Tabel 4.8 Error Perbandingan Alat Ukur Dengan Spektrofotometer Standar No.
Daerah Absorban Alat
Ukur terkalibrasi y
Absorban spektrofotometer
standar y Error
1 Wonosobo
0,903 0,687
31,441 2
Imogiri 0,562
0,674 16,617
3 Magelang
0,471 0,516
8,72 4
Wonogiri 0,471
0,515 8,543
5 Karanganyar
0,357 0,379
5,804
Berdasarkan  Tabel  4.8,  besar  error  hasil  kalibrasi  larutan  kunyit  yang  didapatkan menggunakan  persamaan  4.3  paling  tinggi  adalah  daerah  Wonosobo  dengan  persentase
sebesar  31,441.  Hal  ini  terjadi  dikarenakan  hasil  kalibrasi  y  alat  ukur  pada  daerah Wonosobo dengan nilai absorban y = 0,903 melebihi absorban larutan kunyit spektrofotometer
standar pada daerah Wonosobo yang memiliki nilai absorban y = 0,687. Untuk kedua y alat yang dibuat dan spektrofotometer standar daerah Wonosobo merupakan daerah yang memiliki
absorban tertinggi daripada daerah yang lainnya.
4.3.4 Perhitungan Persentase Kadar Kurkumin
Perhitungan  kadar  kurkumin  dilakukan  setelah  proses  kalibrasi  selesai.  Nilai  kadar kurkumin  dihitung dengan persamaan  2.14. Dimana  nilai  a= 0,081, dan b= 0.129  didapatkan
dari  persamaan  4.6  kurva  baku  spektrofotometer  standar,  dan  nilai  0,2  didapatkan  dari campuran  pelarut  yang  digunakan  untuk  larutan  kunyit.  Hasil  perhitungan  persentase  dan
perhitungan manual alat ukur diperlihatkan pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Perhitungan Persentase Kadar Kurkumin Alat Ukur No
Daerah Persentase Kadar
Kurkumin bb Perhitungan Manual Persentase
Kadar Kurkumin bb
1 Wonosobo
1,278 1,274
2 Imogiri
0,750 0,745
3 Magelang
0,610 0,604
4 Wonogiri
0,610 0,603
5 Karanganyar
0,430 0,427
Tampilan  hasil  pengukuran  larutan  kunyit  daerah  Wonosobo  pada  LCD  karakter ditunjukkan pada gambar 4.22.
Gambar 4.22 Persentase Kadar Kurkumin
Berdasarkan  tabel  4.6,  untuk  perhitungan  manual  persentase  kadar  kurkumin spektrofotometer  standar  menggunakan  persamaan  4.7  yang  diperlihatkan  pada  tabel  4.10.
Perhitungan  manual  ini  dilakukan  untuk  mengetahui  perbandingan  error  perhitungan persentase kadar kurkumin alat ukur hasil perancangan.
Tabel 4.10 Perhitungan Manual Persentase Kadar Kurkumin Spektrofotometer No
Daerah Perhitungan Manual Persentase Kadar
Kurkumin bb
1 Wonosobo
0,939 2
Imogiri 0,919
3 Magelang
0,674 4
Wonogiri 0,674
5 Karanganyar
0,462 Berdasarkan  tabel  4.9  dan  tabel  4.10,  dengan  menggunakan  persamaan  4.1  maka
diperoleh error perbandingan hasil persentase kadar kurkumin alat ukur dan spektrofotometer standar yang diperlihatkan pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Error Perbandingan Perhitungan Manual Persentase Kadar Kurkumin Alat Ukur Dengan Spektrofotometer Standar
No Daerah
Error Perbandingan Perhitungan Manual Persentase Kadar Kurkumin bb
1 Wonosobo
35,676 2
Imogiri 18,933
3 Magelang
10,534 4
Wonogiri 10,385
5 Karanganyar
6,926
Berdasarkan  tabel  4.9  dan  tabel  4.10  dapat  diketahui  bahwa  urutan  besar  kadar kurkumin mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil antara alat ukur hasil perancangan dan
spektrofotometer  standar  sudah  sesuai,  dimana  Wonosobo  memiliki  persentase  kadar kurkumin yang tertinggi yaitu 1,278bb dibandingkan dengan daerah yang lainnya.  Namun
jika  dibandingkan  antara  hasil  pengukuran  spektrofotometer  standar  dengan  perhitungan manual  yaitu  0,939,  hasil  yang  diperoleh  alat  yang  dibuat  tidak  sesuai  dengan
spektrofotometer standar. Berdasarkan tabel 4.7 dan tabel 4.10, hasil pengukuran menggunakan spektrofotometer
standar  dengan  hasil  pengukuran  menggunakan  alat  ukur  hasil  perancangan  didapatkan  nilai error  yang  cukup  besar.  Nilai  error  yang  didapatkan  cukup  besar  dikarenakan  pengukuran
