersangka. Namun demikian, Kabid Humas Polda belum bisa memberikan keterangan apakah tersangka melakukan hubungan badan bersama korban dengan cara memaksa atau tidak karena masih dalam tahap pendalaman.

Sebelumnya, tersangka membawa kabur Nova di rumahnya di Cluster Alamanda Blok L No. 14, Bumi Serpong Damai (BSD), Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Kemudian keluarga korban melaporkan kepada pihak kepolisian terkait dengan dugaan Nova yang menjadi korban penculikan pacarnya ke suatu lokasi. Penyidik melakukan pendalaman diduga pelaku yang membawa kabur anak pasangan Heri Kristiono dan Sri itu, yakni pacarnya bernama Febriari Irianto atau Ari yang dikenalnya melalui jejaring sosial (facebook). Boy menuturkan, melalui penyelidikan


(23)

akhirnya polisi menemukan Nova yang sedang jalan bersama pelaku di sebuah rumah makan di Tangerang, Senin malam sekitar pukul 23.00 WIB. Perwira menengah kepolisian itu mengungkapkan, tersangka terancam dikenakan Pasal 332 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) atau Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Penculikan Anak dengan ancaman hukuman penjara selama lima tahun. "Karena masih gadis dibawah umur, siapa pun yang mengajak tanpa sepengetahuan orang tuanya dapat dituduhkan melarikan anak di bawah umur," ujar Boy.

(http://hukum.tvone.co.id/berita/view/32860/2010/02/09/polisi_periksa_ters angka_penculik_nova/).

Contoh lain dari berita penculikan anak disiarkan di TransTV, yakni mengenai pemburu bayi yang kian menggurita. Sindikat penjualan & penculikan bayi beredar di masyarakat. Banyaknya kasus bayi hilang dan penjualan bayi baru-baru ini sungguh memprihatinkan. Memburu bayi ini diduga dilakukan oleh sindikat terorganisir dan menggunakan modus-modus baru yang semakin beragam bahkan dari pihak-pihak yang tidak terduga. Bagaimanakah sindikat penjualan dan penculikan ini beraksi? Apa modusnya? Saksikan penelusurannya dalam Reportase Investigasi episode ‘Waspada Pemburu Bayi’, Sabtu 16 Januari 2010 Jam 17:00 – 17:30.


(24)

Dari beberapa pemberitaan tentang penculikan anak di atas, menyebabkan masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga menjadi semakin was-was. Dari beberapa kasus penculikan anak yang dimuat di media massa, baik cetak maupun elektronik, bisa dilihat media elektronik televisi yang mampu memberikan pengaruh sangat besar bagi masyarakat. Karena keunggulan televisi sebagai media komunikasi yang muncul belakangan dibandingkan media cetak dan radio, memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam sisi – sisi pergaulan hidup manusia saat ini. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa dalam berbagai usia menunjukkan bahwa media ini telah menimbulkan berbagai permasalahan. Hasil penelitian Robert yang dikutip Rakhmat, menjelaskan bahwa tayangan berita kriminal sebagai salah satu media komunikasi massa televisi yang dianggap mampu menimbulkan efek pada diri khalayak berupa perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. (Rakhmat, 2002 : 218).

Dengan fenomena tingginya pemberitaan kasus penculikan anak maka menuntut berbagai pihak untuk turut serta dalam upaya penanganan dan pencegahan terjadinya penculikan anak tersebut. Salah satu upaya penanganan dan pencegahan terjadinya penculikan anak serta untuk lebih meningkatkan kewaspadaan ibu rumah tangga dengan tidak mudah percaya pada orang asing / yang belum dikenal serta dengan selalu mendampingi anak, adalah melalui bentuk komunikasi dengan menggunakan media massa. Sesuai dengan definisi dalam kamus besar bahasa Indonesia mengenai waspada yaitu bersiap – siap atau berhati – hati terhadap suatu hal,


(25)

kewaspadaan adalah suatu sikap berhati – hati terhadap segala kemungkinan penyebab suatu hal yang mengandung resiko penyebab terjadinya penculikan anak. Perlunya kewaspadaan pada ibu rumah tangga disebabkan karena ibu rumah tangga mempunyai anak yang tentu harus selalu dijaga agar jangan sampai menjadi korban penculikan.

Media massa menyajikan berbagai realitas kehidupan dalam bentuk informasi kepada masyarakat. Munculnya kesadaran tentang arti dan nilai dari informasi membuat masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari informasi yang disajikan oleh media massa ( Sobur, 2004 : 162).

Penayangan berita penculikan anak di berbagai stasiun televisi merupakan informasi yang dapat digunakan untuk menambah informasi dan pengetahuan, melihat kewaspadaan ibu rumah tangga terhadap keselamatan sang anak. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti kewaspadaan ibu rumah tangga setelah mendapat terpaan berita penculikan anak.Penelitian ini tidak dibatasi pada satu stasiun televisi saja, melainkan beberapa stasiun, yakni TV One, Metro TV, Trans TV, SCTV, Indosiar. Pemilihan beberapa stasiun televisi tersebut dengan pertimbangan bahwa tayangan berita penculikan anak yang akan diteliti pada penelitian ini ditayangkan oleh stasiun – stasiun televisi tersebut dan setiap stasiun televisi mempunyai program acara berita yang mampu menjangkau berbagai segmen khalayak. Seperti, Kabar Siang di TV One, Metro Siang di Metro TV, Reportase Siang di Trans TV, Liputan 6 Siang di SCTV, dan Patroli di Indosiar. Dan tentu saja dengan berbagai macam pemberitaan yang ditayangkan di program acara berita di setiap


(26)

stasiun televisi dapat memberikan dampak perubahan sikap pada masyarakat. Steven M. Chaffe mengatakan bahwa dalam melihat efek media massa, dapat dilihat dari jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak, komunikasi massa (penerima informasi), seperti perubahan perasaan atau sikap dan perubahan perilaku. Dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif dan konatif (behavioural). (Rakhmat, 2002 : 218)

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, bahwa berbagai pemberitaan penculikan anak secara teori, upaya pencegahan dari menjadi korban penculikan anak telah dilakukan melalui berbagai media massa, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat khususnya ibu rumah tangga banyak yang masih menganggap sepele masalah penculikan anak ini (misalnya anak kecil dibiarkan main di jalan sendirian,tidak ditemani) sehingga banyak ibu rumah tangga yang kurang waspada terhadap maraknya kasus penculikan anak tersebut. Dengan adanya pemberitaan tersebut diharapkan masyarakat dalam hal ini ibu rumah tangga mempunyai kewaspadaan terhadap berita penculikan anak.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengetahui adanya hubungan antara terpaan berita penculikan anak di televisi dengan kewaspadaan ibu rumah tangga. Dalam penelitian ini, ibu rumah tangga yang dipilih menjadi responden akan diminta memberikan jawaban – jawaban atas pertanyaan – pertanyaan dalam kuesioner tentang terpaan berita penculikan anak. Terpaan pada penelitian ini


(27)

diukur dengan menggunakan indikator frekuensi dan durasi yaitu berapa kali serta berapa lama responden menonton acara tersebut selama periode pengamatan. Sedangkan kewaspadaan ibu rumah tangga pada penelitian ini diukur dari seberapa besar kewaspadaan ibu rumah tangga dengan tidak mudah percaya pada orang asing / yang belum dikenal dan selalu mendampingi anak. Dengan seringnya ibu rumah tangga diterpa berita atau informasi seputar penculikan anak maka akan berdampak pada kewaspadaannya.

Hal tersebut didukung oleh teori komunikasi massa yang menjadi dasar dalam penelitian ini yaitu teori Stimulus – Organisme – Response (S-O-R). Menurut Teori Srimulus-Organisme-Response (rangsangan-penerima pesan-tanggapan) ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi, karena obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini , perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi. Menurut stimulus response, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulasi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara kesan dan reaksi komunikasi. (Effendy, 2000 : 254).Media mempunyai pengaruh langsung kepada khalayaknya sehingga menghasilkan pengaruh yang sesuai dengan isinya. Kemudian mengikuti perkembangan masyarakat yang dipandang tidak bersikap dan bertindak pasif, melainkan aktif dan selektif. Maka De Fleur memodifikasikan teori ini. Perkembangan selanjutnya, penerimaan khalayak atas berbagai stimulus yang disampaikan


(28)

melalui media massa berbeda antara satu orang dengan orang lain sebab setiap orang memiliki kharakterisrik personalitas sendiri. Ini berarti pengaruh yang terjadi tidak semata-mata diakibatkan oleh adanya stimulus tetapi ditentukan juga oleh faktor personalitas. Tiga elemen penting yang terdiri dari stimulus (S), pesan organisme (O), dan respon (R) berarti akibat atau pengaruh yang terjadi. Bila dilihat berdasarkan teori ini, media massa elektronik memberikan suatu pesan yang sekaligus dianggap merupakan rangsangan bagi pemirsa yaitu tampilan berita penculikan anak di televisi, untuk memberikan respon terhadap pesan yang disampaikan tersebut. dengan kata lain, tampilan berita penculikan anak diasumsikan sebagai stimulus yang dapat menimbulkan reaksi tertentu pada diri khalayaknya.

