seseorang yang tidak setia dan kodok Frank personifikasi dari seorang yang baik. Bisa jadi cerita dibalik iklan yang menggunakan kedua karakter binatang
tersebut menceritakan competitor atau pesaing yang iri dengan kesuksesan Budwiser.
2.2.2 Komunikasi Non Verbal
Bahasa tubuh merupakan sesuatu yang sejalan dengan komunikasi non verbal, yaitu saluran untuk pikiran dan perasaan dalam jumlah besar yang tidak
terucapkan. Kecepatan percakapan normal seseorang berkisar antara 100 dan 120 per menit. Dalam waktu yang sama, secara rata-rata orang dapat berpikir sekitar
800 kata. Clayton, 2003: 8. Pesan-pesan non verbal sangat berpengaruh dalam komunikasi. Saat
berkomunikasi, secara tidak sengaja kita banyak mengirimkan pesan-pesan nonverbal, dan pesan-pesan tersebut sangat bermakna bagi seseorang.
Pesan sebagai alat pertukaran, pengemasannya dilakukan secara verbal lewat penuturan dan secara stimultan menggunakan bahasa non verbal, seperti isyarat,
gerakan tubuh, kerlingan mata, kerut dahi, ekspresi wajah, menarik nafas, cara berpakaian dan bermake-up, gerakan tangan, lenggok tubuh, sentuhan, warna
pakaian, sikap diam atau gelisah, ruang fisik, waktu yang diambil, nada suara dan lain-lain. Purwasito, 2003: 211.
2.2.3 Pemanfaatan Warna Dalam Iklan
Warna memiliki kemampuan untuk mengkonsumsi banyak hal pada para pembeli prospektif. Termasuk kualitas, rasa, serta kemampuan produk untuk
memuaskan beragam kebutuhan psikologis. Salah satu unsur serba guna untuk sebuah iklan adalah warna. Kini warna dipergunakan dalam sebagian besar iklan
majalah dan juga sering dipakai dalam iklan koran. Pada daya tarik produk dan periklanan, warna dapat digunakan dengan
beberapa alasan: 1.
Warna merupakan sebuah alat untuk mendapat perhatian daripada iklan hitam putih.
2. Produk-produk tertentu hanya dapat disajikan secara realistis dalm warna.
Misalnya, perabotan rumah tangga, makanan, pakaian, kosmetik. 3.
Warna menyoroti unsur-unsur dalam sebuah iklan. 4.
Warna mempunyai bahasa psiklogis yang menyusun suasana hati mood iklan tersebut. Russel Lane, 1992: 197
Berbagai penelitian telah mendokumentasikan peran penting bahwa warna berperan dalam mempengaruhi panca indra kita. Strategi pemanfaatan warna
dalam kemasan cukup efektif karena warna mempenggaruhi orang secara emosional. Sebagai contoh, apa yang disebut panjang gelombang tinggi warna
kuning, coklat serta hijau, mengarah pada nilai perangsangan yang kuat. Serta menyebabkan kegembiraan suasana hati mood.
Dalam konteks warna dan hubungannya dengan kepribadian seseorang, berikut adalah warna-warna yang mempunyai asosiasi dengan pribadi seseorang
menurut Marian L. David : 1.
Merah: Cinta, nafsu, kekuatan, berani, primitif, menarik, bahaya, dosa, pengorbanan dan vitalitas.
2. Merah Jingga: Semangat, tenaga, kekuatan, pesat, hebat, dan gairah.
3. Jingga : Hangat, sangat muda, ekstrimis, dan menarik.
4. Kuning Jingga: Kebahagiaan, penghormatan, kegembiraan, optimisme,
dan terbuka. 5.
Kuning: Cerah, bijaksana, terang, bahagia, hangat, pengecut, dan pengkhianatan.
6. Kuning Hijau: Persahabatan, muda, kehangatan, baru, gelisah dan berseri.
7. Hijau Muda: Kurang pengalaman, tumbuh, cemburur, iri hati, kaya, segar,
istirahat dan tenang. 8.
Hijau Biru: Tenang, santai, lembut, diam serta percaya diri. 9.
Biru: Damai, setia, konservatif, pasif, terhormat, depresi, lembut, menahan diri dan ikhlas.
10. Biru Ungu: Spiritual, hebat, kelelahan, suram, kematangan, sederhana,
rendah hati keterasingan, tersisih, tenang dan sentosa. 11.
Ungu: Misterius, kuat, supremasi, formal, melankolis, pendiam, mulia. 12.
Merah Ungu: Tekanan, intrik, drama, terpencil, penggerak, teka-teki. 13.
Coklat: Hangat, tenang, alami, bersahabat, kebersamaan, sentosa, dan rendah hati.
14. Hitam: Kuat, duka cita, resmi, kematian, keahlian, dan tidak menentu.
15. Putih: Senang, harapan, murni, lugu, bersih, spiritual, pemaaf, cinta dan
terang. Darmaprawira, 2002: 38. Berikut ini adalah adalah beberapa warna yang mempunyai arti perlambangan
secara umum : 1.
