Umpan balik Lingkungan kerja.
perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang memuaskan karyawan sehingga produktivitas dapat ditingkatkan.
Menurut Iskak Arep dan Hendry Tanjung 2003:161 manfaat dari motivasi adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas
kerja meningkat. Sedangkan dalam teori dua faktor Herzberg diasumsikan bahwa hanya beberapa ciri pekerjaan dan karakteristik
dapat menghasilkan motivasi. Beberapa karakteristik yang menjadi fokus manajer akan bisa menghasilkan kondisi kerja yang nyaman,
sehingga akan memotivasi karyawan. Motivasi ini diukur dengan cara mewawancarai karyawan untuk menguraikan kejadian pekerjaan yang
kritis. Motivasi yang terbentuk dari para karyawan outsourcing bisa
dilihat dari penilaian karyawan terhadap lingkungan kerja yang dialaminya. Dalam kasus ini, yang dialami oleh karyawan outsourcing
adalah lingkungan kerja di instansi pendidikan dan instansi kesehatan. Penilaian atau persepsi karyawan terhadap lingkungan kerjanya
membentuk sikap yang memunculkan perasaan mendukung atau memihak maupun sebaliknya pada suatu objek, serta kesiapan untuk
beraksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu Berkowizt, 1972 dalam Azwar, 2009. Persepsi sendiri diartikan
sebagai aktivitas penginderaan, pengintegrasian dan pemberian penilaian pada obyek-
obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut
tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya.
Istilah persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan
kesan, penilaian,
pendapat, merasakan
dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang dialami
ataupun dirasakan dari sumber lain. Melalui persepsi kita dapat mengenali lingkungan yang kita alami, baik lingkungan secara fisik
maupun secara non fisik dengan segala kejadian-kejadiannya. Subyek penelitian ini adalah karyawan outsourcing yang bekerja di
lingkungan kerja yang berbeda di instansi kesehatan dan pendidikan, dengan demikian persepsi masing-masing karyawan terhadap
lingkungan kerja yang dialaminya akan berbeda pula. Karyawan outsourcing yang ditempatkan di instansi kesehatan
biasanya akan lebih dituntut maksimal dalam meciptakan kebersihan di lingkungan kesehatan seperti yang tercantum dalam keputusan
Menteri Kesehatan
Republik Indonesia
nomor: 1204menkesskx2004.
Rumah sakit
merupakan lingkungan
kesehatan yang sangat menuntut kebersihan karena berhubungan dengan penyembuhan pasien, terlebih di lingkungan unit gawat
darurat. UGD merupakan tempat pertolongan pertama kepada pasien sehingga pihak rumah sakit menuntut kesterilan atau kebersihan yang
lebih baik. Instansi pendidikan juga memerlukan lingkungan yang bersih pula dalam proses belajar mengajar maupun dalam
menciptakan citra instansi. Namun, di instansi pendidikan tidak terlalu menuntut karyawan secara berlebihan diluar bidang core bussines nya,
oleh karena itu bidang pendidikan tidak mempunyai peraturan khusus dari pemerintah dalam menciptakan kondisi lingkungan instansi
seperti yang dimiliki oleh instansi bidang kesehatan. Lingkungan kerja terbentuk dari standar kerja dalam hal ini
kebersihan yang harus diciptakan oleh karyawan, relasi kerja antar karyawan, sistem pengawasan yang diterapkan oleh perusahaan
pengguna jasa supervision, dan juga pengawasan timbal balik dari pihak pengguna jasa feedback. Menurut wawancara yang dilakukan
oleh peneliti dengan beberapa karyawan outsourcing yang bekerja di instansi pendidikan dan kesehatan , faktor-faktor itulah yang lebih
mendominasi terbentuknya motivasi mereka dalam bekerja. Oleh karena itu berdasarkan uraian tersebut, peneliti dapat merumuskan
hipotesis 2a, 2b, dan hipotesis 3 sebagai berikut:
H2a: Persepsi terhadap lingkungan kerja fisik dari
karyawan outsourcing yang bekerja di instansi
kesehatan berbeda dengan persepsi terhadap lingkungan kerja fisik dari karyawan
outsourcing yang bekerja di instansi pendidikan.
H2b: Persepsi terhadap lingkungan kerja non fisik dari
karyawan outsourcing yang bekerja di instansi
kesehatan berbeda dengan persepsi terhadap