Obyek dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga sebagai tenaga kerja karier dan juga sebagai tenaga kerja domestik (keduanya), yakni ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah,maupun juga ibu rumah tangga yang murni mengurusi pekerjaan rumah tangga dan tidak bekerja secara langsung tetapi memberikan dukungan bagi anggota yang lain pencari nafkah untuk memanfaatkan peluang kerja yang ada (Mubyanto, 1985 : 93). Dalam hal ini, ibu rumah tangga tergolong target penonton yang paling gemar menonton televisi. Ibu rumah tangga merupakan salah satu pemirsa yang dianggap setia menyaksikan tayangan televisi daripada laki-laki. (Mulyana, 1997 : 115). Sementara lokasi penelitian ini dilakukan pada wilayah Surabaya, karena Surabaya sejak tahun 1987 sudah melangkah


(29)

masuk dalam proses kota Metropolitan, dan di tahun 2008 berdasarkan website resmi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya, jumlah penduduk Surabaya mencapai 2.885.862 jiwa.

(http://www.surabaya.go.id/dispenduk/?view=berita&id=1)

Sistem komunikasi juga cenderung memelopori perubahan, melalui media televisi-lah dengan kemampuannya menyebarkan pesan ke banyak orang di berbagai tempat sekaligus (Rivers, 2003 : 38), termasuk di Surabaya menjadikannya sebagai sumber kekuatan,terlepas dari informasi atau gagasan apa yang disebarkannya. Serta pada umumnya masyarakat perkotaan memiliki ciri – ciri kosmopolitan, yaitu terbuka dengan informasi, dekat dengan media massa, aktif, bersifat modern, dan cenderung individualis. Namun di satu sisi tetap memiliki kelompok – kelompok eksklusif, longgar dalam kehidupan agama, dan cenderung sekuler dalam lingkungan sosial yang luas dan heterogen. Dan dalam hal ini adalah kota Surabaya yang terdiri dari berbagai macam etnis dan suku yang berbaur menjadi satu membentuk masyarakat dengan latar belakang jenis kelamin, pendidikan, agama dan lain sebagainya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Polrestabes Surabaya, kejahatan kasus penculikan anak di Surabaya dari tahun 2006 – 2010 (sampai bulan Juli) tercatat jumlah yang dilaporkan sebanyak 36 kasus.

Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Terpaan Berita Penculikan Anak di Televisi dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga di Surabaya”.


(30)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: Apakah Terdapat Hubungan Terpaan Berita Penculikan Anak di Televisi dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga di Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan terpaan berita penculikan anak di televisi dengan kewaspadaan ibu rumah tangga di Surabaya.

1.4 Kegunaan Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk memperkaya kajian ilmu komunikasi, khususnya pengaruh media massa dan lebih melengkapi khasanah ilmu pengetahuan.

2. Kegunaan Praktis

Dapat menjadi masukan bagi para orang tua khususnya ibu rumah tangga dan masyarakat pada umumnya tentang pentingnya menjaga anak kita agar terhindar dari penculikan sehingga diharapkan dengan


(31)

adanya pemberitaan tersebut,ibu rumah tangga dan masyarakat mempunyai kewaspadaan.


(32)

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Televisi sebagai Media Elektronik

Televisi adalah salah satu media massa yang merupakan paduan radio (broadcast) dan film (moving picture). Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Dari segi jauh “jauh” dihasilkan dengan prinsip radio, sedangkan dari segi “penglihatan” oleh gambar. (Effendy, 2000 : 174).

Sedangkan menurut Kuswandi, menjelaskan televisi sebagai gabungan dari media gambar dan media dengar serta pesan yang berisi informasi, politik, hiburan dan pendidikan. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan lewat televisi akanmudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. (Kuswandi, 1996 : 7).

Adapun Djajakusumah mengartikan televisi sebagai salah satu bentuk media massa elektronik yang dapat memancarkan suara dan gambar, yang berarti sebagai reproduksi dari suara dan gambar yang disiarkan melalui gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat-pesawat penerima di rumah-rumah. (Djajakusumah, 1991 : 163).


(33)

2.1.2. Berita Penculikan Anak di Televisi

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia “berita” diartikan sebagai surat kabar atau warta. Berita (news) di kalangan wartawan ada yang memberi pengertian news sebagai singkatan dari north (utara), east (timur),

west (barat) dan south (selatan). Sehingga mempunyai makna bahwa berita berasal dari keempat penjuru angin yang mempunyai arti dari segala arah. (Effendy, 2000 : 130). Namun arti berita bisa diperjelas menjadi “laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat”. Jadi, berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi.

DeFleur dan Dennis mendefinisikan berita sebagai suatu laporan yang menyajikan rincian data tentang isu, peristiwa, atau proses yang dapat menarik minat khalayak dan informasi yang disajikan dalam berita harus memiliki nilai yang lebih (signifikan, aktual, luar biasa dan seterusnya), yang dapat menambah dan mempertegas pengetahuan khalayak. (McQuail, 1989 : 604).

Adapun Mitchel dalam Gunadi dan Herfan, mendefinisikan berita sebagai berikut :

News the timely of facts or opinion of either interest or importance, or both, to a considerable number of people. (Berita ialah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua – duanya untuk sejumlah besar penduduk). (Gunadi & Herfan, 1998 : 17).


(34)

Selanjutnya Mitchel juga menjelaskan bahwa berita sebagai informasi yang memberikan kepuasan atau membangkitkan semangat bagi khalayak luas. Sedangkan Deutchman membedakan “berita” dikategorikan berdasarkan aspek geografisnya, yaitu lokal, nasional, dan internasional, sehingga kondisi ini dapat mempengaruhi jangkauan peliputan berita. Sedangkan masalah-masalah yang diungkap dalam berita pada umumnya seperti ; kriminalitas, sosial, politik dan budaya.

Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar atau ditonton, jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu berita dengan berita yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat bergantung pada pertimbangan sebagai berikut :

a. Timeliness

Timeliness berarti waktu yang tepat, artinya memilih berita yang akan disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat pemirsa atau pembaca.

b. Proximity

Proximity artinya kedekatan. Kedekatan yang dimaksud disini maknanya bervariasi yakni dapat berarti dekat dilihat dari segi lokasi, pertalian, ras, profesi, kepercayaan, kebudayaan maupun kepentingan yang terkait lainnya.


(35)

c. Prominance

Prominance artinya adalah orang yang terkemuka / menonjol. Semakin seseorang itu terkenal, maka akan semakin menjadi bahan yang menarik pula.

d. Consequence

Consequence artinya konsekuensi atau akibat. Segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain-lain yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan bahan berita yang menarik.

e. Conflict

Conflict (konflik) memiliki nilai berita yang sangat tinggi, karena konflik adalah bagian dalam kehidupan. Di sisi lain, berita adalah sangat berhubungan dengan peristiwa kehidupan.

f. Development

Development (pembangunan) merupakan materi berita yang cukup menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan baik.

g. Disaster and Crime

Disaster (bencana) dan Crime (kejahatan / kriminal) adalah dua peristiwa yang pasti akan mendapatkan tempat bagi para pemirsa atau penonton.


(36)

h. Weather

Weather (cuaca) di Indonesia atau di negara-negara yang berada di sepanjang garis khatulistiwa memang tidak banyak terganggu. Tetapi selalu menjadi hal yang dinantikan.

i. Sport

Berita olah raga sudah lama menjadi sesuatu yang mempunyai daya tarik tinggi.

j. Human Interest

Kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, sedih, dramatis, aneh dan ironis merupakan peristiwa dari segi human interest. (Muda, 2003 : 29 – 39).

