41
Bab 3 Pertunjukan
5. Perlengkapan dan nyanyian. Pakaian kostum, tata panggung, tata lampu, musik, dan nyanyian merupakan pendukung gagasan yang ikut berpengaruh
dalam penyampaian gagasan kepada pendengarpenonton. Pementasan drama selalu merupakan kerja sama yang sangat erat antara penulis
naskah drama skenario, sutradara, dan pelaku aktoraktris. Pada umumnya, pementasan drama mempunyai tahapan-tahapan yang runtut, yaitu eksposisi
pengenalan, komplikasi pemunculan konflik, peningkatan konflik, klimaks, penyelesaian, dan resolusi keputusan.
Keenam tahap pementasan drama tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. 1. Eksposisi
: cerita diperkenalkan agar penonton mendapat gambaran selintas mengenai drama yang ditontonnya penonton diajak terlibat
dalam peristiwa cerita. 2. Konflik
: pelaku cerita terlibat dalam suatu pokok persoalan di sinilah mula pertama terjadinya insiden.
3. Komplikasi : terjadinya persoalan baru dalam cerita. 4. Krisis
: pertentangan harus diimbangi dengan jalan keluar, mana yang baik dan mana yang buruk, lalu ditentukan pihakperangai mana
yang melanjutkan cerita. 5. Resolusi
: di sini dilakukan penyelesaian persoalan falling action. 6. Keputusan : di sini konflik berakhir, sebentar lagi cerita usai.
Jampi Tambojang, 1981: 35 Tahap-tahap penceritaan di atas dapat disusun sedemikian rupa sehingga
menghasilkan suatu plot literer, yang menggambarkan perubahan karakter atau suasana drama yang erat kaitannya dengan plot cerita. Plot literer yang lazim
digunakan dalam drama adalah sirkuler, linear, dan episodik. Selain itu, tahap- tahap penceritaan tersebut masih harus dikemas dalam bagian-bagian drama yang
lazim dikenal dengan istilah babak, episode, dan adegan.
Lat i han 1
1. Tontonlah sebuah pementasan drama bersama teman atau guruAnda
2. Dari drama yang Anda tonton itu tentukanlah:
a. tokoh dan peran dalam pementasan drama
tersebut b.
konflik dengan menunjukkan data yang mendukung
c. latar dan peran latar drama tersebut d. tema drama tersebut disertai alasan
e. pesan drama dengan data yang mendukung
3. Jelaskan kaitan isi dan nilai-nilai drama tersebut dengan kehidupan sehari-hari
Di unduh dari : Bukupaket.com
42
Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMAMA Kelas XI Program IPA-IPS
Pementasan drama selalu merupakan kerja sama yang sangat erat antara penulis naskah drama skenario, sutradara, dan pelaku aktoraktris. Pada umumnya,
pementasan drama mempunyai tahapan-tahapan yang dimulai dari eksposisi pengenalan, komplikasi pemunculan konflik, peningkatan konflik, klimaks,
penyelesaian, dan resolusi keputusan.
Baca dan hayatilah karakter para tokoh dalam kutipan drama berikut ini
Doc. Penulis
Gambar: Sekelompok siswa sedang latihan drama.
B. Memerankan Tokoh Drama
Tuj uan Pem bel aj ar an
Pada subbab ini, Anda akan mengekspresikan
dialog para tokoh, menggunakan gerak-gerik,
mimik, dan intonasi sesuai dengan watak tokoh dalam
pementasan drama. Setelah mempelajari subbab
ini, Anda diharap dapat memerankan drama
penggalan drama sesuai dengan karakter tokoh,
menggunakan gerak-gerik, mimik dan intonasi sesuai
dengan watak tokoh.
Di Balik Sinar Suram
Karya: Marx Carverhl Judul Asli : Vergane Glirie
Pria : Menyedihkan sekali. Nona sudah lama
bekerja di sini? Bintang : Ya, dapat dikatakan begitu. Di sini aku
termasuk golongan angkatan tua. Sudah lima tahun aku di sini. Waktu itu aku
bermaksud menjadi seorang aktris film. Pria
: Sekarang masih bisa, bukan? Bintang : Aku tak berhasrat lagi. Dalam masa
lima tahun, aku diperas terus-menerus dan sesudah itu aku tidak diperlukan
lagi. Gadis-gadis peraga cantik-cantik yang aku lihat di luar itu selalu berusaha
mencari kesempatan mengejar karier mereka melihat arloji. Tapi maaf,
Saudara harus pergi sekarang karena mereka akan segera ke sini.
