Neighbor Discovery Optimized Link Stated Routing

MPR0 sementara adalah {1,3}. Pada tahap keempat dilakukan lagi pengecekan pada pemilihan MPR0, mungkin masih ada yang dapat dipilih sebagai MPR. Node 1 yang paling banyak menjangkau tetangganya yang berjarak 2 hop jika dibandingkan dengan node 3, sehingga yang dipilih menjadi MPR hanya node 1. Setelah melakukan pengiriman hello message dan pemilihan MPR langkah selanjutnya melakukan perhitungan jarak terpendek dari jumlah hop pada setiap tabel routing yang didapat [1]. Tabel 2.8 memperlihatkan contoh tabel routing yang dimiliki node 0. Tabel 2.8 Contoh tabel routing dari node 0 [1]. Destination Next Distance 1 1 1 2 1 2 3 3 1 4 3 2 Kolom pertama pada Tabel 2.8 contoh tabel routing node 0 diisi dengan node tetangga yang berjarak 1 hingga 2 hop dari node asal node 0, kolom dua diisi dengan node tetangga yang berjarak 1 hop yang akan dilalui oleh node sumber menuju node tujuan, dan kolom ketiga diisi dengan jumlah hop yang dilalui dari node asal ke node tujuan. Pencarian rute tersebut dilakukan untuk pengiriman data dengan jarak terpendek [9]. Perhitungan jarak terpendek tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan algoritma Dijkstra. Pencarian jarak terpendek dapat menghasilkan tabel routing yang berisi tentang informasi jalur terpendek setiap node, informasi tersebut akan disimpan oleh setiap node dan akan langsung di perbarui jika terjadi perubahan topologi.

2. Topology Dissemination

Setiap node dalam jaringan mempertahankan informasi topologi jarigan yang diperoleh melalui messages TC topology control [10]. Messages TC dikirim secara broadcast ke seluruh jaringan. Kegunaan pesan TC yaitu untuk menyebarkan informasi tentang node tetangga yang telah ditetapkan sebagai MPR. Pesan TC disebarkan secara periodik dan hanya node yang bertindak sebagai MPR yang dapat meneruskan pesan TC. Dengan demikian, sebuah node dapat dijangkau baik secara langsung atau melalui node MPR [1]. Hello message dan message TC diperbarui secara periodik, dan memungkinkan setiap node unruk menghitung jalur ke semua node dalam jaringan. Jalur-jalur ini dihitung dengan algoritma jalur terpendek Djikstra.

II.3.3 Perbandingan antara Distance Vector dengan Link State

Perbandingan antar distance vector dengan link state ditunjukkan pada Tabel 2.9. Tabel 2.9 Perbandingan Distance Vector dengan Link State Distance Vector Link State - Tabel routing distance vector berisi informasi Destination dan next hop. - Informasi tabel routing ini hanya dimiliki oleh node tetangganya. - Menggunakan algoritma Bellman- Ford o Pembentukan tabel routing dengan cara pertukaran informasi hanya oleh masing-masing node yang - Tabel routing link state adalah interface dan daftar rute yang berisi informasi Destination, next hop, dan Distance. - Setiap node memiliki informasi tabel routing. - Menggunakan algoritma Dijkstra atau SPF. o Pembentukan tabel routing dimulai dengan pengiriman paket link state advertisement LSA terhubung. - Melakukan update secara berkala atau periodik. - Mengirimkan salinan dari tabel routing kepada node tetangganya. dari masing-masing node, dan dikumpulkan dalam suatu database. o Langkah selanjutnya informasi yang terkumpul akan diolah dengan algoritma SPF short path first. o Algoritma SPF ini menghasilkan short path first tree, untuk kemudian dibentuk menjadi daftar isi tabel routing. - Update tabel routing bila ada perubahan saja. - Mengirimkan update tabel routing ke semua node. Berdasarkan Tabel 2.9, protocol link-state membutuhkan proses data dan memori yang lebih banyak daripada protocol distance vector. Hal tersebut dapat dilihat dari proses pembentukan tabel routing dan isi dari tabel routing. Link-state membutuhkan memori dan proses data yang lebih banyak untuk menangani semua informasi dari database, pohon topologi, dan table routing, daripada distance vector. Komputasi pada proses pembentukan tabel routing link state berpengaruh pada kebutuhan memori , konsumsi bandwidth, dan membutuhkan konsumsi energy yang lebih besar dibandingkan dengan distance vector.

II.4 Parameter Kinerja 1.

Energy Model Energy model di dalam NS2 merupakan sebuah attribut pada sebuah node, yang mewakili tingkat energi pada sejumlah mobile host [4]. Pada awal simulasi, energy dalam sebuah node memiliki nilai awal yang merupakan tingkat energy pada node itu sendiri yang dikenal sebagai initialEnergy_. Node juga menggunakan energy pada saat mengirimkan paket txPower_, dan saat menerima paket rxPower_. Energy model dapat digunakan untuk menghitung nilai energy pada waktu yang berbeda. Konsumsi energy node setelah waktu t dihitung sebagai berikut[8]: E ct = N t α N r β [4] E ct adalah energy yang dikonsumsi oleh sebuah node; N t adalah jumlah paket yang dikirimkan oleh node setelah waktu I; N r adalah jumlah paket diterima oleh node setelah waktu t ; α dan β adalah konstan faktor memiliki nilai antara 0 dan 1. Maka dengan menggunakan rumus tersebut, penggunaan konsumsi energy dapat diketahui.

2. Jumlah hop

Jumlah hop routing adalah jumlah perangkat perantara jaringan antara node asal ke node tujuan. Menghitung hop routing mengacu pada efisiensi dalam pengiriman paket data ke node tujuan.

II.5 Internet Protocol

Internet Protocol IP adalah protocol lapisan jaringan atau protocol lapisan internetwork yang digunakan oleh protocol TCPIP untuk melakukan pengalamatan, dan routing paket data antar host-host di jaringan komputer berbasis TCPIP [2]. Sebuah paket IP akan membawa data aktual yang dikirimkan melalui jaringan dari satu titik ke titik lainnya. IP menggunakan metode connectionless yang berarti tidak perlu membuat dan memelihara sebuah sesi koneksi. Selain itu, protocol ini juga tidak menjamin penyampaian data, tapi hal ini diserahkan kepada protocol pada lapisan yang lebih tinggi, yakni protocol TCP. Gambar 2.12 menunjukan datagram IP.