Teknik Analisis Uji Hipotesis Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis 1. Hasil Pengujian Hipotesis I

38 Sumodiningrat, 2002 : 231. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu regresi linear ada korelasi kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel bebas k dan jumlah data n sehingga diketahui d L dan d u maka dapat diperoleh distribusi daerah keputusan atau tidak terjadi autokorelasi Ghozali, 2001: 61. Kriteria pengujian Durbin Watson dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 1 : Autokorelasi Durbin Watson Kriteria 0 DW d L d L DW d u d u DW 4-d u 4-d u DW 4-d L 4-d L DW 4- Ada autokorelasi positif Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi negatif Sumber : Ghozali, 2001 : 61

3.6. Teknik Analisis

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah regresi linear berganda untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 39 Rumus regresi linear berganda adalah sebagai berikut : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e ……… Anonim, 2003 : L –21 Keterangan : Y : Return yang diterima pemegang saham X 1 : Arus kas operasi X 2 : Earnings X 3 : Return on asset a : Konstanta b 1 ,b 2 ,b 3 : Koefisien regresi variabel X 1 , X 2 , dan X 3 e : Kesalahan baku

3.7 Uji Hipotesis

Untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji t dengan rumus sebagai berikut : t hitung = bi se bi Sudjana, 1992 :111. Keterangan : t hitung : t hasil perhitungan bi : koefisien regresi se : standar error Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 40 a. Ho : bi = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Hi : bi  0 ; terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. b. Tingkat signifikan 5 = 0,05 c. Kriteria pengujian : 1. Jika nilai probabilitas 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima 2. Jika nilai probabilitas ≥ 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN KESIMPULAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal di Indonesia Catatan sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di kota Jakarta pernah di bentuk suatu Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek yaitu pada tanggal 11 Januari 1925 atau tiga belas tahun setelah dibentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta 1912. Kemudian pada tahun 1927 dibentuk bursa-bursa efek di tiga kota besar di Indonesia yaitu di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Pembentukan ketiga bursa tersebut diatas dilatar belakangi oleh adanya gejala semakin banyaknya jenis efek yang diperdagangkan di masyarakat, besarnya volume dan nilai perdagangan, serta tingginya biaya transaksi karena efek yang diperdagangan pada waktu itu tercatat di Bursa Amsterdam. Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan efek di bursa- bursa efek tersebut praktis terhenti karena praktis karena situasi politik saat itu. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya pada tahun 1951 pemerintah memberlakukan Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1951 yang kemudian disahkan sebagai undang-undang yaitu No. 15 tahun 1952 tentang bursa efek. Berdasarkan undang-undang tersebut Bursa Efek Indonesia dibuka kembali di Jakarta. Karena situasi politik dan 41 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 42 ekonomi saat itu kurang menguntungkan, kegiatan pasar modal praktis terhenti sampai dengan pertengahan tahun 1977. Pada tanggal 10 Agustus 1990, berdasarkan keputusan presiden Republik Indonesia No. 15 tahun 1976, pasar modal di Indonesia diaktifkan kembali dengan tujuan : a. Mempercepat proses perluasan pengikut sertaan masyarakat dalam pemilihan saham perusahaan-perusahaan swasta menuju pemerataan pendapatan masyarakat. b. Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan penghimpunan dana untuk pembiayaan pembangunan nasional. c. Mendorong perusahaan-perusahaan swasta yang sehat dan baik untuk menjual sahamnya melalui pasar dengan memberikan keringanan- keringanan di bidang perpajakan. Perkembangan pasar modal di Indonesia dari tahun 1977 – 1987 relatif kurang memberikan hasil seperti yang diharapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang menarik dana dari pasar modal, seperti fasilitas perpajakan tax holiday , revaluasi aktiva dan sebagainya. Tersendat-sendat perkembangan pasar modal selama masa itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga saham dan campuran tangan pemerintah dalam penetapan harga saham pada pasar perdana. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 43 Untuk mengatasi permasalahan yang menghambat perkembangan pasar modal tersebut di atas, pemerintah mengeluarkan serangkaian deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal, yaitu Paket Kebijaksanaan Desember 1987 Pakdes 1987, Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 Pakto 1988 dan Paket Kebijaksanaan Desember 1988 Pakdes1988. Pakdes 1987 secara umum merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi, dihapuskannya beberapa biaya yang sebelumnya dipungut oleh Badan Pelaksana Pasar Modal BAPEPAM, seperti biaya pendaftaran emisi efek. Selain itu dibuka pula kesempatan untuk membeli efek bagi pemodal asing maksimal 49 dari total emisi. Pakdes 1987 juga menghapuskan batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan memperkenalkna bursa pararel over the counter sebagai pilihan bagi calon emiten yang belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek. Pakto 1988, meskipun pada hakekatnya ditujukan pada sektor perbankan akan tetap mempunyai dampak terhadap perkembangan pasar modal. Secara garis besar Pakto 1988 berisikan tentang ketentuan Legal Lending Limit L3 dan ketentuan tentang bunga deposito dikenakan pajak yang bersifat final. Ketentuan L3 tersebut diatas membatasi bank-bank dalam memberikan pinjaman kepada nasabahnya tidak melebihi 20 bagi nasabah individu dan 50 bagi nasabah group dari jumlah modal Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 44 sendirinya. Sedangkan bagi-bagi bank-bank yang terlanjur memberi pinjaman melebihi ketentuan L3, harus berusaha meningkatkan modalnya. Berarti L3 di atas juga mendorong bank-bank yang terlanjur melebihi batas pinjaman yang diberikan kepada nasabahnya untuk go public. Pengenaan pajak atas bunga deposito yang bersifat final juga mempunyai dampak yang positif terhadap perkembangan pasar modal. Sebab dengan adanya ketentuan tersebut pemerintah memberikan perlakuan yang sama antara sektor perbankan dengan sektor pasar modal. Pakde 1988, pada intinya memberikan dorongan yang lebih jauh agar pasar modal sama murah dan modalnya dibandingkan dengan sektor pembiayaan lain. Pakde 1988 juga membuka peluang bagi pihak swasta untuk menyelenggarakan Bursa Efek Swasta di kota-kota di luar Jakarta. 4.1.2. Lembaga dan Profesi Pasar Modal 4.1.2.1. Lembaga Penunjang Pasar Modal Lembaga Penunjang Pasar Modal adalah pihak yang berperan dalam suatu proses penjamin emisi pasar perdana dan atau perdagangan di pasar sekunder. Menurut keputusan Menteri Keuangan No. 859 dan 860Kep.011987 lembaga penunjang yang keberadaannya terkait dengan adanya pasar modal, yaitu : a. Penjamin emisi b. Wali amanat c. Penanggung Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 45

