4. Tata Rias, Tata Busana dan Properti
Tata rias, busana dan properti adalah unsur pendukung yang paling utama pada seni tari. Kusnandi 2009:6 mengemukakan bahwa fungsi rias adalah
untuk memperkuat imajinasi penonton, tata busana kostum fungsinya hampir sama dengan tata rias yaitu untuk memperkuat imajinasi penonton,
sedangkan properti adalah pelengkap dalam sebuah tarian. 5.
Desain Lantai Pola lantai Desain lantai atau floor design atau yang lebih dikenal dengan istilah pola
lantai ialah garis-garis di lantai yang dibentuk oleh formasi penari kelompok Purwatiningsih dan Ninik, 2002:88. Sehingga dapat didefinisikan bahwa
yang dimaksud dengan desain lantai itu bersifat nyata, mudah dilihat yakni garis-garis yang menghubungkan antara penari yang satu dengan lainnya.
Pola lantai yang dilakukan dimaksudkan sebagai daya tarik ketika berubah posisi karena jika posisi penari tidak berubah, tentu akan terkesan
membosankan ataupun monoton.
2.1.4.2 Ciri atau Karakteristik Gerak Anak
Rata-rata umur peserta didik SD adalah 7-12 tahun. Purwatiningsih dan Ninik 2002:69 mengatakan bahwa terdapat beberapa karakteristik gerak anak
SD yaitu:
1. Menirukan. Apabila ditunjukkan kepada peserta didik suatu action yang dapat
diamati observable, maka ia akan mulai membuat tiruan terhadap action itu sampai pada tingkat otot-ototnya dan dituntun oleh dorongan kata hati untuk
menirukannya.
2. Manipulasi. Pada tingkat ini anak didik dapat menampilkan suatu action
seperti diajarkan dan juga tidak hanya pada seperti yang diamati. 3.
Kesaksamaan Precision. Meliputi kemampuan peserta didik dalam penampilan yang telah sampai pada tingkatan perbaikan yang lebih tinggi dan
memproduksi suatu kegiatan tertentu. 4.
Artikulasi Articulation. Peserta didik telah dapat mengkoordinasikan serentetan action dengan menetapkan urutan sikuen tepat diantara action
yang berbeda-beda. 5.
Naturalisasi. Merupakan tingkat akhir dari kemampuan psikomotorik yaitu apabila peserta didik mamapu melakukannya secara alami satu action atau
sejumlah action yang urut. Dalam perkembangannya, peserta didik SD Kelas rendah umumnya
dapat melakukan kegiatan menirukan dan manipulasi sedangkan anak kelas atas pada umumnya mampu melakukan kegiatan kesaksamaan, artikulasi dan
naturalisasi.
2.1.4.3 Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar
Seni tari di SD digunakan untuk memberikan pengalaman kesenian bagi peserta didiknya. Pengalaman tersebut dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang
ada dalam lingkup kesadaran seperti ketika seniman berkarya, kesadaran menghayati seperti apresiator seni yang dihadapi Purwatiningsih dan Ninik,
2002:8. Purwatiningsih dan Ninik 2002:9 juga mengungkapkan bahwa pendayagunaan seni tari mempunyai fungsi yang bersifat edukatif. Oleh karena itu
konsep seni tari sebagai metode pembelajaran adalah hal yang sesuai untuk
peserta didik SD. Fungsi lainnya adalah dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan,
membina perkembangan
estetika dan
membantu menyempurnakan kehidupan. Fungsi tersebut tidak dimaksudkan membentuk
peserta didik sebagai penari ataupun seniman tari, tetapi semata-mata untuk pengembangan mental, fisik dan perasaan estetik.