Pria : Siapa mereka itu?
Bintang : Pemimpin produksi, sutradara, para penulis skenario, dan Bapak Ateng
Sujanggo sendiri. Pria
: Bolehkah aku menjumpai mereka di tempat ini?
Bintang : Terserah Saudara, namun aku tak dapat menjamin Saudara berkesempatan
untuk berbicara dengan dia. Pria
: Aku harus berbicara dengan dia. Lagi pula, aku tak tahan lagi untuk
nongkrong di ruang tamu yang pengap itu.
Bintang : Baiklah, aku harap Saudara bersikap tenang. Saudara boleh tunggu di sana
menunjuk ke pintu kiri – Pria ke pintu berdiri dengan tangannya pada gagang
pintu
Di unduh dari : Bukupaket.com
43
Bab 3 Pertunjukan
Pria : Aku akan duduk di kursi dekat pintu
itu keluar. Bintang kembali ke meja kerjanya. Pintu terbuka lagi Pria
nongol ke dalam . Jadi, nona bernama
Bintang Purwasari? Bintang : Ya, begitulah namaku
Pria : Nama yang bagus – Bintang – pintu
tertutup lagi. Bintang menarik napas. M e n g g e l e n g - g e l e n g k a n k e p a l a ,
tersenyum terus mengambil buku catatannya. Momon Ringgo masuk
dari kiri. Rusuh, rebut, tegap, terlalu yakin kepada diri sendiri, sifat tak
sabar, selalu punya komentar terhadap segala sesuatu.
Bintang : Selamat pagi, kalau julukan itu ditujukan kepadaku
Ringgo : Kepada siapa lagi ucapanku ditujukan di pagi seindah ini? Nona Purwasari,
rasanya sudah berabad-abad kita tidak pernah bertemu. Apakah gerangan
kerjamu pada malam-malam sesudah jam kerja? Mengapa tak pernah
kaujenguk aku untuk menyaksikan koleksi prangko di rumahku?
Bintang : Mungkin karena aku tidak pernah tertarik pada prangko? Dan mungkin
juga aku tidak tertarik padamu. Ringgo : Mari, mari Manis, aku tidak bersungguh-
sungguh, bukan? Berapa hari yang lalu saja aku menceritakan pada Ateng
Sujanggo bahwa … Bintang : Kau tidak perlu menceritakan apa-
apa kepadanya, Momon Ringgo. Mulutku masih sempurna untuk
mengatakannya Ringgo : Oke, oke. Kau tahu cara yang terbaik,
tapi seandainya kau memerlukan seorang kawan … Omong-omong apa
maksud rapat itu sebenarnya? Bintang : Kau tak membaca surat yang diajukan
kepadamu? Ringgo : Tentu saja aku membacanya, tapi …
Bintang : Bapak Ateng Sujanggo masih kurang puas dengan skenario film “Di Balik
Sinar Suram” yang sudah dalam proses shooting itu
Ringgo : Ada apa lagi dengan dia? Kemarin saja dia begitu antusias
Bintang : Biar saja, tapi Bapak Ateng Sujanggo berpendapat bahwa para penyusun
skenario kurang berhasil menyusun penyelesaian cerita.
Ringgo : Justru itu Ia bermaksud mengubahnya selagi masih sempat.
Ringgo : Waduh Bapak Ateng Sujanggo, kau hanya bikin tambah kerjaan saja.
Berusaha menyembunyikan emosinya saat itu tengah dibuka.
Slamet Jimbo baru kembali dari luar negeri. Tidak
cocok dengan perfilman di sini? Sinis? Mudah tersinggung, kurang puas dengan
perkembangan film di sini. Namun, begitulah seorang seniman, pelamun, dan
peramal impian. …………………………………………
………………………………………… Ringgo : Wah, Slamet Jimbo.
Jimbo : Selamat pagi, Nona Purwasari. Selamat
pagi, Saudara Momon Ringgo. Ringgo :
Sebut Ringgo saja, itu lebih baik dan mudah.
Jimbon : Terima kasih. Berapa lama waktu yang harus dibuang untuk rapat ini. Aku
sibuk dan tidak banyak punya waktu. Sepanjang pagi baru saja satu opname
kami selesaikan. Menjengkelkan sekali keadaan aktris paling bertingkah yang
pernah kujumpai dalam dunia perfilman. Macan betina, ya, betul-betul perempuan
jahat. Ringgo : Menurut kau, barangkali.