Dari pengertian tentang berita tersebut, maka untuk memahami dalam satu pemahaman mengenai yang dimaksud dengan berita kriminalitas, perlu dipahami pengertian kriminalitas, yakni sebagai suatu tindak kejahatan atau perbuatan yang melanggar hukum pidana. (Poerwadarminta, 1984 : 526). Jadi yang dimaksud dengan berita kriminalitas adalah suatu laporan yang menyajikan rincian data tentang isu, peristiwa, atau proses yang dapat menarik minat khalayak dari informasi suatu tindak kejahatan, atau perbuatan yang melanggar hukum pidana yang disajikan dalam berita harus memiliki nilai yang lebih (signifikan, aktual, luar biasa dan seterusnya) yang dapat menambah dan mempertegas sikap khalayak. Sedangkan bentuk-bentuk


(37)

kejahatan tersebut, seperti : pencurian, penculikan, penipuan, perampokan, pemerkosaan, dan pembunuhan.

Kasus penculikan anak adalah fenomena yang tengah terjadi di masyarakat saat ini.Kasus penculikan anak ini menjadi suatu hal yang sangat mengkhawatirkan dan membuat resah bagi masyarakat khususnya ibu rumah tangga. Dapat dilihat di media,dari tahun ke tahun jumlah kasus penculikan anak selalu meningkat. Pun,beritanya juga selalu ada (bertambah banyak). Akan tetapi, tokoh pemerhati anak, seperti Afrinaldi, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) Seto Mulyadi, dan Sekjen Komnas Anak Arist Merdeka Sirait percaya bahwa angka riilnya jauh lebih banyak yang tak terungkap atau dilaporkan. Kasus-kasus yang mencuat selama ini ibaratnya baru puncak dari gunung es. Dari yang dilaporkan ke kepolisian pun, hanya sebagian kecil yang terungkap. Berdasarkan data Biro Analisa Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri, dari 765 kasus selama empat tahun terakhir, hanya 371 kasus atau sekitar 48 persen yang terungkap.

(

http://www.opensubscriber.com/message/forum-pembaca-kompas@yahoogroups.com/7678802.html).

Jumlah kasus penculikan anak berdasarkan data yang dimiliki jajaran Kepolisian Daerah Jawa Tengah tiap tahunnya mengalami peningkatan. “Pada tahun 2007 tercatat 15 kasus penculikan bayi dan anak serta di tahun 2008 ada 17 kasus penculikan dengan rata-rata jumlah yang terselesaikan


(38)

sebanyak sepuluh kasus,” kata Direktur Reserse Kriminal Polda Jateng, Kombes Pol Edy Mulyono, di Semarang.

( http://koranindonesia.com/2010/01/25/kasus-penculikan-anak-meningkat/)

Aksi penculikan terhadap anak-anak dan bayi sepertinya mulai marak di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia. Jika selama ini yang menjadi sorotan aparat keamanan dan pemerhati masalah anak-anak adalah kerentanan penculikan terhadap anak jalanan, sebagai orangtua harus menyikapi kerentanan itu bagi anak-anak secara umum. Kekhawatiran akan terjadinya penculikan terhadap anak-anak harus ditunjukkan para orangtua secara bersama-sama dengan cara mengawasi anak-anak mereka lebih ketat. Pengawasan harus dilakukan sejak anak-anak keluar dari pagar rumah hingga kembali ke dalam rumah lagi.

Kerentanan cukup tinggi bisa dilihat saat anak sedang bermain di luar rumah atau sedang bersekolah. Saat anak berangkat dan pulang sekolah merupakan saat yang paling rentan. Sebab, dalam keadaan ini, biasanya anak sudah tidak berada dalam jangkauan pengawasan orangtua, namun juga belum masuk dalam tanggungjawab pihak sekolah.

Di sinilah kemungkinan terjadinya penculikan lebih tinggi. Pelaku, dengan gaya dan cara yang bisa menarik anak-anak, biasanya bisa meyakinkan calon korbannya. Apalagi dalam situasi berangkat sekolah seperti ini, anak-anak biasanya masih terlalu gembira. Sedangkan saat pulang sekolah,anak-anak dalam kondisi terlalu capek. Situasi psikis


(39)

semacam ini bisa membuat anak-anak terlena. Karena itu, sebagai orangtua harus sama-sama menjaga anak-anak mereka. Keamanan anak-anak kita akan lebih baik jika mereka dalam pengawasan orangtua sendiri. (http://bataviase.co.id/detailberita-10510043.html)

Dari sekian banyak peristiwa yang menarik dan memiliki nilai berita, ada beberapa contoh berita kasus penculikan anak antara lain seperti akan dikemukakan berikut ini. Sepanjang 2009 tercatat ada 102 kasus penculikan. Jumlah ini meningkat jauh dibandingkan tahun lalu sebanyak 87 kasus. Rata-rata motif penculikan karena alasan sulitnya perekonomian.

Belum selesai kasus penculikan terhadap Michael Anthoni Gracia, bocah berusia empat tahun, di Bekasi, Jawa Barat, terjadi lagi penculikan di Semarang, Jawa Tengah. Korbannya seorang bayi yang baru dua hari lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Semarang. Modus pelaku pura-pura sebagai keluarga bayi. Jika penculikan Michael dilatarbelakangi perebutan anak, kasus di Semarang justru diduga terkait dengan praktik perdagangan bayi. Komisi Nasional Perlindungan Anak mengakui banyak motif di balik kasus penculikan anak. Kebanyakan ujung-ujungnya duit. Penjualan anak, khususnya bayi, dilakukan secara berlapis. Harga seorang bayi pun semakin mahal. Apabila tangan pertama atau si penculik menjual Rp 6 juta untuk seorang bayi, di level berikutnya bayi bisa dijual Rp 20 juta.(http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2009/10/27/9 2947).


(40)

Lalu ada pula berita kasus penculikan anak yang baru dilahirkan di Puskesmas Kembangan, Jakarta Barat. Yang lebih memprihatinkan, sang pelaku begitu mudahnya dalam menjalankan aksi sehingga nyaris tak diketahui orang-orang di lokasi kejadian. Mendengar berita itu,kita kian miris saja.Apalagi, kasus dengan modus hampir serupa juga pernah terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Semarang,22 Oktober 2009. Hingga sekitar tiga bulan berjalan, sang pelaku juga tak kunjung tertangkap.Kasus pun masih tertutup rapat karena seperti halnya yang terjadi di Jakarta, polisi begitu kesulitan mencari jejak pelaku.

Begitu rapinya aksi-aksi mereka, tak salah jika muncul dugaan perbuatan kriminal ini melibatkan orang-orang dalam atau pegawai rumah sakit. Prediksi ini tak berlebihan karena memang dengan berkembangnya teknologi, modus perdagangan anak ini kian, canggih terorganisasi,dan rapi. Dalam buku Pedoman Penegakan Hukum dan Perlindungan Korban dalam Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang yang diterbitkan oleh

International Organization for Migration (IOM), disebutkan bahwa modus operandi perdagangan anak memang beragam.

Di antaranya adalah anak diculik pada saat pulang sekolah, lalu dibius dan dipindahkan untuk kemudian dilacurkan; anak-anak dikirim ke kota-kota besar atau ke luar negeri dengan alasan training/ pelatihan atau TKW, tetapi ternyata dipaksa bekerja di hotel; bahkan ada yang ditawari sebagai duta budaya kemudian dilacurkan. Selain itu, anak dijadikan pengantin pesanan di mana anak perempuan remaja dijanjikan dinikahkan dengan


(41)

warga negara asing, tetapi kemudian oleh suaminya dijadikan pembantu rumah tangga atau dilacurkan. Tren perdagangan anak terakhir adalah dengan mencuri mereka sejak masih bayi. ( http://www.fpkb- dpr.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1292:menguak-tabir-perdagangan-anak-&catid=104:a&Itemid=476).

Terhitung sejak awal 2010 saja, sudah 13 kasus penculikan anak terjadi di Jabodetabek. Ironisnya, sebagian besar dari mereka diculik di sekitar tempat tinggal. Untuk perbandingan, data 2009 menunjukkan, 102 anak diculik dan hanya 8 anak yang kembali ke orang tuanya . Ini berarti, sekitar 10 anak diculik setiap bulan di jabodetabek.