d. Perantara perdagangan efek e. Biro Administrasi Efek Anonim,1987:62

4.1.2.2. Profesi Penunjang Pasar Modal

Profesi Penunjang Pasar Modal adalah lembaga penunjang yang keberadaannya tidak semata-mata terkait dengan adanya pasar modal, yaitu : 1 Akuntan publik 2 Penasehat hukum 3 Notaris 4 Perusahaan penilai 5 Penyimpan efek custodian 6 Profesi lain yangf ditetapkan oleh BAPEPAM Anonim, 1987:71

4.1.3. Latar Belakang Berdirinya BES

Pembentukan Bursa Efek Indonesia BES yang mulai beroperasi tanggal 16 Juni 1989, yaitu hampir dua belas tahun sejak pemrintah mengaktifkan kembali Bursa Efek Indonesia 10 Agustus 1977 seakan merupakan proses pengulangan sejarah dengan latar belakang yang tentu saja jauh berbeda. Pada masa pembentukan Bursa Efek di Jakarta dilatar belakangi oleh sekelompok masyarakat pemilik efek. Sedangkan pembentukan BES dalam era dewasa ini, khususnya pada awal Periode Pembangunan Lima Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 46 Tahun ke Lima Pelita V dilatar belakangi oleh adanya tekad pemerintah untuk mengerahkan segala dan daya semaksimal mungkin guna mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi rata-rata minimal 5 pertahun. BES merupakan suatu badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas PT yang didirikan pada tanggal 30 Maret 1989. Berdasarkan akte No. 73 dari Kartini Mulyadi, SH, Notaris di Jakarta dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2- 5101.HT.01.01.TH.89 tanggal 12 Juni 1989. Anggaran Dasar perseroan telah mengalami perubahan sebagaimana termuat dalam Akte Notaris Kartini Mulyadi, SH, No 4 tanggal 2 Juni 1989 dan telah disetujui pula oleh Menetri Kehakiman Republik Indonesia. Izin Usaha Penyelenggarakan BES ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 654MKK.011989 tanggal 14 Juni 1989. Pembentukan BES merupakan suatu langkah positif dan juga merupakan suatu indikasi adanya peran serta pihak swasta di bidang pasar modal. Hal ini sangat sesuai dengan isi yang terkandung Pakde 1988, yaitu deregulasi di bidang pasar modal.

