Energy Model ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.2 Grafik pengaruh penambahan jumlah node terhadap konsumsi energy pada saat terdapat 5 koneksi pada protokol DSDV dan OLSR. Gambar 4.3 Grafik pengaruh penambahan jumlah node terhadap konsumsi energy pada saat terdapat 7 koneksi pada protokol DSDV dan OLSR. 71.80 32.23 28.24 94.20 35.79 35.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 10 node 25 node 50 node dsdv olsr Ko n su msi En ergy JOU LE Grafik Perbandingan Konsumsi Energy pada 5 Koneksi 91.45 39.07 34.80 105.65 43.48 38.82 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 110.00 10 node 25 node 50 node dsdv olsr Ko n su msi En ergy JOU LE Grafik Perbandingan Konsumsi Energy pada 7 Koneksi Gambar 4.4 Grafik pengaruh penambahan jumlah koneksi terhadap konsumsi energy pada saat terdapat 10 node pada protokol DSDV dan OLSR. Gambar 4.4 sampai 4.6 merupakan rata-rata hasil pengukuran energy routing protocol DSDV dan routing protocol OLSR berdasarkan penambahan jumlah koneksi. Penambahan jumlah koneksi mengakibatkan peningkatan nilai konsumsi energy. Peningkatan nilai tersebut diakibatkan oleh semakin banyaknya koneksi, maka semakin banyak pula energy yang digunakan. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, besarnya nilai konsumsi energy pada routing protocol OLSR menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai konsumsi energy routing protocol DSDV. Nilai tersebut diakibatkan, karena routing protocol OLSR bekerja secara table driven, yaitu selalu melakukan pengiriman hello message dan update routing table untuk pencarian jalur alternatif ketika diketahui ada jalur yang terputus. 65.32 71.80 91.45 66.89 94.20 105.65 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 110.00 1koneksi 5koneksi 7koneksi dsdv olsr Ko n sumsi Energ y JOULE Grafik Perbandingan Konsumsi Energy pada 10 node Gambar 4.5 Grafik pengaruh penambahan jumlah koneksi terhadap konsumsi energy pada saat terdapat 25 node pada protokol DSDV dan OLSR. Gambar 4.6 Grafik pengaruh penambahan jumlah koneksi terhadap konsumsi energy pada saat terdapat 50 node pada protokol DSDV dan OLSR. 28.45 32.23 39.07 32.70 35.79 43.48 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 1koneksi 5koneksi 7koneksi dsdv olsr Ko n sumsi Energ y JOULE Grafik Perbandingan Konsumsi Energy 25 node 25.48 28.24 34.80 31.07 35.00 38.82 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 1koneksi 5koneksi 7koneksi dsdv olsr Ko n sumsi Energ y JOULE Grafik Perbandingan Konsumsi Energy 50 node Sedangkan untuk hasil pengukuran routing protocol DSDV menunjukkan rata-rata nilai konsumsi energy lebih kecil, karena routing protocol DSDV menggunakan metode routing distance vektor. Metode ini memungkinkan setiap node di dalam jaringan untuk bertukar table routing melalui node tetangganya. Table routing tersebut berisi semua kemungkinan tujuan yang dapat dituju next hops, sequence number, dan jumlah hops ke setiap tujuan. Setelah melakukan pengiriman paket, routing protocol DSDV selalu memelihara table routing tersebut, sehingga pada saat melakukan pengiriman paket yang lain. Dari hasil pengujian simulasi yang dilakukan routing protocol DSDV lebih unggul daripada routing protocol OLSR dalam hal konsumsi energy. Dari Tabel 4.1, dan Gambar 4.1 sampai 4.6, disimpulkan bahwa secara keseluruhan, konsumsi energy pada routing protocol DSDV yang bernilai kecil dinilai lebih baik dibandingkan dengan routing protocol OLSR.