Kasus penculikan baru-baru ini menimpa Nurhasanah. Ia mendatangi Polsek Tebet, Jakarta Selatan, untuk melaporkan putra tunggalnya, Muhammad Nur Ilman. Ilman yang baru berusia dua tahun itu sudah hampir tiga bulan menghilang. Nurhasanah sudah mencari sang buah hati ke mana-mana, termasuk mendatangi panti-panti asuhan, namun tak membuahkan hasil. Kasus penculikan lain terjadi empat hari setelah Ilman menghilang. Eka Dwi Lestari, bocah berusia tiga tahun diculik dekat rumahnya di Pasar Darurat Kapuk, Jakarta Barat. Dalam kasus ini, sang ayah, Ade Suryana, menerima SMS dari penculik yang isinya meminta tebusan uang.

(http://berita.liputan6.com/hukrim/201002/262233/Penculikan.Anak.Kemba li.Marak).


(42)

Lalu ada pula berita dimana personel Kepolisian Sektor Cibadak berhasil mengungkap kasus penculikan Muzayanah, warga kompleks Pasir Indah Cinanggung, Serang, Banten, baru-baru ini. Bocah perempuan berusia tiga tahun ini ditemukan tengah menangis di balik rumpun ilalang di tepi Jalan Raya Cibadak. Kasus penculikan terungkap ketika polisi yang sedang berpatroli menghampiri Muzayanah yang tengah menangis di tepi Jalan Cibadak Raya. Saat bersamaan, muncul Raden Sholeh alias Ujang yang mencoba menghampiri korban setelah buang air. Ujang yang melihat polisi berusaha melarikan diri. Namun, polisi yang curiga langsung meringkus tersangka. Belakangan Ujang mengaku menculik Muzayanah. Bocah ini hilang sejak empat hari silam. Saat diculik, anak bungsu dari empat bersaudara tersebut sedang bermain tanpa pengawasan orang tua. Sang ayah sibuk bekerja sedangkan ibunya pergi ke pasar.

Tersangka adalah warga Way Kanan, Lampung Timur. Di hadapan polisi, Ujang mengatakan berniat membawa korban ke Lampung untuk dijual dengan harga Rp 3 juta. Namun, ketika membawa korban dirinya salah menaiki bus yang justru membawanya ke daerah Cibadak. Berdasarkan keterangan pelaku, personel Polsek Cibadak menduga tersangka termasuk dalam jaringan penculikan anak. Orang tua Muzayanah kemudian dipertemukan dengan anaknya. Ketika mereka bertemu, Muzayanah sempat tidak mengenali wajah ibunya. Wajah Muzayanah tampak pucat dan suhu badannya panas. Sebab selama diculik Muzayanah tidak pernah diberi makan. Kembalinya Muzayanah tidak hanya


(43)

membahagiakan kedua orang tuanya. Warga di kompleks langsung berebut menggendong bocah tersebut.

Sementara itu, tersangka kini mendekam di tahanan Markas Kepolisian Resor Serang, Banten, untuk pemeriksaan lebih lanjut. Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Serang Ajun Komisaris Polisi Jules Abraham Abas, kasus penculikan dengan modus perdagangan anak kini semakin marak. Umumnya pelaku tidak meminta uang tebusan kepada orang tua korban, melainkan membawa untuk diperdagangkan. (http://buser.liputan6.com/berita/200507/105956/Pelaku.Penculikan.Anak.D ibekuk.di.Serang).

Ada pula berita yang dikutip dari situs resmi Indosiar,yakni berita bocah perempuan 6 tahun putri seorang anggota TNI Angkatan Darat di Jakarta yang menjadi korban penculikan akhirnya ditemukan disebuah rumah kontrakan di Serang, Banten. Nika, nama bocah yang tinggal di Bulaksari, Pasar Rebo, Jakarta Timur ditinggalkan begitu saja oleh penculiknya di sebuah rumah kontrakan mereka di Cimuncang, Banten. Setelah sempat beberapa hari menghilang, Maharani Nuranika, bocah 6 tahun siswa TK Mekar yang diculik dari rumahnya di Jalan Bulaksari, Pasar Rebo, Jakarta Timur akhirnya ditemukan.

Putri anggota staf intel Mabes TNI Angkatan Darat ini dibawa kabur Teguh Yudha, kenalan orangtuanya ke kawasan Serang, Banten. Disini Yudha menyewa sebuah rumah di Komplek Widara, Cimuncang, Serang,


(44)

Banten. Selama di rumah kontrakan, Teguh Yudha mengakui Maharani sebagai adiknya. Terakhir Yudha menitipkan Maharani kepada ibu kostnya dengan alasan hendak membeli es. Tapi ternyata Yudha tidak pernah kembali. Para tetangga yang memang curiga terhadap keberadaan Yudha dan Maharani akhirnya melaporkan hal ini ke pihak kepolisian. Setelah dicek, Maharani ternyata memang dilaporkan hilang karena diculik

beberapa hari sebelumnya. (http://www.indosiar.com/patroli/76568/penculikan-anak-anggota-tni).

Di TvOne ada berita penculikan lagi,yaitu Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya memeriksa intensif Febriari Irianto (18 tahun) sebagai tersangka penculikan gadis di bawah umur, Marieta Nova Triani (14 tahun). "Keduanya masih menjalani pemeriksaan untuk mengungkap motifnya," kata Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Boy Rafli Amar di Jakarta Selatan. Nova sudah menjalani visum di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), namun Boy menuturkan, korban mengaku sudah melakukan berhubungan intim sebanyak tiga kali bersama tersangka. Namun demikian, Kabid Humas Polda belum bisa memberikan keterangan apakah tersangka melakukan hubungan badan bersama korban dengan cara memaksa atau tidak karena masih dalam tahap pendalaman.

Sebelumnya, tersangka membawa kabur Nova di rumahnya di Cluster Alamanda Blok L No. 14, Bumi Serpong Damai (BSD), Kota Tangerang


(45)

Selatan, Provinsi Banten. Kemudian keluarga korban melaporkan kepada pihak kepolisian terkait dengan dugaan Nova yang menjadi korban penculikan pacarnya ke suatu lokasi. Penyidik melakukan pendalaman diduga pelaku yang membawa kabur anak pasangan Heri Kristiono dan Sri itu, yakni pacarnya bernama Febriari Irianto atau Ari yang dikenalnya melalui jejaring sosial (facebook). Boy menuturkan, melalui penyelidikan akhirnya polisi menemukan Nova yang sedang jalan bersama pelaku di sebuah rumah makan di Tangerang, Senin malam sekitar pukul 23.00 WIB. Perwira menengah kepolisian itu mengungkapkan, tersangka terancam dikenakan Pasal 332 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) atau Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Penculikan Anak dengan ancaman hukuman penjara selama lima tahun. "Karena masih gadis dibawah umur, siapa pun yang mengajak tanpa sepengetahuan orang tuanya dapat dituduhkan melarikan anak di bawah umur," ujar Boy.

(http://hukum.tvone.co.id/berita/view/32860/2010/02/09/polisi_periksa_ters angka_penculik_nova/).

Contoh lain dari berita penculikan anak disiarkan di TransTV, yakni mengenai pemburu bayi yang kian menggurita. Sindikat penjualan & penculikan bayi beredar di masyarakat. Banyaknya kasus bayi hilang dan penjualan bayi baru-baru ini sungguh memprihatinkan. Memburu bayi ini diduga dilakukan oleh sindikat terorganisir dan menggunakan modus-modus baru yang semakin beragam bahkan dari pihak-pihak yang tidak terduga.


(46)

Bagaimanakah sindikat penjualan dan penculikan ini beraksi? Apa modusnya? Saksikan penelusurannya dalam Reportase Investigasi episode ‘Waspada Pemburu Bayi’, Sabtu 16 Januari 2010 Jam 17:00 – 17:30.

(http://www.transtvnews.co.id/index.php/component/).

2.1.3. Terpaan Media

Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikasi sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu, efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Salah satu efek dari komunikasi massa yaitu efek konatif. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media, melainkan didahului oleh kognitif dan efek afektif. (Effendy, 2003 : 319).

Media exposure mempunyai artian sebagai terpaan media massa terhadap khalayak (audience). Terpaan media massa ini tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa, akan tetapi hal ini juga meliputi adanya keterbukaan seseorang dengan adanya pesan-pesan di media massa tersebut. Exposure merupakan kegiatan mendengar, melihat dan membaca pesan-pesan dalam media massa yang terjadi pada individu atau kelompok. Terpaan media dalam penelitian ini juga diartikan sebagai frekuensi individu dalam menonton televisi, film, membaca surat kabar atau majalah maupun mendengarkan radio. (Singarimbun, 1989 : 99).


(47)

Terpaan media pada penelitian ini adalah seberapa sering (frekuensi) dan berapa lama (durasi) menonton berita penculikan anak, yang dalam hal ini tentu saja dalam acara berita (news program) di televisi.