4.1.4. Maksud dan Tujuan Pembentukan BES

Pembentukan BES dimaksudkan untuk menunjang program pemerintah di bidang pasar modal, yaitu memperluas fungsi pasar modal sebagai sarana penghimpunan dana masyarakat. Disamping itu diharapkan pula dengan adanya BES, maka para pengusaha di wilayah Indonesia Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 47 Timur dan Jawa Timur pada khususnya akan lebih mudah menarik dana jangka panjang yang relatif murah dari pasar modal. Di sisi lain, kehadiran BES berarti memberikan jaminan likuiditas efek yang diperdagangkan karena pilihan pasar sekunder menjadi lebih beragam. Dalam hal ini perusahaan yang menawarkan efek melalui pasar modal dapat mengadakan pilihan untuk pencatatan dan perdagangan efeknya, yaitu di Bursa Efek Indonesia, BES dan di Bursa Paralel. Pembentukan BES pada akhirnya dapat sempurna sehingga diharapkan pasar modal mampu memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi usaha pengerahan dana pembangunan nasional.

4.1.5. Struktur Organisasi

Dalam menjalankan kegiatan usaha, BES tunduk peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang pasar modal. Pembinaan dan pengawasan terhadap BES dilakukan oleh Badan Pelaksana Pasar Modal BAPEPAM, sesuai dengan Keputusan Presiden No. 60 tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang pasar modal. Modal dari PT. BES ditetapkan sebesar Rp. 8 Milyar terbagi atas 160 saham yang masing-masing bernilai nominal Rp. 50 Juta. Pada saat pendirian, modal yang ditempatkan dan disetorkan penuh be rjumlah Rp. 2 milyar 40 saham yang merupakan penyertaan 36 badan usaha. Berdasarkan ketentuan yang berlaku semua pemegang saham merupakan Anggota Bursa Anggota BES terdiri dari 7 Bank Pemerintah, 8 Bank Sawasta Nasional, 11 Perusahaan Perantara Jakarta, 8 Perusahaan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 48 Perantara Jakarta, 1 Pusat Koperasi KUD Jawa Timur dan 1 Lembaga Pengelola Dana yaitu PT Persero Danareksa. Kekuasaan tertinggi di PT. BES sesuai dengan anggaran dasar perusahaan terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham. Seperti lazimnya pada perusahaan-perusahaan yang berbadan hukum Perseroan Terbatas , dalam struktur PT. BES juga terdapat Dewan Komisaris, terdiri dari satu orang Komisaris Utama dan tiga orang anggota Direksi. Hingga saat ini PT. BES mempunyai satu orang Direktur Utama dan satu orang Direktur. Fungsi Administrasi dan Operasional dilaksanakan oleh tiga Divisi yaitu Divisi Administrasi dan penerangan, Divisi Keuangan dan Akuntansi dan Divisi Penyelenggaraan Bursa. Setiap divisi membawahi dua bagian. Gambar 4.1 : Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia. R.U.P.S Dewan Kopmisaris Direktur Utama Direktur Utama Direktur Pergangan Ditektur Keuangan Divisi Divisi Divisi Adm penerangan Penyalur bursa Keuangan Akt Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian Adm. Umum Penerangan Humas Pengolahan data Adm. perdagangan Akuntansi Keuangan Sumber : PT. Bursa Efek Indonesia. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 49

4.1.6. Sistim Perdagangan di Bursa Efek Indonesia

Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia hanya dapat dilakukan oleh anggota bursa pialang. Dalam melaksanakan tugasnya seorang pialang bertindak atas nama perusahaan securities company. Transaksi berdasarkan mekanisme pasar dengan prosedur pialang memasukkan order ke menu slip order, yang memuat lot dan harga tawaran, sedangkan waktu pemasukan order telah terkontrol langsung oleh sistim komputer. Fasilitas perdagangan saham digolongkan dalam dua kategori, yaitu Papan Transaksi Asing Foreign Board dan Papan Transaksi Lokal Local Board . Transaksi perdagangan lokal terbagi atas : 1 Perdagangan Reguler, yaitu perdagangan yang dilakukan atas dasar mekanisme pasar action market dan bersifat terus-menerus dengan lot minimal 500 saham. 2 Perdagangan Non Reguler, yaitu merupakan perdagangan saham jumlah besar block sale di atas 10.000 saham dan perdagangan add lot, yaitu dibawah 500 saham. 3 Perdagangan tunai, yaitu merupakan fasilitas yang disediakan bagi anggota bursa yang karena alasan tertentu gagal memenuhi kewajiban penyerahan saham. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 50 4.2. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis 4.2.1. Hasil Pengujian Hipotesis I