Jimbon : Ia membangkang saja setiap instruksi yang kuberikan, aku sutradaranya. Sok
acuh tak acuh terhadap segala petunjuk, malah tersenyum masa bodoh untuk
kemudian bertindak sesuka hatinya saja. Ringgo : Kalau saja kita dapat membuat film tanpa
perempuan. Jimbon : Itulah,
sampai setiap hari, ratusan kali aku berpikir begitu. Bunyi telepon, Bintang
segera menerimanya. Bintang : Ya … Siapa? Oo, tunggu sebentar.
Menyerahkan telepon ke Jimbon.
Di unduh dari : Bukupaket.com
44
Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMAMA Kelas XI Program IPA-IPS
Jimbon : Mengambil oper telepon – tampak terkejut – menjauhkan telepon, sesaat
kemudian berhati-hati mendekatkan lagi ke telinga – lalu menutup corong
dengan tangannya. Apakah artinya
“gondok”? Coba katakan apa arti “gondok” sebenarnya? Ya, ya. Nona
Fifi Mirasa betul memang menyesalkan sekali Tapi akan kuusahakan untuk
mengubahnya, segera aku kembali. Oo, jangan, aku mohon, jangan, jangan.
Menutup corong dengan tangan. Ini
keterlaluan Ia bermaksud mau merobek- robek kontraknya.
Ringgo : Beri aku telepon itu Kau bicara dengan Momon Ringgo Diambilnya telepon
dari tangan Jimbon. Tiba-tiba mukanya berubah marah lalu mendamprat.
Tutup mulutmu Kau bicara dengan Momon Ringg, tahu? Ya, ya aku pernah
mendengarnya Silakan, ayo silakan Robeklah surat-surat kontrakmu, aku
mau lihat di mana kamu mendapatkannya kembali Kau berhasil diterima hanya
karena, karena aku memohon kepada Ateng Sujanggo untukmu Iya, dan berkat
permohonanku juga agar kontrakmu diperbaharui … Film ini adalah yang
terakhir bagimu Ada sepuluh aktris cantik lain di sini yang dapat menggantkan
peranmu lebih baik … jadi sebaiknya kau jangan mempersukar aku Apa kau
berminat untuk bekerja lagi atau tidak??? Tiba-tiba ramah
. Sudah kuduga, Manis. Ternyata aku dapat berpikir wajar. Tabe,
Manis Meletakkan telepon. Jimbon : Terima kasih sebesar-besarnya Betul-
betul ia telah membuat kepalaku pusing. Ringgo : Aku mengerti Dia memang racun
berbisa Aku senantiasa membentaknya Dulu semasa kami menikah …
Jimbon : Kau pernah menjadi suaminya? Maaf Memang sulit sekali untuk mengingat
serta menghapal pasangan-pasangan yang kawin atau dengan siapa-siapa
seseorang menikah Ringgo : K a u t a k u s a h m e r e p o t k a n s o a l
perkawinan yang ada, Slamet Jimbon. Asal saja kau dapat menghapalkan
talak dan perceraian yang dilakukan, sudahlah cukup
Jimbon : Yah begitulah Sepanjang masa pekerjaan manusia tidak lain adalah
kawin-kawin saja Apakah Nona pernah kawin? Nona Purwasari?
Bintang : Sesuatu dalam hidupku yang belum pernah aku coba, Slamet Jimbon.
Jimbon : Bijaksana sekali Di sini tidak pernah ada pernikahan yang benar-benar
pernikahan Sudah berapa kali kau menikah? Momon Ringgo?
Ringgo : Dua kali. Sekali menurut gaya Hollwood
dan sekali lagi yang sungguh-sungguh. Eh, Manis, jam berapa sebenarnya rapat
ini dimulai? Bintang : Jam 11.
Ringgo : Lihat arloji. Dasar Bapak pemimpin selalu jam karet Ateng Sujanggo sudah
masuk melalui pintu tengah berpakaian piknik.
Sujanggo: Tidak benar Semua : terkejut menoleh ke pintu dan bersama-
sama memberi salam. Selamat siang,
Bapak Ateng Sujanggo Sujanggo: Selamat pagi Di mana penulis scenario,
Nona Purwasari? Mengapa mereka belum juga hadir?
Sumber : Lima Drama, Jakarta: Gunung Agung.
Di unduh dari : Bukupaket.com
45
Bab 3 Pertunjukan