2.1.4. Teori S – O – R

Teori S – O – R berasal dari psikologi, dan dengan perkembangan komunikasi, maka menjadi teori komunikasi yang disebabkan oleh objek materinya sama, yakni manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen perilaku, sikap, opini, kognisi, afeksi dan konasi. Efek akan muncul dari reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Unsur-unsur yang terdapat dalam model ini ialah : Stimulus (pesan), Organisme (komunikan), dan Respon (efek). (Effendy, 2000 : 254). Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organisme berupa perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan, dan unsur respon berupa efek, maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S – O – R untuk dipakai sebagai pijakan teori dalam penelitian. Berita-berita penculikan anak di televisi yang disampaikan komunikator mungkin akan diterima atau ditolak oleh komunikan. Hovland mengatakan bahwa dalam mengkaji sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan. Kemauan komunikan selalu mengikuti berita-berita penculikan anak di televisi akan dapat memberikan respon yang positif dan negatif.


(48)

Teori S – O – R dapat digambarkan sebagai berikut :

Organisme : Respon :

- Perhatian - Kognitif

Stimulus

- Pengertian - Afektif

- Penerimaan - Konatif

Gambar 2.1. Teori S – O – R

2.1.5. Kewaspadaan Pemirsa Melihat Berita di Televisi

Kewaspadaan berarti sikap berhati-hati terhadap segala kemungkinan yang mengandung resiko maupun bahaya. Pada dasarnya setiap orang harus memiliki kewaspadaan baik terhadap dirinya sendiri maupun pada lingkungannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997 : 576), waspada mengandung makna awas, teliti, siap-siap. Waspada dapat diartikan sebagai bersiap-siap atau berhati-hati terhadap suatu hal. Waspada dapat juga diartikan sebagai suatu sikap berhati – hati atau lebih sadar (aware) terhadap segala kemungkinan baik berupa penyebab maupun akibat dari suatu hal yang ada di sekitar lingkungan kita.

Menurut Kamus Psikologi (Dr. Kartini & Dali Gulo, 1995 : 14), mekanisme waspada (alerting mechanism) adalah “mekanisme, siap-siap (berjaga-jaga): sesuatu yang membuat organisme menjadi bersiap siaga, penuh perhatian terhadap benda-benda dan peristiwa-peristiwa tertentu.”.


(49)

Berdasarkan Kamus Lengkap Psikologi, kewaspadaan / alertness

berarti “(kesiapan, kesiagaan, kewaspadaan, ketajaman perasaan menanggapi sebelumnya); 1. Penuh perhatian; kondisi kesiagaan; atau kondisi berjaga-jaga penuh perhatian. 2. Kecepatan reaktivitas. 3. Suatu kondisi neurologis, dalam mana daya elektroensefalogram menyatakan suatu tingkat yang tinggi dari kegiatan kortikal (kulit otak), sebagai akibat dari rangsangan buatan pada formasi rektikuler.”. (C.P. Chaplin – Penerjemah: Dr. Kartini Kartono, 1997 : 17).

Waspada bukan berarti takut untuk melakukan suatu hal atau perbuatan, tetapi waspada lebih menunjukkan kesiapan kita baik secara fisik maupun mental dalam menghadapi suatu hal. Dengan waspada seseorang tidak akan mudah menyerah dan berputus asa, karena dia telah siap dengan segala kemungkinan yang akan dia terima. kewaspadaan menunjukkan seberapa besar kesiapan seseorang dalam menghadapi suatu hal dalam hal ini adalah segala kemungkinan penculikan anak yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Indikator kewaspadaan antara lain waspada dengan tidak mudah percaya pada orang asing / yang belum dikenal serta waspada dengan selalu mendampingi anak.

Waspada dengan tidak mudah percaya pada orang asing / yang belum dikenal. Misalnya dengan beberapa cara berikut, yaitu :

a. Menggunakan pengalaman sehari-hari untuk mengajarkan anak mengenai keamanan dirinya sendiri. Katakan pada anak agar jangan mau pergi dengan orang yang belum dikenal di manapun, meskipun orang tersebut


(50)

terlihat baik atau ramah serta menjanjikan sesuatu. Dan jika anak merasa tidak aman, ajarkan untuk pergi ke restoran, pos polisi terdekat atau tempat umum lainnya untuk meminta pertolongan.

b. Memberitahu anak agar selalu menjaga jarak dengan orang asing dan sebaiknya segera lari atau berteriak jika orang asing tersebut semakin mendekat.

c. Beritahu anak agar selalu berjalan atau bermain bersama teman-temannya dan jangan pergi sendirian.

d.Memberitahu anak batasan mengenai sikap yang boleh atau tidak boleh dilakukan orang lain terhadap dirinya. Seperti tidak boleh memegang bagian tubuh si anak, sehingga anak akan berusaha untuk menghindar jika ada orang lain yang ingin menyentuhnya. Jika orang tersebut tetap memaksa, beri tahu anak agar segera menghindar atau berlari.

e. Menggunakan pengalaman orang lain atau teman dalam mengajarkan anak, karena anak akan lebih mudah mengingat sebuah cerita. Setelah itu beritahu anak hal apa yang harus dilakukannya jika berada pada situasi seperti itu.

f. Ajarkan anak agar tidak menerima atau mengonsumsi apapun yang diberikan oleh orang lain. Beritahu anak bagaimana menolak yang sopan, jika anak terpaksa menerima sebaiknya jangan langsung dikonsumsi. g.Beritahu anak mengenai nama orangtua dan nomor telepon yang bisa

dihubungi, hal ini berguna jika anak dalam masalah dan ingin meminta pertolongan. Serta ajarkan anak-anak untuk mempercayai apa kata


(51)

nalurinya, jika anak merasakan sesuatu yang aneh maka segera melarikan diri.

(http://health.detik.com/read/2009/10/27/130507/1229337/764/penculika n-merajalela-bekali-anak-sikap-waspada).

Selain itu, waspada dengan selalu mendampingi anak, dapat dilakukan berikut ini :

1. Jika jarak sekolah dan rumah cukup jauh, maka anak bisa diantar jemput. Beritahu anak agar jangan mau pulang dengan orang asing atau orang tidak biasa menjemputnya. Orangtua juga bisa berpesan pada gurunya agar menemani sang anak sampai dirinya atau orang yang sudah dikenal

menjemputnya.

2. Jika pergi ke mal yang ramai pengunjungnya, sebaiknya orangtua tetap menggenggam tangan sang anak dan jangan sampai terlepas. Namun, jika anak masih kecil tidak ada salahnya untuk menggendongnya.

3. Jangan meninggalkan anak sendirian dimanapun dan kapanpun, termasuk saat anak ingin ke kamar mandi di mal atau tempat umum lainnya.

4. Saat anak bermain di tempat bermain umum, dampingi selalu anak di sampingnya. Jika tidak bisa masuk ke dalam, jangan melepaskan pandangan mata atau pengawasan dari sang anak.

5. Saat anak berada di rumah, pastikan pintu dan jendela tertutup dan terkunci agar anak tidak keluar rumah.


(52)

6. Jangan biarkan anak mengangkat telepon atau membukakan pintu, karena hal ini sangat berisiko. Penculik saat ini sangat berani dan hanya butuh waktu beberapa menit untuk membawa kabur sang anak.

7. Cari informasi lebih banyak tentang pencegahan terjadinya penculikan anak (dari buku,televisi, internet, maupun dari mulut ke mulut) untuk mengindari anak agar tidak menjadi korban.

( http://health.detik.com/read/2009/10/27/130507/1229337/764/penculikan-merajalela-bekali-anak-sikap-waspada).

Kewaspadaan berarti meningkatkan kesadaran para pemirsa terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar mereka yang rentan atau memiliki resiko menjadi penyebab terjadinya penculikan anak. Waspada akan lebih menjadikan para pemirsa sadar tentang pentingnya memiliki perilaku waspada (alert) serta menghindarkan anak dari resiko terjadinya penculikan. Hal ini dikarenakan adanya penayangan berita penculikan anak di berbagai stasiun televisi merupakan informasi yang dapat digunakan untuk informasi dan pengetahuan, sebagai sikap kewaspadaan ibu rumah tangga terhadap keselamatan sang anak, sehingga berita penculikan anak yang ditayangkan itu dapat dilihat apakah direspon positif, negatif atau bahkan netral. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti kewaspadaan ibu rumah tangga setelah mendapat terpaan berita penculikan anak di televisi.