4.2.1.1. Uji Normalitas

Dalam pengujian normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov dengan menggunakan program SPSS, dimana apabila nilai signifikansi probabilitas yang diproleh lebih besar dari nilai signifikansi yang telah ditetapkan dalam penelitian 5 maka data tersebut telah terdistribusi normal. Santoso, 2001 : 97 Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :  Jika nilai signifikansi nilai probabilitasnya lebih kecil dari 5, maka distribusi adalah tidak normal.  Jika nilai signifikansi nilai probabilitasnya lebih besar dari 5, maka distribusi adalah normal. Tabel 4.1. Normalitas Data Masing-masing Variabel Tests of Normality .117 32 .200 .968 32 .436 .491 32 .000 .291 32 .000 .221 32 .000 .799 32 .000 .139 32 .119 .908 32 .010 Return OCF Earnings ROA Statistic df Sig. Statistic df Sig. Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk This is a lower bound of the true significance. . Lilliefors Significance Correction a. Dari tabel 4.1 diatas, terlihat bahwa nilai probabilitas variabel Arus Kas Operasi dan Laba Bersih lebih kecil dari 0,05 yang berarti disitribusi data tidak normal, sedangkan Return Saham dan Return On Assets lebih Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 51 besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi dari data adalah mengikuti pola distribusi normal. 4.2.1.1. Uji Asumsi Klasik 4.2.1.1.1 Autokorelasi Deteksi Autokorelasi: a. Besarnya Angka Durbin Watson Patokan : Angka D-W di bawah –2 ada autokorelasi positif Angka D-W di atas +2 ada autokorelasi negatif Angka Berada diantara –2 sampai +2 Tidak ada Autokorelasi Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di bawah ini. Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada autokorelasi negatif dL dU 4 - dU 4 - dL 4 ada auto korelasi positif daerah keragu raguan ada auto korelasi negatif daerah keragu raguan a. Koefisien determinasi berganda R square tinggi b. Koefisien korelasi sederhananya tinggi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 52 c. Nilai F hitung tinggi signifikan d. Tapi tak satupun atau sedikit sekali diantara variabel bebas yang signifikan. Untuk asumsi klasik yang mendeteksi adanya autokorelasi di sini dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan hasil bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,986, hal ini menunjukkan tidak terdapat gejala autokorelasi karena antara -2 sampai 2.

4.2.1.1.2 Multikolinearitas

Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinier pada model regresi linier berganda yang dihasilkan dapat dilakukan dengan menghitung nilai Variance Inflation Factor VIF dari masing-masing variabel bebas dalam model regresi. Tabel 4.2 : Hasil Pengujian Multikolinieritas Coefficients a 25.929 19.923 1.301 .204 .000 .000 .055 .295 .770 .056 .977 1.024 .000 .000 .040 .216 .830 .041 .969 1.032 1.243 .922 .248 1.349 .188 .247 .988 1.012 Constant OCF Earnings ROA Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Partial Correlatio ns Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: Return a. Dalam pengujian asumsi klasik terhadap analisis regresi linier berganda ini menyatakan bahwa hasil analisis penelitian ini menunjukkan adanya tidak ada gejala multikolinieritas pada semua variabel karena nilai VIF lebih kecil dari 10. Dimana masing-masing variabel dengan nilai VIF Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 53 untuk OCF X1 = 1,024: Earnings X2 = 1,032, dan ROA X3 = 1,012; lebih kecil dari 10 yang artinya seluruh variabel bebas pada penelitian ini tidak ada gejala multikolinier.

4.2.1.1.3 Heteroskedastisitas

Penyimpangan asumsi model klasik yang lain adalah adanya heteroskedastisitas. Artinya, varians variabel dalam model tidak sama konstan. Hal ini bisa diindentifikasi dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Correlations 1.000 .037 -.045 -.109 . .841 .806 .554 32 32 32 32 .037 1.000 .565 -.188 .841 . .001 .304 32 32 32 32 -.045 .565 1.000 -.051 .806 .001 . .780 32 32 32 32 -.109 -.188 -.051 1.000 .554 .304 .780 . 32 32 32 32 Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Unstandardized Residual OCF Earnings ROA Spearmans rho Unstandardiz ed Residual OCF Earnings ROA Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. . Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel OCF X1 = 0,841, Earnings X2=0,806 dan ROA X3=0,554 tidak mempunyai korelasi yang signifikan antara residual dengan variabel bebasnya, maka dapat disimpulkan semua variabel penelitian tidak terjadi Heteroskedastisitas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 54

