Pemasaran Hijau Landasan Teori
juga mulai menyebar di berbagai platform komunikasi, seperti word-of- mouth, kelompok referensi, pemimpin opini, kegiatan media, iklan,
Internet pemasaran, dan pemasaran melalui ponsel. b. Iklan Hijau
Menurut Carlson et al. 1996, iklan hijau adalah cara untuk mempromosikan kesadaran lingkungan dan merangsang permintaan
produk hijau. Pranee 2010 menyatakan bahwa tujuan iklan hijau adalah untuk menginformasikan klien tentang aspek lingkungan dari produk dan
jasa dari suatu perusahaan. Scammon dan Mayer 1995 menyatakan, klaim lingkungan adalah
suatu pernyataan dari penjualperusahaan mengenai dampak dari satu atau lebih atribut merek pada lingkungan alam. Contoh klaim lingkungan yang
umum, biasanya menggunakan istilah-istilah seperti ramah lingkungan, aman bagi lingkungan, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan”
dan sebagainya. Iklan tradisional memiliki tiga fungsi untuk menginformasikan, mengingatkan, dan membujuk, di lain pihak iklan
hijau bertujuan untuk menciptakan kesadaran dan sikap positif terhadap merek yang ramah lingkungan dan perusahaan DSouza dan Taghian,
2005. Banerjee, Gulas, dan Iyer 1995 menunjukkan bahwa iklan hijau
merupakan satu-satunya aspek yang dapat dengan jelas mengatasi hubungan antara sebuah produk dan lingkungan, selain itu iklan hijau
seharusnya mampu mendorong gaya hidup hijau dan meningkatkan citra perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial.
Awad 2011 menunjukkan bahwa iklan hijau dan klaim produsen seharusnya tidak hanya dinilai pada produk akhirnya saja, tetapi juga pada
sumber daya yang digunakan dalam produksi, pengemasan, distribusi, dan pembuangan limbah. Sebuah iklan hijau harus legal dan jujur juga
konsisten dengan peraturan lingkungan dan kebijakan mengenai persaingan yang adil Pranee, 2010. Saat ini, konsumen tidak hanya
bingung tentang klaim iklan hijau yang dilakukan beberapa pihak, tapi juga timbul ketidakpercayaan pada mereka Iyer dan Banerjee 1993 dalam
Shrum, McCarty, dan Lowrey 1995, kecurigaan semakin bertambah hingga segala sesuatu yang berhubungan dengan komunikasi hijau
Carlson, Grove, dan Kangun, 1993 . Situasi ini diperburuk oleh mitos terkait dengan produk hijau seperti penurunan yang dirasakan dalam hal
kinerja perusahaan dibandingkan penelitian ilmiah yang dilakukan untuk pengembangan produk Grillo, Takarczyk, dan Hansen, 2008.
Dengan demikian, secara umum kredibilitas iklan hijau dianggap relatif rendah dan akan tergantung pada jenis iklan itu sendiri. Sifatnya
jauh lebih kompleks daripada literatur pemasaran yang ada Kilbourne, 1995. Dengan peningkatan iklan terhadap perlindungan lingkungan,
beberapa kritikus menunjukkan bahwa ada kebingungan besar di antara konsumen mengenai klaim hijau dari beberapa produk. Alasan untuk hal
ini mencakup makna jelasnya klaim dan definisinya tidak diterima secara
umum, misal ungkapan-ungkapan seperti biodegradable, ramah lingkungan, ozon friendly, dan sebagainya. Sebagian besar konsumen
tidak memiliki pengetahuan teknis atau ilmiah yang cukup untuk memahami informasi yang mendasari klaim lingkungan Furlow, 2010;
Newell, Goldsmith, dan Banzhaf, 1998. Jika iklan lingkungan dianggap terlalu teknis atau manipulatif, itu
dapat menghambat
upaya konsumen
untuk memahami
pesan, mengakibatkan kegagalan pengiklan untuk berkomunikasi dengan publik
Carlson, Grove, dan Kangun, 1993. Meskipun beberapa perusahaan secara tulus berupaya untuk membuat produk ramah lingkungan, banyak
pihak lain yang membuat klaim produk ambigu dan membingungkan, atau bahkan klaim yang dibuat hanya untuk menarik konsumen hijau Carlson
et al., 1996. Carlson, Grove, dan Kangun 1993 yang disebut greenwashing,
yaitu iklan dengan klaim hijaun yang menyesatkan, tidak signifikan, atau bahkan palsu. Potensi kebingungan dan penipuan mungkin memiliki
konsekuensi berat bagi perusahaan, selain aspek hukum dan etika, komunikasi menyesatkan dapat merusak citra merek dan organisasi, dan
pada saat yang sama, menyebabkan konsumen mempertanyakan kejujuran perusahaan ketika mereka jenuh dengan jenis-jenis klaim yang ada
Furlow, 2010.