(53)

Dengan demikian, jika dikaitkan dengan tujuan komunikasi yang penting ialah bagaimana caranya agar suatu pesan (isi, content) yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan, maka terdapat hubungan, yaitu antara sikap dan dampak yang dihasilkan dari media televisi pada isi pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan, adapun dampak yang dapat diklasifikasikan menurut kadarnya yaitu :

a. Dampak Kognitif b. Dampak Afektif

c. Dampak Konatif (behavioural)

Dampak Kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Di sini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan.

Dampak Afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Di sini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, takut, cemas, gembira, marah dan sebagainya.

Yang paling tinggi kadarnya adalah dampak konatif (behavioural), yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. (Effendy, 1993 : 7).


(54)

Effendy mencontohkan mengenai tiga jenis dampak di atas dapat diambil dari berita di televisi tentang seorang anak yang menderita penyakit kepala membesar berisi air (Hydrocipallus). Peristiwa yang diberitakan secara lengkap itu menarik perhatian banyak orang, maka berita tersebut dapat menimbulkan berbagai jenis efek. Jika seorang pemirsa hanya tertarik untuk melihat saja dan kemudian ia menjadi tahu, maka dampaknya hanya kognitif saja. Apabila ia merasa iba atas penderitaan seorang anak yang terlahir dari orang tua yang tidak mampu, berita tersebut menimbulkan dampak afektif. Tetapi jika pemirsa yang tersentuh hatinya itu kemudian menyumbangkan uang untuk diberikan kepada si penderita, maka berarti itu menimbulkan dampak konatif (behavioural).

Herbert H. Hyman menjelaskan tentang hasil analisanya tentang isi pesan melalui televisi tentang peningkatan acara-acara agresif seperti ; berita tentang ancaman, penculikan, kekerasan fisik, pembunuhan, peredaran ganja, masalah sosial di luar nikah dan mabuk. Hyman menemukan dalam penelitiannya suatu sikap pemirsa yang cemas, tegang dan menimbulkan rasa takut. (Astrid, 1998 : 165).

Dengan demikian teknologi informasi berpengaruh lewat 2 cara, yaitu : lewat kehadirannya (physical presence) dan isinya (contents). Dari segi kehadirannya (physical presence) disebutkan oleh Steven H. Chaffe, terdapat 5 efek televisi yaitu ; efek ekonomis, efek sosial, efek penyaluran, penghilangan perasaan tertentu dan efek perasaan orang terhadap media. (Rakhmat, 1999 : 220).


(55)

Adapun pengaruh televisi tidak harus langsung terlihat, namun terpaan yang berulang-ulang pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap dann tindakan masyarakat pemirsa. (Mulyana, 1999 : 143).

2.1.6. Ibu Rumah Tangga Sebagai Pemirsa Televisi

Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan atau penerima merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar-terpencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing - masing berbeda dalam berbagai jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan lain sebagainya. (Effendy, 1993 : 25).

Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi. Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik minatnya dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator. Pada dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal, yaitu :

1. Heterogen (aneka ragam) yakni pemirsa televisi adalah massa, sejumlah orang sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencar-pencar diberbagai tempat. Selain itu pemirsa televisi dapat dibedakan pula menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, taraf kehidupan dan kebudayaan.


(56)

2. Kepribadian yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa, maka isi pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi dalam arti sesuai dengan situasi pemirsa saat itu.

3. Aktif yakni pemirsa sifatnya aktif, mereka aktif, seperti apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari suatu acara di sebuah stasiun televisi mereka berpikir aktif, aktif melakukan interpretasi. Mereka bertanya-tanya pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi benar atau tidak.

4. Selektif yakni pemirsa sifatnya selektif, dia memilih program televisi yang disukainya. (Effendy, 1992 : 84).

Berdasarkan pengelompokkan tersebut, maka sejumlah acara diperuntukkan bagi kelompok tertentu sebagai sasaran (target group), disamping khalayak keseluruhan sebagai sasarannya atau khalayak sasaran (target audience). Contoh acara untuk khalayak sasaran adalah warta berita, sandiwara, film seri, musik, dan lain-lain. Sedangkan untuk kelompok sasaran adalah untuk anak-anak, remaja, mahasiswa, petani, ABRI, pemeluk agama Islam, dan lain-lain. ( Effendy, 1993 : 25 – 26).

Ibu rumah tangga di Surabaya, Ibu rumah tangga secara umum. Ibu rumah tangga merupakan wanita dalam keluarga dan rumah tangga yang pada dasarnya mempunyai peran ganda, yakni sebagai ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah tangga (memasak, mengasuh anak, dan tugas lainnya) dan melakukan pekerjaan diluar rumah (berkarier). Pekerjaan rumah


(57)

tangga merupakan suatu pekerjaan produktif yang tidak langsung menghasilkan pendapatan, tetapi pekerjaan itu memberikan dukungan bagi pencaari nafkah lain untuk memanfaatkan peluang kerja serta sebagai istri dan ibu, dimana apa yang dikerjakan wanita mencerminkan “Peranan Kewanitaan” (Mubyanto, 1985 : 100). Dalam hal ini, ibu rumah tangga tergolong target penonton yang paling gemar menonton televisi. Ibu rumah tangga merupakan salah satu pemirsa yang dianggap setia menyaksikan tayangan televisi daripada laki-laki (Mulyana, 1997 : 115), merupakan khalayak sasaran (target audience) atau sebagai pemirsa televisi dalam penelitian ini.

Menurut fungsi dalam masyarakat, ibu rumah tangga sendiri dibagi menjadi dua (2) yakni ibu rumah tangga karier dan ibu rumah tangga domestik. Sementara itu Ibu rumah tangga yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga sebagai tenaga kerja karier dan juga sebagai tenaga kerja domestik (keduanya), yakni ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah,maupun juga ibu rumah tangga yang murni mengurusi pekerjaan rumah tangga dan tidak bekerja secara langsung tetapi memberikan dukungan bagi anggota yang lain pencari nafkah untuk memanfaatkan peluang kerja yang ada (Mubyanto, 1985 : 93)

Ibu rumah tangga sebagai khalayak sasaran (target audience) atau pemirsa televisi juga mempunyai sifat yang aktif dan selektif. Dikatakan aktif karena apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah acara di stasiun televisi, mereka bertanya-tanya pada dirinya, apakah yang diucapkan


(58)

oleh seorang penyiar televisi benar atau tidak. Sedangkan dikatakan selektif yaitu mereka memilih program televisi yang mereka sukai. Jadi tidak semua program acara yang ditayangkan di berbagai stasiun televisi menjadi kesukaan ibu-ibu rumah tangga, ada program-program acara tertentu yang disukai dan yang tidak disukai.

2.2. Kerangka Berpikir

Media Massa mempunyai peranan penting dalam proses komunikasi, hal ini disebabkan oleh efektifitas dan efisiensinya dalam mencapai komunikasi yang banyak. Televisi merupakan salah satu media elektronik dalam komunikasi massa. Televisi adalah generasi baru elektronik yang dapat menyampaikan pesan-pesan audio dan visual secara serentak. Apabila produk acara televisi disajikan secara kreatif dalam tata warna yang tepat dan diiringi oleh pesan audio yang sesuai akan mampu meyuguhkan realita yang ada, oleh karena itu berhasil memikat lebih banyak khalayak daripada media massa lainnya.

Terpaan berita penculikan anak di televisi pada masyarakat Surabaya yang dalam hal ini adalah ibu rumah tangga, dapat mengakibatkan efek berupa kewaspadaan. Jadi ibu rumah tangga sebagai komunikan atau pemirsa aktif terkena terpaan berita penculikan anak di televisi. Terpaan tayangan yang berulang-ulang dalam frekuensi dan durasi pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap kewaspadaan ibu rumah tangga terhadap anak, yakni dibedakan menjadi 3 yakni ; kognitif, afektif dan konatif. Yang nantinya


(59)

mengarah pada kewaspadaan ; waspada dengan tidak mudah percaya pada orang asing / yang belum dikenal dan waspada dengan selalu mendampingi anak.

Dengan demikian yang dijadikan dasar teori adalah teori S – O – R (Stimulus – Organisme – Respon). Dipakainya teori ini, karena stimulus merupakan rangsangan, yang dalam hal ini terpaan berita penculikan anak di televisi. Organisme yaitu komunikan atau ibu rumah tangga. Respon yaitu reaksi atau tanggapan, yang dalam hal ini adalah sikap kewaspadaan (kognitif, afektif, konatif) yang selanjutnya mengarah pada kewaspadaan (waspada terhadap semua bentuk penculikan anak, waspada terhadap penyebab-akibat terjadinya penculikan anak, dan melakukan tindakan pencegahan terjadinya penculikan anak).