Merah Dibandingkan dengan warna lainnya, merah adalah warna terkuat dan
paling menarik perhatian, bersifat agresif dan lambang primitif. Warna merah diasosiasikan darah, marah, berani, seks, bahaya, kekuatan,
kejantanan cinta dan kebahagiaan. 2.
Merah Keunguan Warna merah keunguan mempunyai mempunyai karakteristik mulia,
agung, kaya, bangga atau sombong, dan mengesankan. Lambangs serta asosiasinya adalah merupakan kombinasi warna merah dan biru. Sifat juga
merupakan kombinasi antara warna tersebut. 3.
Ungu Karakteristik warna ungu adalah sejuk, negatif, atau mundur. Hampir
sama dengan biru tetapi lebih tenggelam dan khidmat dan mempunyai karakter murung dan menyerah. Warna ini melambangkan dukacita,
kontemplatif, suci atau lambang agama.
4. Biru
Warna biru mempunyai karakteristik sejuk, pasif, tenang, dan damai. Gothe menyebutkan sebagai warna yang mempesona, spiritual, monoteis,
kesepian, saat ini memikirkan masa lalu dan masa yang akan datang. Biru merupakan warna perspektif, menarik pada kesendirian, dingin, membuat
jarak, dan terpisah. Biru melambangkan kesucian, harapan, dan kedamaian.
5. Hijau
Karakter warna ini hampir sama dengan biru. Dibandingkan warna lain, hijau relatif lebih netral. Pengaruh terhadap emosi hampir mendekati
pasif dan lebih bersifat istirahat. Hijau melambangkan perenungan, kepercayaan, dan keabadian. Dalam penggunaan sehari-hari, hijau
mengungkapkan kesegaran, mentah, muda, belum dewasa, pertumbuhan kehidupan, harapan, kelahiran kembali, dan kesuburan. Sifat negative dari
warna hijau adalah warna yang tidak disukai anak-anak, kerana diasosiasikan warna penyakit, rasa benci, racun dan cemburu.
6. Kuning
Warna kuning adalah kumpulan dua fenomena penting dalam kehidupan manusia yaitu kehidupan yang diberikan oleh matahari
diangkasa dan emas sebagai kekayaan bumi. Kuning adalah warna cerah karena itu sering dilambangkan jantung dan roh, maka kuning adalah
lambang intelektual, kuning adalah warna yang paling terang setelah putih.
Kuning memaknakan kemuliaan, cinta yang mendalam dalam hubungan antar manusia.
7. Putih
Warna putih memiliki karakter positif, merangsang, cemerlang, ringan dan sederhana. Putih melambangkan kesucian, polos, jujur dan murni.
Putih juga melambangkan kekuatan yang Maha Tinggi, lambang cahaya dan kemenangan yang mengalahkan kegelapan.
Warna putih juga mengimajinasikan kebalikan dari warna hitam, seperti pada ungkapan “hati yang putih” yang berarti menandakan
bersihnya hati dari segala iri dan dengki. Ada juga yang disebut “ilmu putih” sebagai kebalikan dari ilmu hitam. Bila ilmu hitam dimaksud akan
mencelakakan seseorang maka ilmu putih dimaksud untuk menangkal dan membersihkan seseorang dari pengaruh ilmu hitam.
8. Abu-abu
Berbagai macam warna abu-abu dengan berbagai tingkatan melambangkan ketenangan, sopan, dan sederhana. Karena itu warna abu-
abu sering melambangkan orang yang berumur dengan kepasifannya, sabar dan rendah hati. Warna ini juga melambangkan intelegensia, tapi
juga mempunyai lambang negative yaitu keragu-raguan serta tidak dapat membedakan mana yang penting dan mana yang kurang penting, Karena
sifatnya netral, warna abu-abu sering melambangkan sebagai penengah dalam pertentangan.
9. Hitam
Warna hitam melambangkan kegelapan dan ketidakhadiran cahaya. Hitam menandakan kekuatan yang gelap, lambang misteri, warna malam
dan selalu diindikasikan sebagai warna kebalikan dari warna putih atau berlawanan dengan cahaya terang. Warna ini sering dilambangkan dengan
warna kehancuran atau kekeliruan. Umumnya warna hitam diasosiasikan dengan sifat negative. Ungkapan-ungkapan seperti kambing hitam, ilmu
hitam, dafar hitam, pasar gelap black market atau daerah hitam yang menunjukkan perlambangan negative dari warna ini. Walaupun demikian,
warna hitam juga melambangkan warna positif seperti sikap tegas, formal, elegan, elit, mempesona dan struktur yang kuat.
Dari uraian perlambangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa warna memiliki arti perlambangan yang tidak dapat dikesampingkan dalam
hubungannya dengan penggunaannya. Dalam kehidupan modern dewasa ini, lambang-lambang yang menggunakan warna tetap dipergunakan,
bahkan kadang bergeser dalam nilai simbolisnya Darmaprawira, 2002:49.
2.3 Semiotika