4.2.1.2. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda

Hasil analisis mengenai koefisien model regresi adalah seperti yang tercantum dalam Tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Koefisien Regresi Coefficients a 25.929 19.923 1.301 .204 .000 .000 .055 .295 .770 .056 .977 1.024 .000 .000 .040 .216 .830 .041 .969 1.032 1.243 .922 .248 1.349 .188 .247 .988 1.012 Constant OCF Earnings ROA Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Partial Correlatio ns Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: Return a. Sumber : data diolah Berdasarkan Tabel 4.4 tersebut, maka model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut : Y =   X    X  e Y = 25.929 + 0.000 X 1 + 0.000 X 2 + 1,243 X 3 + e  Dengan asumsi bahwa variabel X 1 , X 2 , X 3 adalah nol atau konstan maka nilai Prediksi Laba Y adalah sebesar 25.929 Koefisien regresi untuk variabel Arus Kas Operasi X 1 diperoleh nilai 0.000 mempunyai koefisien regresi positif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dengan variabel terikat. Jadi semakin besar nilai Arus Kas Operasi X 1 akan menaikkan nilai Return Saham Y dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan. Koefisien regresi untuk variabel laba bersih X 2 diperoleh nilai 0.000, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dengan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 55 variabel terikat. Jadi semakin besar nilai laba bersih X 2 akan menaikkan nilai Return Saham Y dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan. Koefisien regresi untuk variabel return on assets X 3 diperoleh nilai 1,243, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dengan variabel terikat. Jadi semakin besar nilai laba bersih X 2 akan menaikkan nilai Return Saham Y dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.

4.2.1.3. Hasil Pengujian Uji F Tabel 4.5 Hasil Uji F

ANOVA b 5231.454 3 1743.818 .624 .605 a 78208.076 28 2793.146 83439.530 31 Regression Residual Total Model 1 Sum of Squares df Mean Square F Sig. Predictors: Constant, ROA, OCF, Earnings a. Dependent Variable: Return b. Terlihat dari angka F hitung33-4-1 = 0,624 dengan Sig.0,770 0,05 : Tidak Signifikan positif, berarti secara bersama-sama perubahan ketiga variabel Arus Kas Operasi X1 , Laba Bersih X2 dan Return On Assets X3 mampu menjelaskan perubahan variabel Return Y sebesar 6,3 sedang sisanya 93,7 [100 - 93,7] dijelaskan oleh variabel lain selain Kas Operasi X1 , Laba Bersih X2 dan Return On Assets X3. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 56 untuk teknik analisis ini tidak cocok, oleh karena itu untuk peneliti yang akan datang disarankan untuk menggunakan model teknik analisis ini dengan menambahkan data penelitian atau pengamatannya. 4.2.1.4. Pengujian secara Parsial Uji t Tabel 4.6 Hasil Uji t Coefficients a 25.929 19.923 1.301 .204 .000 .000 .055 .295 .770 .056 .977 1.024 .000 .000 .040 .216 .830 .041 .969 1.032 1.243 .922 .248 1.349 .188 .247 .988 1.012 Constant OCF Earnings ROA Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Partial Correlatio ns Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: Return a. Hasil uji t pada tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa : 1. Arus Kas Operasi X1 berpengaruh terhadap Return Y, tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,770 0,05 : tidak signifikan [positif]. 2. Laba Bersih X2 berpengaruh terhadap Return Y , tidak dapat diterima [Sig. ,0,830 0,05 : tidak sinifikan [positif]. 3. Return On Assets X3 berpengaruh terhadap Return Y tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,188 0,05 : tidak signifikan [positif]. 4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Retun Saham

Dokumen yang terkait

Pengaruh Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Return saham Pada perusahaan Otomotif dan Komponen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

10 166 91

Pengaruh Return on Investment dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 59 82

Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Tekstil Dan Garment Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 33 100

Pengaruh Return On Asset, Return On Equity, Dan Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 41 129

Analisis Perbedaan Return Saham Sebelum Dan Sesudah Pengumuman Dividen Tunai Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 98 89

Analisis Perbedaan Return Saham Sebelum Dan Sesudah Pengumuman Stock Repurchase Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 41 86

Pengaruh laba akuntansi arus kas, dan return on asset terhadap return saham: studi empiris pada industri barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek Indonesia Periode 2007-2009

1 7 111

Pengaruh Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Economic Value Added (EVA) dan Arus Kas Operasi terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 18

ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), RETURN ON ASSET (ROA), DAN ARUS KAS OPERASI TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR KATEGORI FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 107

DAMPAK ARUS KAS OPERASI, EARNING, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR OTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 18