Dan dalam penelitian ini peneliti hanya memilih salah satu komponen sikap yaitu komponen konatif. Karena berhubungan dengan kesiapan bertingkah laku(tindakan) seseorang. Sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan kewaspadaan ibu rumah tangga terhadap terjadinya penculikan anak.


(60)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka berpikir :

Organisme : -Perhatian Stimulus :

-Pengertian Terpaan berita

penculikan anak di televisi :

-Penerimaan

a. Frekuensi

Respon : b. Durasi

Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga :

a. Waspada dengan tidak mudah percaya pada orang asing / yang belum dikenal. b. Waspada dengan selalu

mendampingi anak.

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Hubungan Terpaan Berita Penculikan Anak di Televisi dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga di Surabaya

2.3. Hipotesis Penelitian

Berpijak pada latar belakang, perumusan masalah dan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan sebuah hipotesis dalam penelitian ini yaitu “terdapat hubungan terpaan berita penculikan anak di televisi dengan kewaspadaan ibu rumah tangga di Surabaya”.


(61)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini mengoperasikan dua macam variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa variabel bebas (X) adalah terpaan berita penculikan di televisi sedangkan variabel terikat (Y) adalah kewaspadaan ibu rumah tangga di Surabaya. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan definisi operasional sebagai berikut.

3.1.1. Definisi Operasional

a. Terpaan Berita Penculikan Anak di Televisi (Variabel X)

Terpaan berita penculikan anak di televisi (Variabel Bebas (X)) dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan kegiatan seseorang (ibu rumah tangga) dalam menonton berita penculikan anak di televisi.

Definisi operasionalnya adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk melihat berita penculikan anak di televisi, terpaan adalah dampak media massa televisi yang akan timbul secara kuat dan cepat, apabila sebagian besar khalayak memang terekspos oleh media.

Terpaan dalam penelitian ini diukur melalui indikator durasi dan frekuensi yang diwujudkan dalam pertanyaan sejauh mana (berapa lama) serta berapa kali rata-rata dalam satu bulan yang dihabiskan untuk menonton berita penculikan anak di televisi.


(62)

1. Frekuensi dijabarkan sebagai seberapa sering responden tersebut melihat berita penculikan anak di televisi selama periode pengamatan yaitu satu bulan.

2. Durasi dijabarkan sebagai seberapa lama responden tersebut melihat berita

penculikan anak di televisi selama periode pengamatan yaitu satu bulan.

b. Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga (Variabel Y)

Kewaspadaan berarti sikap berhati-hati terhadap segala kemungkinan yang mengandung resiko maupun bahaya. Pada dasarnya setiap orang harus memiliki kewaspadaan baik terhadap dirinya sendiri maupun pada lingkungannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997 : 576), waspada mengandung makna awas, teliti, siap-siap. Waspada dapat diartikan sebagai bersiap-siap atau berhati-hati terhadap suatu hal. Waspada dapat juga diartikan sebagai suatu sikap berhati – hati atau lebih sadar (aware) terhadap segala kemungkinan baik berupa penyebab maupun akibat dari suatu hal yang ada di sekitar lingkungan kita.

Menurut Kamus Psikologi (Dr. Kartini & Dali Gulo, 1995 : 14),

mekanisme waspada (alerting mechanism) adalah “mekanisme, siap-siap

(berjaga-jaga): sesuatu yang membuat organisme menjadi bersiap siaga, penuh perhatian terhadap benda-benda dan peristiwa-peristiwa tertentu.”.

Berdasarkan Kamus Lengkap Psikologi, kewaspadaan / alertness

berarti “(kesiapan, kesiagaan, kewaspadaan, ketajaman perasaan menanggapi sebelumnya); 1. Penuh perhatian; kondisi kesiagaan; atau


(63)

kondisi berjaga-jaga penuh perhatian. 2. Kecepatan reaktivitas. 3. Suatu kondisi neurologis, dalam mana daya elektroensefalogram menyatakan suatu tingkat yang tinggi dari kegiatan kortikal (kulit otak), sebagai akibat dari rangsangan buatan pada formasi rektikuler.”. (C.P. Chaplin – Penerjemah: Dr. Kartini Kartono, 1997 : 17).

Waspada bukan berarti takut untuk melakukan suatu hal atau perbuatan, tetapi waspada lebih menunjukkan kesiapan kita baik secara fisik maupun mental dalam menghadapi suatu hal. Dengan waspada seseorang tidak akan mudah menyerah dan berputus asa, karena dia telah siap dengan segala kemungkinan yang akan dia terima. kewaspadaan menunjukkan seberapa besar kesiapan seseorang dalam menghadapi suatu hal dalam hal ini adalah segala kemungkinan penculikan anak yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Dalam penelitian ini, kewaspadaan ibu rumah tangga antara lain waspada dengan tidak mudah percaya pada orang asing / yang belum dikenal dan waspada dengan selalu mendampingi anak. Kewaspadaan ibu rumah tangga adalah respon yang diberikan ibu rumah tangga setelah menonton tayangan berita penculikan anak di televisi, dalam wujud orientasi atau kecenderungan berperilaku waspada (konatif) setelah menonton tayangan berita penculikan anak di televisi.

Kewaspadaan ibu rumah tangga pada penelitian ini akan diukur dengan menggunakan indikator :

1. Kewaspadaan dengan tidak mudah percaya pada orang asing / orang yang


(64)

a. Dengan mengatakan pada anak agar jangan mau pergi dengan orang yang belum dikenal di manapun.

b. Memberitahu anak agar selalu menjaga jarak dengan orang asing.

c. Beritahu anak agar selalu berjalan atau bermain bersama

teman-temannya dan jangan pergi sendirian.

d. Ajarkan anak agar tidak menerima atau mengonsumsi apapun yang

diberikan oleh orang lain.

e. Beritahu anak mengenai nama orangtua dan nomor telepon yang bisa

dihubungi yang berguna jika anak dalam masalah dan ingin meminta pertolongan (namun berpesan agar jangan memberikan nomor pada orang yang belum dikenal).

(http://health.detik.com/read/2009/10/27/130507/1229337/764/penculika n-merajalela-bekali-anak-sikap-waspada).

2. Kewaspadaan dengan selalu mendampingi anak, beberapa misalnya :

a. Jika jarak sekolah dan rumah cukup jauh, maka anak bisa diantar

jemput.

b. Lalu jika pergi ke mal yang ramai pengunjungnya sebaiknya orangtua

tetap menggenggam tangan sang anak dan jangan sampai terlepas, jangan meninggalkan anak sendirian dimanapun dan kapanpun termasuk saat anak ingin ke kamar mandi di mal atau tempat umum lainnya.

c. Saat anak berada di rumah pastikan pintu dan jendela tertutup dan


(65)

d. Jangan biarkan anak mengangkat telepon atau membukakan pintu karena hal ini sangat berisiko. Penculik saat ini sangat berani dan hanya butuh waktu beberapa menit untuk membawa kabur sang anak.

e. Cari informasi lebih banyak tentang pencegahan terjadinya

penculikan anak (dari buku,televisi, internet, maupun dari mulut ke mulut) untuk mengindari anak agar tidak menjadi korban.

(http://health.detik.com/read/2009/10/27/130507/1229337/764/penculika n-merajalela-bekali-anak-sikap-waspada).

3.1.2. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini menggunakan skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala likert, setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pertanyaan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata – kata ( Ridwan, 2002 : 12 ); sebagai berikut :

Sangat Setuju (SS) = skor 5 Setuju (S) = skor 4 Ragu – ragu (R) = skor 3 Tidak Setuju (TS) = skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 1


(1)

97  

nilai ttabel sebesar 1,990. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kewaspadaan yang dimiliki oleh ibu rumah tangga di Surabaya memang dipengaruhi oleh tayangan berita penculikan anak yang ditayangkan di televisi, yang pada dasarnya mereka diterpa oleh tayangan tersebut. Dari stimulus (pesan) setelah diterpa berita penculikan anak di televisi ,respon (efek) ibu rumah tangga (komunikan) adalah semakin mempunyai kewaspadaan. Kewaspadaan menunjukkan kehati-hatian terhadap segala resiko yang menjadi penyebab suatu hal. Ibu rumah tangga dalam penelitian ini merasa bahwa kewaspadaan sudah cukup timbul dari kegemaran mereka menonton berita penculikan di televisi, kewaspadaan dengan tidak mudah percaya pada orang asing / yang belum dikenal dan dengan selalu mendampingi anak. Dengan demikian, ibu rumah tangga dalam penelitian ini menganggap bahwa tayangan berita penculikan anak di televisi sudah cukup menimbulkan kewaspadaan terhadap penculikan anak di lingkungannya.