larutan kunyit tidak dilakukan secara bersamaan dengan spektrofotometer standar. Pengukuran  larutan  kunyit  dilakukan  berulang-ulang  setelah  larutan  selesai  diekstrak,
sehingga  dapat  menyebabkan  terjadi  perubahan  pada  larutan  kunyit  yang  diekstrak.  Saat selesai  diekstrak  pada  larutan  sampel  kurkumin  5  ppm  mempunyai  nilai  absorban  0,715
namun  ketika  dilakukan  pengukuran  ulang  menggunakan  spektrofotometer  dengan  larutan yang  sama,  hasil  yang  didapat  sebesar  0,741.  Dengan  demikian  pengukuran  kadar  kurkumin
harus segera dilakukan setelah ekstrak kunyit dibuat agar supaya tidak mengalami perubahan kadar  kurkumin.  Hasil  selengkapnya  dapat  dilihat  pada  lampiran  larutan  kurkumin
spektrofotometer standar. Berdasarkan  tabel  4.9 dapat  diketahui  bahwa urutan besar kadar kurkumin mulai  dari
yang  terbesar  sampai  yang  terkecil  antara  alat  ukur  dengan  spektrofotometer  standar  sudah sesuai. Dimana larutan sampel kunyit daerah Wonosobo memiliki kadar kurkumin yang paling
tinggi  dan  daerah  Karanganyar  memiliki  kadar  paling  rendah.  Persentase  kadar  kurkumin  di dalam kunyit berdasarkan teori pada bab II adalah sebesar 3 sampai 4. Berdasarkan tabel
4.9 dan tabel 4.10,  nilai persentase kadar kurkumin yang didapatkan baik pada alat ukur dan spektrofotometer standar belum sesuai dengan teori. Hal ini dikarenakan sampel larutan kunyit
yang  digunakan  adalah  sampel  kunyit  yang  diambil  pada  saat  belum  masa  panen,  sehingga kadar kurkumin yang terkandung di dalamnya masih kecil.
Berdasarkan  tabel  4.5  dapat  diketahui  bahwa  besar  absorban  sampel  kurkumin  antara rentang 2-5 ppm sesuai dengan standar industri dengan hasil keluaran absorban oleh alat ukur
adalah 0,334 sampai 0,721, dimana spektrofotometer standar memiliki hasil keluaran sampel kurkumin antara rentang 2-5 ppm 0,331 sampai 0,715.
Berdasarkan  analisa  hasil  pengujian  kadar  kurkumin,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa alat  ukur  dapat  digunakan  sesuai  dengan  perancangan  yang  telah  dibuat  karena  sudah  dapat
melakukan semua proses pengukuran secara berurutan sesuai dengan langkah-langkah proses pengukuran,  akan  tetapi  alat  ukur  ini  belum  bisa  menghasilkan  data  yang  sesuai  seperti
spektrofotometer  standar.  Tempat  peletakan  kuvet  sebaiknya  dibuat  sama  dengan  ukuran kuvet  yang  sebenarnya  agar  saat  meletakkan  tidak  perlu  mencari  posisi  terlebih  dahulu  dan
keluaran  tegangan  yang  dihasilkan  tidak  berubah.  Hal  ini  diperjelas  dengan  data  keluaran tegangan etanol klinis pada lampiran L1 menunjukkan bahwa pada posisi tetap dimana kuvet
berada  pada  posisi  tempat  peletakan  kuvet  tanpa  dimasukkan  maupun  dikeluarkan,  hasil keluaran  tegangan  yang  didapatkan  tetap.  Berbeda  saat  pengukuran  pada  sampel  kunyit
dilakukan  dengan  cara  memasukkan  dan  mengeluarkan  kuvet,  hasil  keluaran  tegangan  yang didapatkan akan berbeda. Data sampel kunyit dapat dilihat pada lampiran L6
– L8. Pengujian  absorban  alat  ukur  antara  absorban  sampel  kurkumin  dengan  absorban
larutan  kunyit  dapat  dinyatakan  berhasil  karena  dapat  menghasilkan  serapan  yang  berbeda. Namun  hasil  serapan  absorban  yang  didapat  belum  presisi  dengan  hasil  absorban  dari
spektrofotometer standar. Pengujian alat ukur dapat dinyatakan berhasil karena alat ukur dapat membedakan  besar  absorban  yang  didapat  baik  absorban  sampel  kurkumin  dengan  absorban
larutan kunyit sesuai dengan urutan absorban spektrofotometer standar.
4.4 Pengujian Perangkat Keras