Pembelajaran seni tari di SD biasanya masuk kedalam pembelajaran SBdP Seni Budaya dan Ketrampilan. Pada pembelajarannya, khususnya dikelas IV
SBdP mengenai seni tari di integrasikan dengan dua mata pembelajaran terkait yaitu Matematika materi sudut dan PPKn materi Kebersamaan dalam
Keberagaman pada pembelajaran 2. Penelitian ini menggunakan “Tari Kebersamaan” dalam mengajarkan
pembelajaran terkait sebagai metodenya. Tari kebersamaan merupakan tari kreasi yang diciptakan oleh peneliti untuk membantu peserta didik dalam memahami
pembelajaran Matematika mengenai sudut. Judul tarian tersebut dipilih berdasarkan acuan pada subtema yang digunakan yaitu subtema 2 mengenai
Kebersamaan dalam Keberagaman melalui salah satu seni daerah yang terdapat di buku tematik kelas IV tema 1 Indahnya Kebersamaan. Tarian tersebut disusun
dengan memperhatikan beberapa unsur tari yaitu gerak, musik atau iringan dan pola lantai. Gerakan yang diciptakan berpedoman pada gerakan yang terdaat pada
Tari Jawa. Tari tersebut dibedakan menurut dua pusat penting tempat orang mempelajari tari, yaitu Solo dan Yogyakarta
Soerjadiningrat, 1984:7. Perbedaan antara dua cabang yang berasal dari suatu batang itu menurut Soerjadiningrat,
1984:7 adalah:
Tabel 2.1 Perbedaan Tari Solo dan Tari Yogyakarta
No Perbedaan
Tari Solo Tari Yogyakarta
1 Sikap Solo halus dan lunak
Sikap Yogyakarta gagah dan keras. 2
Pada Tari Solo tidak diharuskan meluruskan punggung.
Pada Tari
Yogyakarta punggung
kebanyakan diluruskan. 3
Jika bergerak njirig, penari Solo tidak dengan berjalan jengkeng.
Jika bergerak njirig, penari Yogyakarta jalan jengkeng dengan jari kaki.
4 Pada tari wanita Solo, lengan bagian
atas dirapatkan di badan. Pada tari wanita Yogyakarta, lengan
bagian atas tidak dirapatkan di badan.
Pemilihan gerak pada “Tari Kebersamaan” berpedoman pada gaya Tari Solo dan Tari Yogyakarta tersebut. Tari Yogyakarta yang dipilih berpedoman
pada Tari Klasik Gaya Yogyakarta. Seni Tari Klasik Gaya Yogyakarta merupakan salah satu cabang Seni Budaya yang dilukiskan dalam bentuk wiraga atau gerak
yang selaras, indah dan ber-irama serta dapat memancarkan pasemon atau ekspresi muka yang serasi dengan isi atau maksud yang diungkapkan dalam tari
Sasmintamardawa dan Pamong S.M.K.I, 1983: 9. Terdapat tiga gerakan yang digunakan antara lain adalah 1 gerak tangan ngiting, yaitu gerak pergelangan
tangan di tekuk berdiri. Ujung jari tengah dikenakan ujung ibu jari membentuk lingkaran. Jari yang lain ditekuk, ruas bawah lurus dengan pergelangan,
kelingking menonjol, 2 gerak tangan ngeruji, pergelangan tangan ditekuk berdiri jari-jari telunjuk, manis dan kelingking berdiri jajar dan rapat, ibu jari ditekuk ke
depan telapak tangan, 3 gerak kaki mendak Merupakan bentuk atau posisi yang paling dominan ketika melakukan tarian. Posisi mendak adalah posisi dimana
lutut kaki ditekuk. Beberapa gerak yang digunakan pada “Tari Kebersamaan” juga
terdapar pada salah satu Tarian gaya Solo yaitu Tari Gambyong Pangkur Surakarta. Tari Gambyong merupakan salah satu tari tradisional khas Surakarta.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa “Tari Kebersamaan” merupakan tari kreasi
baru yang diciptakan dengan berpedoman pada keindahan Tari Jawa yaitu Tari Klasik Gaya Yogyakarta dan Tari Gambyong dalam menentukan gerakannya.
Pembelajaran SBdP seni tari jika diajarkan kepada peserta didik akan membantu meningkatkan kecerdasan kinestetik badani. Kecerdasan ini mencakup
ketrampilan khusus seperti, koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibelitas, dan kecepatan. Jika pembelajaran Matematika di integrasikan
dengan SBdP mengenai tarian maka akan meningkatkan 2 kecerdasan sekaligus yaitu kecerdasan matematis-logis dan Kinestetik-badani. Kecerdasan matematis-
logis dan kinestetik-badani merupakan bagian dari intelegensi ganda.
2.1.5 Kecerdasan Matematis-logis dan Kecerdasan Kinestetik-badani