(2)

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah :

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik analisis rank spearman , diketahui bahwa secara statistik terdapat hubungan terpaan yang rendah antara berita penculikan anak di televisi dengan kewaspadaan ibu rumah tangga di Surabaya. Ini berarti walau terpaannya rendah (frekuensi dan durasi dalam menyaksikan tayangan berita penculikan anak di televisi), namun ibu rumah tangga di Surabaya sudah dapat memahami informasi tentang berita penculikan anak yang mereka saksikan di televisi dan sudah bisa melakukan tindakan, sehingga ibu rumah tangga semakin mempunyai kewaspadaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu rumah tangga yang berada di Surabaya yang diwakili oleh pendapat 100 ibu rumah tangga menyatakan bahwa kewaspadaan ibu rumah tangga terhadap berita penculikan anak di televisi telah banyak mengalami perubahan setelah melihat tayangan berita penculikan anak di televisi, karena kewaspadaan diindikatori oleh kewaspadaan dengan tidak mudah percaya pada orang asing / yang belum dikenal dan kewaspadaan dengan selalu mendampingi anak.


(3)

99  

5.2. Saran

Beberapa saran yang dapat penulis berikan berkaitan dengan penelitian ini diantaranya adalah :

1. Bagi pihak stasiun televisi

Walau sudah cukup dibuktikan dalam penelitian ini, namun disarankan agar dapat lebih banyak lagi memberikan tayangan berita yang juga lebih menonjolkan sisi edukatif kepada para pemirsanya, sehingga pemirsa akan dapat menambah pengetahuannya setelah menonton tayangan tersebut.

2. Bagi Ibu rumah tangga

Disarankan agar lebih memperhatikan keluarganya dan memberikan pengetahuan akan hal – hal yang menyebabkan terjadinya penculikan anak sehingga keluarga mereka terhindar dari menjadi korban penculikan anak.

3. Bagi penelitian yang akan datang


(4)

Chaplin, C.P., Penerjemah : Dr. Kartini Kartono, 1997, Kamus Lengkap

Psikologi, Jakarta : Manajemen PT. Raja Grafindo Persada

DeFleur, Dennis, Mc.Quail, 1989, Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Erlangga Djajakusumah, Tams, 1991, Periklanan, Bandung : PT. Armico

Effendy, Onong Uchjana, 1993, Dinamika Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

____________________, 2000, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

____________________, 2003, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Gulo, Dr. Kartini & Dali, 1995, Kamus Psikologi, Bandung : Pionir Jaya Gunadi, Herfan, 1998, Himpunan Istilah Komunikasi, Jakarta : Grasindo Hadi, Sutrisno, 1993, Statistika I, Yogyakarta : Andi Offset

Kamisa, 1997, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Penerbit Kartika, Surabaya. Kuswandi, Wawan, 1996, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi,

Jakarta : PT. Rineka Cipta

Mubyanto, 1985, Peluang Kerja Dan Berusaha Di Pedesaan, Yogyakarta : BPFE

Muda, Iskandar, 2003, Jurnalistik Televisi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy, 1997, Iklan TV dan Martabat Wanita dan Media, Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy & Ibrahim, 1999, Bercinta Dengan Televisi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Nazir, Mohammad, 2003, Metode Penelitian, Jakarta : PT. Ghalia Indonesia


(5)

101

Poerwadarminta, WJS, 1984, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Rakhmat, Jalaludin, 1999, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

_______________, 2002, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Rivers,William L, 2003, Media Massa & Masyarakat Modern, Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendy, 1989, Metode Penelitian Survei, Yogyakarta : LP3ES

Sobur, Alex, 2004, Psikologi Umum, Penerbit Pustaka Setia, Bandung.

Sugiyono, 2003, Metode Penelitian & Administrasi, Cetakan kesembilan, Penerbit Alfa Beta, Bandung.

Suroso, 2001, Menuju Pers Demokratis, Yogyakarta : Lembaga Studi dan Inovasi Pembangunan ( LSIP )

Susanto, Astrid, 1998, Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Bina Cipta

Non Buku : BPS, 2009

Data Polrestabes Surabaya

(http://www.opensubscriber.com/message/forum-pembaca

kompas@yahoogroups.com/7678802.html).

(http://koranindonesia.com/2010/01/25/kasus-penculikan-anak-meningkat/) (http://bataviase.co.id/detailberita-10510043.html)

(http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2009/10/27/92947). (

http://www.fpkb- dpr.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1292:menguak-tabir-perdagangan-anak-&catid=104:a&Itemid=476)


(6)

(http://berita.liputan6.com/hukrim/201002/262233/Penculikan.Anak.Kembali.Mar ak).

(http://buser.liputan6.com/berita/200507/105956/Pelaku.Penculikan.Anak.Dibeku k.di.Serang).

(http://www.indosiar.com/patroli/76568/penculikan-anak-anggota-tni).

(http://hukum.tvone.co.id/berita/view/32860/2010/02/09/polisi_periksa_tersangka _penculik_nova/).

(http://www.transtvnews.co.id/index.php/component/).

(http://www.surabaya.go.id/dispenduk/?view=berita&id=1)

( http://health.detik.com/read/2009/10/27/130507/1229337/764/penculikan-merajalela-bekali-anak-sikap-waspada).

(http://youtube.com)

(http://www.youtube.com/watch?v=OdmfOzLU_VE)


Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Terpaan Berita Kriminal di Televisi Dengan Kewaspadaan Masyarakat. (Studi pada Ibu-Ibu Rumah Tangga di Desa Tasikmadu RT 20-21 RW 03 Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek Tentang Berita Patroli di Indosiar)

6 28 21

HUBUNGAN TERPAAN PEMBERITAAN SISWI SMP YANG MENJADI MUCIKARI DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA (Studi Korelasional Pemberitaan Siswi SMP yang Menjadi Mucikari di Televisi dengan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga yang Mempunyai Anak Pe

0 0 110

HUBUNGAN TERPAAN PEMBERITAAN SISWI SMP YANG MENJADI MUCIKARI DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA (Studi Korelasional Pemberitaan Siswi SMP yang Menjadi Mucikari di Televisi dengan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga yang Mempunyai Anak Pe

0 2 112

HUBUNGAN TERPAAN PEMBERITAAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DENGAN KECEMASAN IBU RUMAH TANGGA (Studi Korelasional Pemberitaan Kekerasan Seksual Pada Anak di Televisi Dengan Kecemasan Ibu Rumah Tangga di Surabaya).

0 0 133

HUBUNGAN ANTARA TERPAAN IKLAN HILO SCHOOL VERSI JUNGKAT JUNGKIT DI TELEVISI DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA.

0 16 82

Hubungan Terpaan Pemberitaan Di Media Online Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga (Studi Korelasi Hubungan Terpaan Berita di Media Online Tentang Bakteri Sakazakii Dalam Susu Formula Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Surabaya).

0 1 118

Hubungan Terpaan Pemberitaan Di Media Online Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga (Studi Korelasi Hubungan Terpaan Berita di Media Online Tentang Bakteri Sakazakii Dalam Susu Formula Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Surabaya)

0 0 26

HUBUNGAN TERPAAN BERITA PENCULIKAN ANAK DI TELEVISI DENGAN KEWASPADAAN IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA (Studi Korelasional Kuantatif Tentang Hubungan Terpaan Berita Penculikan Anak di Televisi Dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga di Surabaya).

0 0 31

HUBUNGAN TERPAAN PEMBERITAAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DENGAN KECEMASAN IBU RUMAH TANGGA (Studi Korelasional Pemberitaan Kekerasan Seksual Pada Anak di Televisi Dengan Kecemasan Ibu Rumah Tangga di Surabaya) SKRIPSI

0 0 43

HUBUNGAN TERPAAN PEMBERITAAN SISWI SMP YANG MENJADI MUCIKARI DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA (Studi Korelasional Pemberitaan Siswi SMP yang Menjadi Mucikari di Televisi dengan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga yang Mempunyai Anak Pe

0 0 25