IV.2 Jumlah hop

Jumlah hop routing yang dihitung adalah jumlah rata-rata forward yang dialami oleh paket data yang dikirim oleh node asal ke node tujuan. Kinerja jaringan akan dianggap efisien jika jumlah hop routing semakin kecil. Hasil dari perhitungan jumlah hop ditunjukkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil penghitungan jumlah hop routing protocol DSDV dan OLSR. 10node 25node 50node 1 koneksi 5 koneksi 7 koneksi 1 koneksi 5 koneksi 7 koneksi 1 koneksi 5 koneksi 7 koneksi DSDV 1 1 2 1 1 2 1 2 2 OLSR 1 2 2 1 1 2 1 1 2 Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa pertambahan jumlah node, dan koneksi tidak terlalu berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah hop routing yang terjadi. Jumlah hop routing yang terjadi pada routing protocol DSDV dan OLSR cenderung sama, DSDV berkisar 1 hop dan OLSR juga 1 hop. Dapat ditarik kesimpulan bahwa routing protocol DSDV dan OLSR memiliki jumlah hop routing yang sama. Hal ini disebabkan routing protocol DSDV dan OLSR merupakan jenis protocol proactive yang menghasilkan jalur terbaik dari semua jalur yang ada untuk pengiriman paket data. Penambahan jumlah node dan jumlah koneksi tidak begitu berpengaruh terhadap jumlah hop routing, karena hop routing lebih dipengaruhi oleh letak posisi node dalam jaringan. 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan, simulasi dan pengujian yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Pada penelitian ini routing protocol DSDV memiliki kinerja yang lebih baik daripada routing protocol OLSR pada nilai parameter konsumsi energy, sesuai dengan hipotesis pada dasar teori dan data hasil percobaan. 2. Penambahan jumlah node menyebabkan nilai rata-rata konsumsi energy mengalami penurunan, sedangkan penambahan jumlah koneksi berakibat peningkatan rata-rata konsumsi energy pada routing protocol DSDV dan routing protocol OLSR. 3. Pada parameter jumlah hop routing, simulasi jaringan pada routing protocol OLSR dan routing protocol DSDV menghasilkan rata-rata jumlah hop routing yang sama.

V.2 Saran

Dari kesimpulan yang sudah didapatkan, saran yang dapat dipertimbangkan untuk pengembangan penelitian konsumsi energy selanjutnya pada routing protocol DSDV dan routing protocol OLSR dengan simulator NS2 yaitu : 1. Melakukan penelitian dan pengujian mengenai perbandingan konsumsi energy pada routing protocol yang lain, sehingga dapat diketahui routing protocol mana yang paling effisien. 2. Melakukan pengujian dan analisa dengan mengubah parameter kerja pada simulasi, misalnya dengan penambahan luas area, jumlah koneksi, dan ukuran maupun jenis paket data yang dikirim. 53 DAFTAR PUSTAKA [1] Aprillando, A. 2007. Cara Kerja dan Kinerja Protokol Optimized Link State Routing. OLSR pada Mobile Ad hoc network MANET, Tugas Akhir. Jakarta : Fakultas Teknik Unika Atma Jaya. [2] Pratama, J. 2007. Kinerja Protokol Routing DSDV Destination Sequenced Distance Vector Pada MANET Mobile Ad-hoc Network , Tugas Akhir. Jakarta: Fakultas Teknik Unika Atma Jaya. [3] Fitri Sari, R., Syarif, A., Budiarjo, B., 2008., “Analisis Kinerja Protokol Routing Ad Hoc Demand Distance Vektor AODV Pada Jaringan Ad Hoc Hybrid : Perbandingan Hasil Simulasi Dengan NS-2 Dan Implementasi Pada TESTBED Dengan PDA”, Jurnal. Universitas Indonesia. Depok : Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik. [4] Geraud, A., Pascale, M., Dang- Quan, N., Nirisha, S., 2006., “Evaluation of the Energy Consumption in MANET ”. Papers, France : INRIA Rocquencourt, Australia : Macquarie University. [5] Irawan, D., Roestam, R., 2011., “Simulasi Model Jaringan Mobile Ad-Hoc MANET Dengan NS-3 ”. Makalah, Jakarta : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. [6] Wahyu Edy, S., Sukiswo, S.T., M.T., Ajub A.Z, S.T., M.T. 2011., “Perbandingan Kinerja Protokol AODV Dengan OLSR Pada MANET”, Tugas Akhir, Semarang : Universitas Diponegoro. [7] Fatchur Rochman, M., 2007. “Analisis Kinerja Protokol Destination Sequenced Distance DSDV Pada Jaringan Wireless Ad Hoc”, Tugas Akhir, Bogor : Departemen Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor.